[ReviewBuku] Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah

hani

Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah

Kalau Teh Santi di komunitas ngeblog Mamah Gajah Ngeblog (MGN) di telegram tidak upload foto dari IG yang captionnya “NEPAL – Traveling, Writing, and Capturing the Journey”, saya mungkin tidak membaca buku “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah”.

Grup MGN, adalah grup ngeblog Mamah-mamah alumni perguruan tinggi berlogo gajah di Bandung, chatingannya suka random, mulai dari penulisan, ngeblog, masak, hingga bahas politik.
Waktu itu tanggal 15 Januari 2024, menjelang Pemilu, tapi obrolan random berlanjut dengan adanya flyer yang di-forward dari akun IG @agustinusjourney, sebuah rencana perjalanan ke Uzbekistan.

Sejak akhir tahun lalu, saya memang mulai kepo, mencari informasi, berapa dan bagaimana bisa sampai ke Uzbekistan, utamanya kota Bukhara.

BUKHARA! Bagi saya ibaratnya seperti negeri dongeng. Tempat yang saya impikan untuk dikunjungi nyaris 20 tahun belakangan ini. Saya cuma tahu, merupakan tempat kelahiran Imam al-Bukhori, yang catatan hadisnya sering menjadi panduan umat Muslim, melengkapi Al Quran, tentu saja.
Buku tebal Hadis Bukhori-Muslim, saya rasa, ada hampir di semua rumah keluarga Muslim.

Perjalanan Membeli Buku “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah”

Penasaran dengan buku maupun penulisnya, saya pun mencari tahu, di mana bisa membeli buku ini. Apalagi teman-teman di grup tuh sudah baca buku-bukunya Agustinus Wibowo (AW) lainnya, misalnya “Titik Nol” dan “Selimut Debu”.

Ketemulah link di Gramedia Online dan saya memesan melalui toko buku Gramedia jalan Supratman, Bandung. Buku seharga Rp133.000,- dan setelah diskon menjadi Rp106.400,- tanpa pikir panjang langsung saya lunasi.

Tapi tunggu punya tunggu, buku tak kunjung tiba. Sedangkan rasa penasaran dengan negeri Sang Perawi ini makin menggebu. Jadilah, saya diantar suami, menjemput bukunya langsung ke toko buku. Kata petugas di toko buku, Kang Paket ekspedisi tak kunjung datang menjemput buku, padahal buku sudah rapi terbungkus.

Review Buku “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah”

“Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah”
cover buku

Buku dengan cover kuning kunyit ini desainnya unik, ada cutting mirip slash (/) yang memisahkan kata Garis dan Batas.

Judul Buku : Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah
Pengarang : Agustinus Wibowo
Kategori : Memoar/ Traveling
ISBN : 978-979-226-884-3
Ukuran : 13,5×20 cm
Halaman : xiv, 510 hlm
Harga : Rp133.000,-
Tahun Terbit : 2011
Cetakan ketujuh: 2020

Buku setebal 510 halaman ini, terbagi menjadi Prolog, Bab I hingga Bab V, diakhiri dengan Epilog. Buku memoar traveling ini diselesaikan Agustinus selama dua tahun, ditulis ulang berkali-kali, dan melampaui meja redaksi lusinan kali.

Epilog

Epilog diawali dengan kisah sungai yang mengalir dari atas tebing, berkelok-kelok, kadang bergelora, kadang tenang, hingga ke Laut Aral. Sungai Amu Darya, AW menyebutnya sebagai “Sungai Pemisah Takdir”, juga menjadi perbatasan dua negara, adalah awal perjalanan AW menembus perbatasan dari Afghanistan, ke Tajikistan.

Bab I – Tajikistan – Eksistensi Negeri Merdeka
Bab II – Kirgiztan – Tenggelam di Atas Peta
Bab III – Kazakhstan – Kebanggaan di Simpang Jalan
Bab IV – Uzbekistan – Tarian Masa Lalu
Bab V – Turkmenistan – Utopistan

Membaca berurutan dari Bab I hingga Bab V buku “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah”, ada benang merah yang bisa kita tarik dari negara-negara yang memerdekaan diri dari Rusia di tahun 1991. Mereka merupakan negara-negara bentukan Uni Soviet di tahun 1920-an, sehingga bahasa Rusia merupakan bahasa “antar etnis” yang masih digunakan hingga sekarang.

