Tur Pameran “Seabad Sadali” di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung

hani

Tur Pameran “Seabad Sadali” di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung

Saya akhirnya mendaftar ke pameran “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit” yang diselenggarakan di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, setelah Mama Bara bolak-balik bilang bahwa dia sudah dua kali ke sana, ditambah lagi pamerannya bagus banget dan ada tur secara gratis. Saya mendaftar ke link Gdrive yang dishare ke WA saya. Walaupun tertera pendaftaran ditutup tanggal 23 November 2024, sedangkan saya baru daftar 25 November 2024, saya tetap daftar. Saya daftar tur pameran yang diadakan Rabu, 18 Desember 2024, pukul 15:00-16:00.

Ada dua hal yang menjadi perhatian saya, tentang pameran pelukis Ahmad Sadali dan bangunan Selasar Sunaryo Art Space, sebuah galeri seni yang didesain oleh arsitek Baskoro Tedjo. Ada lagi karya Baskoro, yaitu Lawangwangi Creative Space. Galeri Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) sebenarnya sudah eksis hampir 30 tahun, tapi seingat saya, saya belum pernah ke sana. Atau bisa jadi pernah ke sana, tapi belum eksplor seluruh kawasan dan waktu itu saya belum ngeblog.

Tur Pameran “Seabad Sadali”

Di sore itu mendung menggayut, saya memesan grab untuk mengantarkan ke Jalan Bukit Pakar Timur 100, Bandung, menuju ke Selasar Sunaryo Art Space. Galeri ini dimiliki oleh seniman Sunaryo, alumni Studio Seni Patung, Departemen Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB, Bandung. Beliau kemudian berkarier sebagai seniman dan dosen di almamaternya.

Karya-karya Sunaryo berwujud monumen urban yang berdiri di beberapa kota di Indonesia, antara lain Monumen Bandung Lautan Api (Bandung), Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (Bandung), Patung Soekarno-Hatta di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Jakarta) dan Patung Jenderal Sudirman (Jakarta).

Waktu galeri SSAS ini selesai dibangun sering menjadi kajian dan studi banding, karena didesain khusus yang melibatkan arsitek dan diolah sedemikian rupa sesuai dengan karakter senimannya.

SSAS terletak di lahan seluas 5000 meter persegi dan karakter lahannya berlereng (kontur) sesuai dengan karakter di utara Bandung.

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam saya tiba di SSAS, harus mengisi daftar hadir, dan diminta menunggu, karena acara dimulai pukul 15:00.

pohon berbalut kaos biru
pohon berbalut kain biru menuju pintu masuk galeri, sumber: hani

Untuk masuk ke galeri, kita menapaki jalan batu agak berlumut, di kanan ada pohon ketapang besar yang berbalut kaos tipis warna biru elektrik. Setahu saya batang pohon dibungkus warna biru ini pas ada kejadian “Peringatan Darurat” berupa Garuda Biru. Akhirnya sampai sekarang warna biru elektrik masih melekat di pohon di depan galeri.

Galeri seni ini terdiri dari beberapa ruang pamer yang terpisah satu sama lain melalui perbedaan kontur lebih dari dua meter. Sehingga untuk menuju satu ruang ke ruang lain, kita harus melalui beberapa anak tangga batu.

Suasananya sangat asri, walaupun beberapa ruangan terbuka tanpa dinding, tetapi khusus ruang pamer merupakan ruang tertutup dengan pengaturan pencahayaan alami tak langsung. Pengaturan jendela atau bukaan untuk pameran lukis harus sangat teliti, karena lukisan tidak boleh kena sinar matahari langsung yang berakibat lukisan jadi pudar/belel.

menuju pintu utama galeri
menuju pintu utama galeri, sumber: hani

Fasilitas Selasar Sunaryo Art Space

Fasilitas SSAS diolah sedemikian rupa yang berjarak antar satu fasilitas dengan fasilitas lain, dihubungkan oleh selasar atau ruang terbuka atau teras lebar sehingga menjadi sebuah tenunan ruang tertutup-terbuka, diselingi dengan pepohonan atau pokok kayu sebagai elemen interior.

Ruang A

ruang pamer A Selasar Sunaryo Art Space
Ruang A SSAS, sumber: hani

Ruang A, letaknya sejajar dengan lobby, bisa juga disebut Ruang Atas. Begitu kita datang akan diterima oleh Ruang A, sebuah ruang pameran berlantai kayu. Ruang ini diutamakan untuk memamerkan karya-karya Sunaryo atau pelukis lain yang bertaraf internasional.

