Walking Tour Menyusuri Kawasan Hidden Cicendo Bandung

hani

Walking Tour Menyusuri Kawasan Hidden Cicendo Bandung

Akhir-akhir ini saya suka kepoin Instagram yang temanya adalah walking tour menyusuri pelosok-pelosok kota Bandung. Saya menemukan akun ceritabandung.id yang pada suatu hari Minggu mengajak peserta tur jalan kaki jelajah kawasan Hidden Cicendo Bandung.
Saya memang suka wisata sejarah, dulu sering ikut grup Bandung Historical Trips. Nah, kali ini senang dong ada grup lain lagi yang sambil jalan-jalan mendengarkan kisah seru sejarah suatu kawasan.

poster ceritabandung.id
poster ceritabandung.id

Titik Kumpul Gedung Indonesia Menggugat

Titik kumpul di hari Minggu tersebut di Gedung Indonesia Menggugat, yang terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan, di sebelah persis Gedung Bank BNI. Mulai jalan-jalan pukul 08:30, waktu itu sekalian pulang dari pasar, jadi saya di drop suami rada kepagian.
GPP deh…sambil menunggu peserta lainnya, saya foto-foto bangunan saja dari luar.
Security juga mengingatkan sih, kalau hari Minggu, gedung ini tertutup untuk dikunjungi ke dalam, tetapi kami boleh kumpul-kumpul di halaman.

Saya sampaikan ke security bahwa kalau mau ikut acaranya CerBan (ceritabandung.id). Rupanya tempat ini sudah sering menjadi titik kumpul komunitas.

Gedung ini memang sering dipakai sebagai kegiatan berbagai komunitas, untuk diskusi, pameran dan lain-lain.
Awalnya, Gedung Indonesia Menggugat merupakan tempat tinggal warga Belanda yang dibangun tahun 1907. Pada tahun 1917, bangunan tersebut beralih fungsi menjadi Landraad atau Pengadilan Pemerintahan Kolonial Belanda. Pada tahun 1930, Landraad digunakan untuk mengadili para pejuang kemerdekaan. Beberapa pejuang yaitu Soekarno, Maskoen, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, Sastromolejono, dan Sartono.

Pada saat Soekarno diadili, Soekarno memberontak dalam sidang dan melakukan pembelaan dengan judul Indonesia Menggugat.
Setelah Indonesia merdeka, gedung ini berkali-kali alih fungsi, akhirnya sekarang bernama Gedung Indonesia Menggugat, yang menjadi bangunan cagar budaya kelas A.

gedung indonesia menggugat
kumpul di gedung indonesia menggugat

Ada Apa Dengan Cicendo

Setelah semua peserta yang mendaftar, pemandu acara, yaitu kak Selvi akan berperan sebagai story teller.
Kak Selvi sambil membuka album foto menunjukkan sebuah peta lama bertuliskan Peta Tjitjendo 1950
bangunan dan kawasan zaman dulu yang akan kami telusuri melalui walking tour ini.
Pada peta ada nama jalan Kerkhof Weg, lalu ada Blinden Institute. Kerkhof artinya kuburan, jadi kawasan Cicendo (ejaan lama = Tjitjendo) ini dulunya kuburan. Sedangkan Blinden Institute, adalah cikal bakal Wiyata Guna, pusat pelatihan disabilitas netra.

Setelah menjelaskan sejarah Gedung Indonesia Menggugat, kami pun diajak menyeberang menuju sebuah jembatan.

Walking Tour Menyusuri Kawasan Hidden Cicendo Bandung
peta cicendo tahun 1950

Tentang Viaduct

Rata-rata orang yang sudah lama di Bandung, tahu lah daerah Viaduct di mana.
Viaduct atau viaduk adalah jembatan atau jalan layang yang melintasi lembah, sungai, atau jalan raya. Bentuk viaduk terdiri dari beberapa bentang pendek yang saling terhubung.
Viaduk yang membentang di seberang Gedung Indonesia Menggugat ini di atasnya terbentang rel kereta api.
Jadi setiap ada kereta api menuju luar kota Bandung arah timur pasti melalui viaduk ini.

kereta api di viaduct
kereta api di viaduct
jalur walking tour
jalur walking tour mulai dari gedung indonesia menggugat ke gedung pakuan

Monumen Laskar Wanita Indonesia dan Tentara Pelajar

foto di depan monumen tentara pelajar rute hidden cicendo bandung

Kami memutar jembatan kemudian menyeberang ke sebuah taman yang di atasnya ada Monumen Laskar Wanita.
Kak Selvi kemudian menceritakan keberanian Laskar Wanita Indonesia (Laswi) dan juga para pejuang pelajar dalam membela dan mempertahanan kemerdekaan Indonesia.

Pada masanya, Tentara Pelajar adalah kesatuan militer yang ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia beranggotakan pelajar dan mahasiswa.

Monumen Lokomotif TD 10024

monumen kereta api
di depan monumen TD 10024

Lanjut ke rute Hidden Cicendo Bandung berikutnya…
Kami pun menyeberang lagi menuju sebuah bangunan yang merupakan Kantor Pusat PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Bangunan ini juga merupakan bangunan peninggalan zaman Belanda dan sejak dulu menjadi kantor perusahaan kereta api.
Di halaman luar terdapat monumen lokomotif uap TD 10024 yang mendapat julukan Bang Tedi.