STAN, sejatinya artinya tanah, dari bahasa Persia, istan. Sedangkan Tajik, Kirgiz, Kazahks, Uzbek, dan Turkmen merupakan nama-nama suku bangsa yang mempunyai ciri dan latarbelakang sejarah uniknya masing-masing.

Begitu merdeka, tiap negara tersebut tentunya mempunyai bahasa nasional, yang ternyata tidak mudah. Di era kekuasaan Uni Soviet, bahasa lokal tidak berkembang, sehingga setelah lepas dari Rusia, sangat sedikit orang yang menguasi bahasa nasionalnya sendiri.

Kelima negara STAN ini menurut catatan kependudukan, >70%-90% warganya menganut Muslim. Tetapi lebih dari 60 tahun di bawah tekanan Uni Soviet yang melarang ibadah semua agama, maka melaksanakan ibadah agama Islam sehari-hari pun belum sepenuhnya dilakukan oleh warganya.

Membaca baris demi baris perjalanan AW menembus batas-batas antar negara, otomatis saya juga harus membolak-balik peta. Dengan demikian saya bisa membayangkan perjalanan ala backpacker AW, ketika dicurigai sebagai mata-mata, lalu harus menyusuri jalan di kota kuno Istaravshan yang gelap di Tajikistan.

peta buku garis batas
buku dilengkapi peta

Juga membayangkan kelezatan laghman Uygur, di kota tua Osh, di Kirgiztan. Laghman, bakmi tebal merupakan kuliner pengaruh dari Cina yang kaya bumbu, agak pedas, disertai cacahan daging empuk.

Selepas dari Kirgiztan, AW melanjutkan perjalanan ke Kazakhstan, yang di peta laksana raksasa besar, dengan keempat negara lainnya hidup di bawah bayang-bayangnya.

Negara yang dulunya dikenal sebagai daerah suku bangsa Kazakh, suku bangsa nomad yang piawai berperang sambil menunggang kuda. Negara yang luasnya 1.5 kali Indonesia tetapi penduduknya 16 juta jiwa, sekarang menjelma menjadi negara kaya raya karena minyak, gas, dan hasil tambang.

Meninggalkan negeri padang rumput dan stepa luas, yang ketika musim dingin saljunya bisa sebatas dada orang dewasa dengan suhu minus 15 derajat Celcius, AW menyeberang ke Uzbekistan.

Kali ini AW disambut dengan keramahtamahan bangsa Uzbek di negeri yang sohor sebagai perlintasan perdagangan di era Jalur Sutera.

Saya pun turut membayangkan pesona arsitektur Islam yang selama ini cuma tahu dari buku “Architecture of the Islamic World: Its History and Social Meaning”. Seperti apa indahnya masjid bertaburkan mozaik biru turkis, ornamen berlafaskan asma Allah dan Muhammad.

Berjalan-jalan di kota tua Bukhara lalu menapaki kota bersejarah Samarkand, saya membayangkan AW seperti menembus lorong waktu.

Selepas dari Uzbekistan, AW sampai ke negeri Turkmenistan, yang di buku “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah”, tertulis “Utopistan”.

Sebuah negeri yang dibentuk sedemikian rupa oleh Presiden pertama setelah merdeka, Saparmurat Niyazov, sekarang menjadi negeri misteri. Sang presiden yang menjuluki dirinya sebagai Turkmenbashi, membuat kitab yang harus dihafalkan seluruh rakyatnya. Negeri yang membangun sangat masif ibukotanya dengan gedung putih berlapis emas tetapi kosong melompong. Negeri yang kaya raya karena minyak dan gas alam, supply gas dan transportasi murah, tetapi sulit cari kerja.