Bale Tonggoh

bale tonggoh
tangga menuju Bale Tonggoh, sumber: hani

Tur Pameran “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit” diawali dengan penjelasan tentang sang seniman di ruang Bale Tonggoh.

Waktu itu hujan mulai turun dengan deras, sedangkan gedung ini terletak di kanan SSAS, jadi kami harus berlari kecil dulu ke luar hujan-hujanan, naik tangga menuju sebuah bangunan didesain berupa aula cukup besar berbentuk mirip hanggar.

Seorang kurator menjelaskan kilas balik sejarah seniman Ahmad Sadali. Beliau lahir di Garut, 29 Juli 1924, dan wafat 19 September 1987 di Bandung. Itu sebabnya tema pameran diberi nama “Seabad Sadali”, mengenang 100 tahun di tahun 2024.

Di Bale Tonggoh dipamerkan berbagai koleksi pribadi, naskah, konsep berupa tulisan tangan, film tentang beliau, dan lini masa perjalanan karya beliau.

Ada sebuah ruang kaca di samping menghadirkan presentasi ruang imersif karya Eldwin Pradipta dalam perhelatan Kahforward, menampilkan instalasi proyeksi interaktif yang menggunakan model Artificial Intelligence yang mengombinasikan gaya dan teknik dari kumpulan karya Sadali.

Ruang Sayap

Sesudah cukup penjelasan di Bale Tonggoh, maka peserta tur yang rata-rata mahasiswa dari Fakultas Seni Rupa dan Desain berbondong pindah tempat ke Ruang Sayap.

Untuk mencapai Ruang Sayap, ada dua jalan. Dari Bale Tonggoh, turun, lalu di arah kanan, turun lagi, menyusuri selasar. Arah lain adalah dari lobby di depan Ruang A, di sebelah kiri ada lorong, belok kiri, kemudian turun tangga batu.

Di Ruang Sayap, di bawah ini lah, pameran karya-karya Sadali berupa eksperiman yang dibuat di atas kertas putih dan media tinta. Ruang Sayap tidak besar, hanya satu ruang kira-kira berukuran 6×10 meter. Lukisan yang semuanya hitam-putih ditata apik di tiga bidang dinding.

Kami mendapatkan paparan dari kurator, Heru Hikayat, tentang karya-karya Sadali ini. Disebut berupa karya eksperimen, karena dilukis di kertas yang tidak semuanya berkualitas baik. Dugaan kurator, langkah ini memang disengaja untuk mendapatkan hasil yang berbeda seiring dengan perjalanan waktu.

Ruang B

kopi selasar
area Kopi Selasar, sumber: hani

Begitu selesai mengamati berbagai lukisan di Ruang Sayap, kami diarahkan ke Ruang B, yang letaknya di sebelah Ruang Sayap, tetapi harus melalui Kopi Selasar, yaitu cafe resto berupa teras beratap tanpa dinding.

Dua pohon ketapang besar dibiarkan tumbuh di tengah Kopi Selasar, sehingga seolah kita memang sedang ngopi di bawah pohon.

Begitu tiba di Ruang B, sebuah poster besar warna dasar ungu “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit” memenuhi dinding lobby menyambut kedatangan peserta tur.

Di ruang ini merupakan pameran utama karya-karya Ahmad Sadali, sejak 1949 beliau mulai berkarya hingga di akhir hayat beliau.

Menurut kurator, Sadali merupakan pelopor Seni Rupa Moderen Indonesia, yang menempuh pendidikan di ITB zaman pengajarnya masih orang-orang Belanda.

Jadi beliau mengalami ketika Indonesia masih di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda, turut berjuang merebut kemerdekaan, turut serta dalam mengobarkan semangat juang bangsa dengan melukis dinding-dinding bangunan umum, kereta api, dan sebagainya. Akibatnya beliau sempat ditawan di kamp penahanan Belanda.

Di Ruang B, karya Sadali dikelompokkan menjadi tiga konsep utama karya.