Gedung Pakuan

rute hidden cicendo bandung
gedung pakuan

Setelah mendengarkan paparan tentang perkereta-apian di Indonesia, kami pun melanjutkan tur jalan kaki, menyusuri jalan Kebon Jukut, menuju ke Gedung Pakuan.

Jalan Kebon Jukut dulunya bernama Kebon Djukut Noord, yang area ini dulunya tidak digunakan atau merupakan tanah kosong yang ditumbuhi rerumputan dan alang-alang.

Ketika kami sampai ke Gedung Pakuan, ternyata kami boleh masuk ke dalam, asalkan mendaftar terlebih dahulu.
Tentu saja tawaran ini tidak kami sia-siakan. Gedung Pakuan adalah rumah dinas Gubernur Jawa Barat, dulunya adalah rumah tinggal Residen di zaman pemerintahan Hindia Belanda.

Hari Sabtu dan Minggu memang Gedung Pakuan terbuka untuk umum, memberi kesempatan pada publik untuk jelajah ke rumah dinas pemimpin Jawa Barat.

Nanti ya, saya tuliskan terpisah tentang Gedung Pakuan ini.

rute walking tour
rute gedung pakuan – jalan cicendo – jalan pajajaran

Sekolah Luar Biasa Negeri Cicendo Bandung

Tepat di samping Gedung Pakuan, di jalan Cicendo terdapat SLBN Cicendo Bandung, untuk penyandang disabilitas tuna rungu.
Bangunan berupa gedung sekolah dan asrama selesai dibangun dan di buka secara resmi, pada tanggal 18 Desember 1933,dengan jumlah murid 26 orang diantaranya 6 orang tinggal di luar asrama.
Menurut catatan sejarah merupakan sekolah tuna rungu tertua di Indonesia.

Dana pembangunan sekolah ini didanai oleh KAR Bosscha, yang juga mendanai gedung teropong bintang di Lembang.

Rumah Sakit Mata Cicendo

kak selvi
Kak Selvi in action menceritakan sejarah RS Mata Cicendo

RS ini awalnya bernama “Koningin Wilhelmina Gathuis Voor Ooglijders” yang diresmikan pada tanggal 3 Januari 1909. Direktur RS yang pertama adalah warga Belanda, bernama C.H.A. Westhoff, MD. Mula-mula RS ini hanya melayani pasien rawat jalan, rawat inap dan kegiatan operasi bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya yang mengalami penyakit trachoma dan xerophtalmia.

Tour jalan kaki ini beberapa kali berhenti untuk menyambangi setiap objek sambil Kak Selvi memperlihatkan objek-objek zaman dulu.

Hari telah menjelang petang, ketika Kak Selvi mengajak masuk ke gang bernama Gang Pajiping Utara.
Di sini ada toko roti French Bakery, yang dulunya beralamat di jalan Braga.
Kami pun istirahat kira-kira 15 menit.

Saya memesan Ice Salted Caramel Coffee, ternyata saya mendapatkan free Ice Americano. Yawsudah, free Americano nya saya berikan ke sesama teman seperjalanan.
Teman-teman lain membeli roti yang terlihat empuk dan variannya macam-macam. Buy 1 get 1 free juga.

Toko roti French Bakery

Pabrik Kina

Setelah beristirahat kami lanjut ke pojokan jalan Cicendo dan jalan Pajajaran, terdapat pabrik kina, yang sekarang masih beroperasi.

Pabrik kina ini didirikan pemerintah Hindia Belanda tanggal 28 Juli 1896, dulu namanya Bandoengsche Kinine Fabriek N.V. Pabrik ini berlokasi di batas barat kota Bandung. Pabrik ini terletak di empat sudut persimpangan jalan Cicendo, Cihampelas, dan Pajajaran (dulu Kerkhof Weg).

Di persimpangan ini dulunya terdapat traffic light pertama di kota Bandung. Lucunya traffic lightnya berbentuk garis berwarna merah dan hijau. Garis vertikal warna hijau, tanda jalan, sedangkan garis horisontal warna merah, tanda berhenti. Kata Kak Selvi, kenapa dibuat garis bukan bulat seperti sekarang, untuk membantu orang-orang yang buta warna, jadi tahu kapan berhenti kapan jalan.

traffic light pertama di bandung
traffic light pertama di bandung

Mata Air

Ketika kami jalan menyusuri jalan Pajajaran, kami berhenti di depan GOR Pajajaran. Kak Selvi pun lanjut menceritakan bahwa di lokasi GOR Pajajaran ini dulunya merupakan makam Kebon Jahe, pindahan dari makan sekitar Gedung Pakuan.
Dulu makam masih campur-campur antara Muslim, Belanda (Kristen) dan Tionghoa.

Nah, di belakang makam ini dulu ada Kampung Dobi dan mata air yang dipakai mencuci. Dobi artinya tukang cuci atau penatu. Zaman dulu penduduk di Kampung Dobi ini pekerjaannya mencuci pakaian orang-orang Belanda.

