Bertabur Mozaik di Situs Sejarah Shakhi-Zinda, Samarkand

hani

Bertabur Mozaik di Situs Sejarah Shah-i-Zinda, Samarkand

Setelah mengunjungi Registan Square, dan selepas makan siang, kami melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi situs sejarah Shakhi-Zinda, yang jaraknya tak terlalu jauh.
Menurut pemandu yang mengantarkan kami, tempatnya di atas, naik tangga puluhan steps.
Ketika kami tanya, itu bangunan apa? Dijawab pemandu, bahwa yang kami kunjungi adalah kompleks pemakaman.

Sejarah Shakhi-Zinda

Shakhi-Zinda menurut Wikipedia artinya The Living King. Jujur waktu saya ke Samarkand di Uzbekistan, ini belum paham betul objek-objek wisata yang dikunjungi. Saya baru paham setelah mempelajari lagi kisah sejarahnya dan membandingkannya dengan pengalaman visual setelah pulang ke Indonesia.

Dinamakan The Living King, mengambil kisah legenda Qusam bin Abbas, sepupu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Konon beliau dipenggal di sebuah situs dekat tembok Samarkand selama penaklukan Arab di Transoxania pada abad ketujuh. Legenda yang menjadi populer pada periode Timurid ini menceritakan bahwa Qusam, sambil membawa kepalanya di tangan dan dituntun oleh Nabi Khizr, turun ke dalam sumur, tempat ia tinggal selamanya di istana bawah tanah sebagai “Raja yang Hidup” (The Living King).

situs sebelum renovasi, sumber: https://www.archnet.org/

Di sisi lain, penelitian arkeologi menunjukkan bahwa bangunan paling awal di situs sejarah Shakhi-Zinda berasal dari abad ke-11 Masehi. Terdapat kuil dan bangunan-banguan berjajar yang terletak di atas gundukan tanah yang disebut Afrasiyab, di sebelah utara kota Samarkand.

Penggalian arkeologi juga telah mengungkap jejak-jejak madrasah empat iwan abad ke-22 yang didirikan di seberang kuil atas perintah penguasa Karakhanid Tamghach Bughra Khan yang berkuasa 1052-1066.
Di masa itu syiar Islam berdampingan dengan kepercayaan Zoroaster ajaran monoteistik yang berasal dari Persia kuno.

Di peta kota Samarkand, pintu masuk dari lereng selatan bukit Afrasiyab, kompleks Shakhi-Zinda terdiri dari beberapa makam di dalam bangunan-bangunan khas, berjajar membentuk koridor sempit sepanjang 200 meter. Menurut catatan, ada sekitar 40 bangunan pemakaman yang hampir setengahnya terungkap dari hasil penggalian arkeologi.

Makam yang khas di Shakhi-Zinda terdiri dari ruang makam persegi, ditutupi dengan kubah cangkang ganda dan bagian depannya terdapat portal melengkung (pishtaq) yang mengarah ke koridor.

Di bawah ruang makam terdapat ruang bawah tanah (sardab), tempat makam sebenarnya berada. Sementara portal yang menghadap koridor dilapisi dengan dekorasi mosaik yang rumit, sisi lainnya dibiarkan polos atau dimeriahkan dengan desain geometris sederhana dari batu bata. Bagian dalam yang khas dihiasi dengan mosaik keramik kecil-kecil atau plester yang diukir dan dicat.

Pengalaman Mengunjungi Shakhi-Zinda

peta situs sejarah shakhi-zinda
peta situs

Waktu kami tiba di sana hari menjelang ashar, saya dan teman-teman sesama Muslim belum ada yang salat. Jadi kami cari-cari info juga, apakah mungkinkan kami salat di sini.
Setahu saya, kompleks makam Muslim, apalagi tokoh yang dianggap berjasa dalam syiar Islam, ada masjidnya, minimal musholanya.

Ternyata menurut pemandu, di dalam kompleks walaupun ada masjid dan mushola, tidak ada tempat wudhu. Tempat wudhu di luar kompleks, menjadi satu dengan area toilet.
Jadilah kami wudhu terlebih dahulu, sebelum masuk ke kompleks.
Toilet di seantero Uzbekistan berbayar 2000 SOM, setara dengan Rp2000-an kurs IDR.
Airnya dingiin, apalagi waktu itu mulai gerimis.
Walaupun sudah memasuki bulan Maret, salju terakhir masih turun di tanah Samarkand.

toilet
toilet & wudhu di luar kompleks

gate situs sejarah Shakhi-Zinda
taburan mozaik di gerbang kompleks, sumber: hani

Kami memasuki gerbang yang megah dan di pintu tertera plakat bertuliskan: Shakhi-Zinda Memorial Complex of Islamic Architecture, founded in XI-XII centuries.