Beberapa karya beliau berkonsep formalisme dengan menampilkan garis-garis kuat cenderung ke gaya Cubisme, bersebelahan dengan deretan karya-karya lebih abstrak dan ada beberapa karya yang menampilkan citra “gunungan”. Gunung, dalam Hinduisme maupun sebagian tradisi di Nusantara, dianggap sebagai tempat suci yang dihuni oleh roh ilahi: para dewa atau roh leluhur. Di sini lain bentuk “gunungan” juga menjadi simbolisme pada bentuk arsitektur tradisional berupa atap yang tinggi dan banyak simbol lain di bumi Nusantara.

karya formalisme
karya dengan citra Cubisme, sumber: hani

Sebagai sosok yang dididik dalam lingkungan agama Islam yang kuat, beliau bisa mengambil esensi fenomena alam menggabungkannya dengan penggalan ayat-ayat Al Quran yang memperlihatkan citra pergeseran konsep karyanya. Beliau memang sangat memerhatikan perkembangan Islam di Indonesia, termasuk tokoh yang menggagas berdirinya Masjid Salman, masjid yang didesain adik beliau Achmad Noe’man. Dan juga tokoh dibalik berdirinya Universitas Islam Bandung.

Di bagian dalam Ruang B, terpajang rapi karya-karya unik beliau sapuan warna, stilasi bentuk, ditimpa dengan guratan kaligrafi. Selalu ada sapuan tinta emas di sana-sini di antara sapuan warna redup khas Sadali. Menurut beliau emas adalah material yang mempunyai daya tahan luar biasa dan tak lekang oleh waktu.

denah ruang B
denah ruang B dan nomor lukisan, sumber: leaflet pameran
ruang lengkung di belakang, di sisi kanan adalah lukisan kaligrafi, sumber: hani
detail lukisan kaligrafi
penggalan ayat Al Qur’an pada lukisan Sadali, sumber: leaflet pameran

Di ujung akhir Ruang B, terpajang karya-karya dalam lemari kaca. Dugaan merupakan karya yang belum selesai. Di antara lukisan-lukisan beliau pun ada karya yang tidak diberi judul. Menurut kurator, penanda bahwa lukisan Sadali telah selesai adalah diberi judul dan dibubuhi tanda tangan beliau.

Sebetulnya masih ada lagi ruang-ruang lain di SSAS, yaitu:

  • Amphiteater: Panggung terbuka ini dibangun di atas lahan berkontur miring dan dirancang secara khusus dengan pengaturan akustik alami, mampu menampung 250 penonton.
  • Pustaka Selasar: Fasilitas publik yang merupakan sub divisi Departemen Dokumentasi Selasar Sunaryo Art Space adalah pusat data, penelitian dan dokumentasi untuk seni Rupa di Indonesia dengan 1.500 materi seperti buku, katalog, majalah, transkrip, jurnal, kliping, poster, foto, dan film.
  • Cinderamata Selasar: Toko cinderamata ini menyediakan reproduksi karya seni, kartu, poster pameran dan kerajinan atau produk desain eksklusif yang telah dikurasi untuk pengunjung.
  • Bale Handap: Aula bawah ini adalah ruang serbaguna yang dapat berfungsi untuk menghadirkan program khusus seperti diskusi, seminar, pemutaran film dan lokakarya.
  • Rumah Bambu: Rumah yang terbangun dari bambu ini adalah bangunan orisinil sebelum pembangunan Selasar Sunaryo Art Space.
amphiteater
amphiteater difoto dari selasar depan perpustakaan, sumber: hani

Penutup

Saya memang suka banget datang ke galeri atau museum yang memang dirancang khusus sesuai fungsinya. Bukan sebuah galeri atau museum yang dulunya rumah tinggal atau aula yang mengalami renovasi.

Merancang sebuah bangunan dengan konsep mendalam sesuai karakter pemiliknya bukan perkara mudah, apalagi SSAS didesain di lahan berkontur yang perlu penanganan dalam penataan tinggi-rendah bangunan supaya tidak merusak lingkungan.

Adanya pameran “Seabad Sadali: Menjejak Bumi Menembus Langit” menampilkan lebih dari 70 lukisan dan drawing-nya sejak tahun 1949 hingga 1987, menyempatkan saya mengamati desain bangunan sekaligus mempelajari isi pameran. Sayangnya saya belum cukup waktu untuk jelajah ke Perpustakaan, menyesap minuman hangat di Kopi Selasar atau menghadiri acara di Auditorium. Hari sudah cukup sore, saya harus segera pulang, apalagi sudah janji dengan driver grab yang saya minta menunggu.