Ketika makam-makam pun dipindahkan sesuai agama, Muslim di Astana Anyar, Kristen ke Makam Pandu, dan Tionghoa ke Cikadut. Nisan-nisan yang tidak terpakai dipakai sebagai papan penggilas cucian.
Adapun tukang-tukang cuci waktu itu dikerjakan oleh laki-laki, karena dianggap lebih bertenaga.

Kami pun masuk ke Gg. Kina lalu menelusuri gang, belok kanan turun tangga, belok kanan lagi, sampai ke bangunan sederhana yang di baliknya ada mata air yang dulu dipakai mencuci itu. Airnya bening banget. Bener-bener ini spot tersembunyi di kawasan Cicendo.
Tepinya sudah dipasang keramik dan sehari-hari masih menjadi tempat cuci umum.

Mata air di Kawasan Hidden Cicendo Bandung

Sesudahnya kami jalan lagi menyusuri perumahan padat, sampai ke mata air berikutnya. Tetapi sekarang sudah dipagari sehingga tidak bisa diakses publik.

rute walking tour
rute tur jalan-jalan

Penutup

titik akhir Stasiun Bandung
end point, stasiun bandung

Kami pun melanjutkan tur jalan kaki tembus ke jalan H. Mesri dan akhirnya sampailah ke titik perjalan akhir yaitu depan Stasiun Kereta Api Bandung di jalan Kebon Kawung.

Sebetulnya kalau mau lanjut, itu sampai lagi sih ke Gedung Pakuan.
Saya menghitung melalui smart watch, pagi hingga siang itu saya sudah jalan kaki 8000-an langkah, sekira 6 km lebih.

Nah, itulah cerita Hidden Cicendo Bandung, hal-hal yang tersembunyi di balik cerita kawasan Cicendo pada zaman pemerintahan Hindia Belanda.

Bandung, memang tidak habis-habisnya punya cerita. Di tengah kemacetan, yang mendudukan Bandung kota termacet di Indonesia dan no-12 dunia, saya menemukan kisah menarik melalui jalan kaki.

Mau jalan kaki ke mana lagi nih? Nantikan walking tour saya berikutnya yah…

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

Tags

8 pemikiran pada “Walking Tour Menyusuri Kawasan Hidden Cicendo Bandung”

  1. Wah, saya paling suka acara seperti ini, Mbak. Berjalan kaki menyusuri tempat-tempat bersejarah. Nambah pengetahuan, nambah pengalaman, dan nambah teman. Kalau dekat saya mau ikut nih. Apalag di Bandung memang banyak tempat-tempat bersejarah ya, Mbak.

    Balas
  2. Saya belum pernah loh Mbak ikutan walking tour. Padahal dah banyak yang ngajakin dan cerita tentang keseruannya. Karena jalan kaki semua rincian dari apa yang kita tuju bisa dinikmati secara maksimal hingga ke akar-akarnya. Sekaligus olga dan jajan ini itu pastinya ya Mbak. Aaahh kapan-kapan pengen ikutan ah. Khususnya ke berbagai tempat dengan jejak sejarah yang patut dinikmati.

    Balas
  3. Wah senengnya “ngukur jalan”, saya juga pernah mau ikutan komunitas Aleut yang punya aktivitas semacam ini, tapi urung karena pengikutnya mayoritas anak muda
    Takut gak bisa ngikutin kecepatan jalan mereka 😀

    Kompasianer Bandung juga pernah bikin acara ini, sayang gak diterusin.
    Padahal bakal menambah semarak isi Kompasiana ya?

    oiya ngobrolin tentang mata air, ternyata Bandung pernah punya 3000 mata air, karena itu ada nama Sekejati, Sekeloa dst (Seke=mata air)

    Balas
  4. Teh, pingin ikutan komunitasnyaa..
    Rasanya seru yaa… mengetahui sejarah area Cincendo. Ini baru Cincendo yaa.. aku penasaran sama kisah horor horornya juga gitu teh.. hihihi.. maklum, pingin ikutan merasakan vibes serem kalo ada film Sunda.

    Balas
  5. Asyik banget ya ikut walking tour ke tempat-tempat bersejarah begitu, Kak. Sembari mengenang perjuangan mereka. Kok aku ingin ikutan komunitas seperti ini juga ya

    Balas
  6. Ternyata banyak tempat sejarah juga ya mba wajib dikunjungi nih Hidden wisata di Cicendo Bandung, jarang banget didengar ya rata2 braga, lembang, ciloto yg terkenal next klo k Bandung wajib deh ke Cicendo

    Balas
  7. walking tour seperti ini menyenangkan, apalagi ke tempat-tempat bangunan bersejarah.
    Rute yang dilalui mbak Hani lumayan jauh juga ya mbak, tapi kalau sama temen-temen baru dijamin menyenangkan dan nggak terasa kalau jauh
    penasaran pengen masuk ke rumah dinas gubernur, menarik sekali. Kawasan yang lain juga nggak kalah seru pastinya

    Balas

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status