Begitu masuk mushola ada di kiri, sebelum naik tangga yang 40 steps itu.
Musholanya berbentuk ruangan tertutup dan terpisah antara mushola ikhwan dan akhwat.
Tadinya masih bingung, mencari mushola akhwat, saya dan seorang teman mau sholat saja di mushola ikhwan, ternyata berujung kami disuruh pindah…hehe…

Agak naik tangga, kami menemukan mushola akhwat. Ruangannya tinggi berkubah, karpetnya tebal tapi bau lembap dan dingin. Sayang tak sempat foto. Seperti yang sudah-sudah, bepergian pas musim dingin gini, mau foto sulit, harus buka kaos tangan.

Setelah sholat, saya pun ikut teman-teman naik tangga 40 anak tangga itu, walaupun saya belum sempat hitung sih. Tangganya terbuat dari bata berwarna merah agak krem, di kanan dibatasi dinding berwarna bata krem.

shah-i-zinda steps
40 anak tangga, sumber: https://www.turkestantravel.com/en/40-steps-from-shahi-zinda/

Sesampainya di atas barulah saya menyempatkan foto ke bawah, di sana-sini masih tampak lapisan salju tebal berwarna putih.

foto dari atas
foto dari atas, sumber: hani

Kami kemudian tiba di lorong yang di kiri-kanannya dinding bertabur mozaik biru toska, khas warna bangunan arsitektur Timurid. Mozaik adalah sebuah karya seni yang terdiri dari potongan-potongan kecil material seperti kaca, keramik, batu, atau bahkan benda-benda kecil lainnya yang disusun dan direkatkan untuk membentuk gambar atau pola yang lebih besar.

Entah perlu berapa hari kerja menyusun potongan keramik ini. Ketika reruntuhan ditemukan oleh arkeolog, tentunya perlu renovasi besar-besaran hingga menampilkan keindahan tak lekang oleh waktu seperti sekarang.

Di dalam setiap bangunan yang berjajar terdapat plakat-plakat yang menjelaskan siapa-siapa yang dimakamkan di sana. Mausoleum atau kompleks makam ini dibangun bertahap, antara tahun 1370-an hingga 1447, dan sebagian besar merupakan anggota keluarga Timurid.

Di ujung koridor diakhiri dengan beberapa ruangan yang dipakai untuk menjual suvenir berupa pashmina, selendang sutera motif khas Uzbekistan, dan pernak-pernik lainnya. Kami tidak membeli, karena menurut pemandu akan diajak ke pasar sesudah dari sini.

Kami pun masuk ke ruangan berlorong panjang, melalui masjid di dalam, lalu belok kanan naik tangga sedikit dan diterima di sebuah lobby kecil.
Di lobby ini di bawah atap kubah dihias dengan detail mozaik susunan geometrik warna keabuan, coklat, dan putih. Di bagian tengahnya tergantung lampu kristal yang cantik.

masjid di dalam, sumber: hani
plafon mozaik
plafon di bawah kubah, sumber: hani

Di ujung ada ruangan berpintu, konon di balik pintu inilah makam Qusam bin Abbas tersebut.
Sejak kekuasaan Uni Soviet ketika Islam dilarang, hingga kini setelah Uzbekistan merdeka, tempat ini populer menjadi tempat ziarah.

makam qusam bin abbas
ziarah kubur, sumber: wesgo travel

Grup kami diperbolehkan masuk ke dalam ruangan, dan beberapa di antara kami melantunkan doa untuk Qusam bin Abbas ini, salah satu pejuang Muslim di awal-awal munculnya Islam. Konon beliau dipenggal oleh penganut Zoroaster ketika sedang shalat.

Kami masuk bergantian, karena ruangan di dalamnya kecil. Di salah satu sisi lobby, ada seorang penjaga yang kemudian melantunkan ayat-ayat suci, tamu lain pun turut menyimak. Waktu itu yang berkunjung bukan hanya kami, tetapi juga ada warga lokal.

Penutup

foto bersama situs sejarah Shakhi-Zinda
foto di bawah guyuran salju, sumber: wesgo travel

Setelah ziarah ke makam Qusam bin Abbas ini, kami pun foto bersama di bawah guyuran salju lembut, sehingga foto jadi ada bintik-bintik putih. Saya pun menyempatkan bertukar buku dengan penulis legendaris Agustinus Wibowo, penulis travel, yang bukunya saya bawa “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah“.

barter buku di situs sejarah Shakhi-Zinda
barter buku, sumber: hani

Setelahnya lanjut menuruni kembali puluhan anak tangga untuk ke luar melalui gerbang depan. Di kanan tampak kubah biru yang merupakan salah satu bangunan di kompleks.

kubah biru
pemandangan dari atas, sumber: hani
foto bareng di situs sejarah Shakhi-Zinda
sebelum turun tangga di bawah guyuran salju, sumber: hani

Saya pribadi selalu suka wisata sejarah, terutama artefak arsitektur. Melalui artefak arsitektur ini saya jadi memperdalam perkembangan gaya Arsitektur Islam dengan berbagai kekhasannya. Situs sejarah Shakhi-Zinda di Samarkand, Uzbekistan dengan detail-detail mozaik yang disusun rapi sangat indah membentuk lafaz Allah. Saya membayangkan tukang yang menyusun potongan keramik ini pasti sabar dan ikhlas. Belum lagi kalau cuaca dingin seperti yang saya alami waktu itu.