Buat kalian yang mau ke Selasar (begitu kami sering menyebutnya, karena menyebut Selasar Sunaryo Art Space, kepanjangan), pameran diadakan sejak tanggal 19 November 2024 hingga 26 Januari 2025.

Kalau kalian mau ikut tur gratis kayak saya kemarin, masih ada lagi di tanggal 22 Januari 2025. Ikut saja IG nya di @selasarsunayo.

di antara peserta tur sadali
saya di tengah pakai tas merah 😀, sumber: IG selasarsunaryo

Pada sesi akhir di tanggal 25 Januari 2025 akan ditutup dengan pagelaran AYSO on Sadali dan Lifetime Achievement Award. AYSO adalah Acacia Youth String Orchestra, sebuah grup kecil orkestra biola yang sering tampil di galeri, museum, atau event lainnya.

Habis ini ke galeri mana lagi ya?

Semoga bermanfaat.

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

Tags

8 pemikiran pada “Tur Pameran “Seabad Sadali” di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung”

  1. Aku sebenarnya bukan seorang yang suka seni, terutama lukisan. Cuma kalau melihat yang ada di drama-drama, kayaknya pameran seabad sadali ini merepresentasikan seperti yang ada di drama dah.

    Balas
  2. Estetik banget ruang senyapnya
    Putih kaya lahi dimana gitu… semua spotnya punya khasnya sendiri2 yaa
    Jadi pengen juga betkunjung ke pameran Sadali

    Balas
  3. Nuansanya syahdu banget ya yang bagian taman itu. Saya bakalan betah deh habis lihat karya seni terus melipir ke sana.

    Balas
  4. Duh sama banget kita Mbak. Suka sekali datang ke tempat-tempat yang dibangun sesuai dengan fungsinya dan dilengkapi dengan rangkaian rancangan apik yang estetik seperti Selasar Sunaryo Art Space ini. Saya pasti betah deh berlama-lama di sini. Coffee shop yang dilewati juga cantik banget deh. Ada pohon besar yang dibiarkan tetap tumbuh dan ada di tengah-tengah tempat nongkrong. Mengagumkan. Cocoklah dengan keistimewaan Sunaryo sebagai Bapak Seni Rupa Moderen Indonesia.

    Saya kebetulan baru selesai membaca sebuah novel yang berjudul STOVIA. Anak-anak sekolah kedokteran di zaman Hindia Belanda dengan guru-gurunya masih orang Belanda. Saya jadi membayangkan bagaimana beliau mendapatkan ilmu yang sangat mumpuni tentang seni dan budaya saat ITB awal-awal berdiri pastinya. Keren sangad.

    Balas
  5. Sebetulnya Bandung punya banyak destinasi pameran, karena di Kota Bandung ada FSRD ITB yang dipenuhi bibit unggul
    Mereka membutuhkan wadah untuk menyalurkan daya kreatif
    Untunglah Selasar Sunaryo bertahan terhadap gempuran zaman

    Saya pernah ke sini malah bukan untuk nonton pameran, hehehe

    Balas
  6. Pertama kali pindah Bandung sebagai newlyweds tuh aku diajakin ke Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Kagum banget sama karya seni yag dipamerkan. Juga dengan ruangan demi ruangan yang memiliki berbagai makna, filosofi juga fungsi yang disesuaikan dengan karya seni yang dipamerkan.

    Sejujurnya, meski aku gapaham seni, aku menikmati keindahan Selasar Sunaryo Art Space yang dibangun mengikuti kontur tanahnya sehingga berundak-undak.

    Balas
  7. Ya Allah, cita-citaku yang dulu pengen jadi arsitek dan pelukis rupanya tidak tercapai, malah jadi guru hehe. Cuma alhamdulillah sih. Dan setiap lihat ada tour pelukis di daerah insha Allah sy pasti ikut juga melihat hasil karya mereka. Makasih kak artikelnya sudah kubaca, banyak insight baru.. 🙂

    Balas
  8. Aku bukan pecinta seni dan gak paham juga sama segala printilan seni.
    Tapi melihat tata letak dan konsep ruangan sama bangunan plus tamannya ini aku suka banget..
    Suasananya adem dan bikin nyaman

    Balas

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status