Menghormati tokoh-tokoh yang berjuang menyebarkan agama Islam di sini, mungkin sama halnya dengan kita di Indonesia menghormati Wali di pulau Jawa yang menyebarkan agama Islam era kerajaan Mataram Islam.

Semoga bermanfaat.

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

Tags

11 pemikiran pada “Bertabur Mozaik di Situs Sejarah Shakhi-Zinda, Samarkand”

  1. Kirain di Indonesia saja yang ada tradisi ziarah ke makam tokoh agama, ternyata di Uzbekistan juga ada, dan Shakhi-Zinda adalah salah satunya.

    Kayaknya iseng banget ya mbak kalau ada yang beneran ngitung, anak tangganya beneran 40 atau nggak

    Balas
  2. Iya ya Mbak..ini mirip ziarah wali jadinya
    Asli, cantik sekali ini….bangunannya ditambah guyuran salju yang syahdu.
    Samaaa…saya pun membayangkan tukang yang membangun keramiknya, betapa sabar dan ikhlasnya mereka.

    Balas
  3. MashaAllah. Saya berdoa tahun ini bisa menginjakkan kaki di Uzbekh dan Samarkand. Mas Agustinus Wibowo sudah bolak-balik menawarkan tapi dananya belum terkumpul juga. Saya membayangkan dengan pendampingan Mas Agus, banyak makna yang bisa kita tabung ya Mbak. Jalan-jalan tidak hanya bermakna “sekedar berkunjung” tapi mendapatkan banyak insight yang menambah pengetahuan kita. Apalagi unsur arsitektur yang dilahirkan oleh orang-orang hebat terdahulu kita membawa kita ke sebuah kenangan betapa mereka sudah memiliki sense of art yang begitu mumpuni hingga keindahannya bisa dinikmati sepanjang masa.

    Balas
  4. Masya Allah bangunan ini sering aku jumpai dulu di pencarian google, begitu artistik dan tampak megah dan detailnya baru tau setelah baca blog mba Hani ini.
    Tentu menjadi pengalaman berkesan ya mba perjalanannya lantaran Kota Samarkand ini memiliki sejarah yang luar biasa panjang dan juga salah satu kota tertua di dunia

    Balas
  5. Keren banget ya?

    Budaya membuat keramik bermotif mozaik ini juga pernah muncul di Indonesia kayanya

    saya lihat dari beberapa rumah kuno (peninggalan zaman Belanda)

    malah rumah kuno di jalan Rajawali Bandung lantainya masih seperti itu. Kalo mozaik kaca justru ada di rumah saya di sukabumi yang sekarang udah rata dengan tanah

    Balas
  6. Saat ini, Islam di Uni Sovyet aman ya, teh..?
    Rasanya unik juga yaa.. ternyata di setiap wilayah di dunia ini ada “wali” Allah yang membantu menyebarkan agama Islam sesuai dengan budaya yang dipercaya masyarakat sekitar.

    Jadi penasaran sama aliran Zoroaster.
    Teh Hani menuliskannya seperti ngajakin kita jalan bareng ke Shakhi-Zinda, Samarkand.

    Balas
  7. Masya Allah, keren sekali mozaik-mozaik yang bertaburan. Indah dengan perpaduan warna yang memikat. Temasuk mozaik lafaz Allah yang disusun dengan sabar, ikhlas dan teliti. Semoga suatu saat saya bisa ke sana juga. Aamin..

    Balas
  8. Aku juga suka berwisata di situs-situs bersejarah seperti situs sejarah Shakhi Zinda ini lho, Mbak Hani. Otakku pasti sekalian mengembara dan membayangkan bagaimana kondisi bangunan tersebut ketika masa jayanya.

    Balas
  9. Bangunannya indah sekali dan terasa seperti menyiratkan masa lalu yang gemilang. Pasti seru ya kak jalan-jaln di sana.

    Balas
  10. Masya Allah mbak Hani. Mau juga dong diajak wisata sejarah. Memang beda ya kalau diceritain sama datang langsung. Tempatnya inspiratif banget.

    Balas
  11. Uzbekistan mayoritas muslim kah kak? Kok makamnya makam muslim?

    Tapi seru loh kalau plesiran sekalian dapat ilmu pengetahuan. Wawasan jadi makin luas

    Balas

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status