Epilog

Sebagai akhir perjalanan di negeri-negeri STAN ini, AW menapaki kembali perbatasan menyeberang ke Afganistan. Afganistan mungkin setali tiga uang dengan negeri-negeri STAN yang harus membangun kembali negaranya gara-gara Uni Soviet. Hanya saja, Afganistan tidak berhasil ditaklukan setelah perang lebih dari 10 tahun. Sedangkan lima negara berakhiran STAN, memerdekakan diri dari Rusia.

Book Signing “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah”

Akhir Februari yang lalu saya dan suami berkesempatan ikut grup wisata ke Uzbekistan yang salah satu travel buddy-nya Agustinus Wibowo, sang Penulis.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, saya pun membawa serta buku “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah” ini dalam perjalanan. Rencananya kalau ada kesempatan saya akan minta tanda tangan dong ke penulisnya. Saya pun membawa buku bunga rampai “Arsitektur Masjid Demak – Menjaga Otentisitas & Menawarkan Modernitas” untuk saling bertukar buku.

Penutup

Kebetulan ketika saya tiba di Uzbekistan, sampai pula di bab IV tentang Uzbekistan. Jadi apa-apa yang disampaikan di buku, sebagian besar tahu tempat dan bangunannya.

Saya suka gaya penulisan AW karena mudah dicerna dan storytellingnya bagus banget. Sehingga saya bisa membayangkan kecemasan AW ketika beberapa kali dituduh mata-mata. Walaupun telah merdeka dari Rusia, tetapi mencurigai orang asing mungkin masih terbawa gaya KGB.

Bisa menyambangi negeri yang pernah ada di bawah kekuasaan negara adi daya seperti Rusia ini, saya bersyukur banget hidup di Indonesia. Rusia berhasil dengan politik devide et impera-nya.
Contohnya di kota Samarkand, orang lebih fasih berbahasa Tajik, padahal Samarkand ada di Uzbekistan. Atau ada kampung milik Republik Kirgiztan, dihuni oleh orang-orang Kirgiz, tetapi terletak di tengah daratan Uzbekistan.

Buku “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah” ini akhirnya tuntas saya baca setelah kembali ke Tanah Air. Buku ini membuat saya merasa beruntung, bahwa dulu ada Ikrar Sumpah Pemuda jauh sebelum Indonesia merdeka. Sehingga kita berbahasa yang satu, Bahasa Indonesia. Kalau engga, bisa jadi kita Holland spreken antar teman-teman dari provinsi lain.

Semoga bermanfaat.

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

Tags

38 pemikiran pada “[ReviewBuku] Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah”

  1. Baca bukunya lalu dilanjutkan dengan melihat negaranya secara langsung bikin pengalaman yang luar biasa ya. Kita bisa mencocokkan gambaran dibuku dengan aslinya. Menarik banget.

    Balas
  2. Luar biasa bisa menapaki jejak ke Afganistan, banyak hal yang berkesan pastinya. Buku yang keren memang ya, sehingga wajar best seller

    Balas
  3. huhuhu Mbak Hani udah ke Uzbekistan, negara impian nih

    Selama ini saya penasaran dengan negara Asia Tengah

    saya bayangin negaranya eksotis baik kultur maupun bangunannya

    untuk langkah awal, baca dulu bukunya Agustinus Wibowo ya?

    Balas
  4. Seneng ya Mbak bisa ikutan perjalanan penuh kesan ke negara-negara STAN bersama dengan Agustinus Wibowo. Saya awalnya pengen ikutan juga tapi terkendala dengan beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan.

    Saya sendiri pernah belajar menulis tema traveling dengan Agustinus Wibowo. Waktu itu The Jakarta Post mengadakan travel writing course salam sekitar dua bulan lamanya. Betah banget hadir di kelasnya Mas Agus. Orangnya humble dan details. Mengajak kita untuk mempertahankan DNA cara kita menulis tapi dengan tetap mengembangkan skill agar tulisan kita bisa lebih berbobot, punya aura, dan memiliki jiwa. Banyak diskusi yang terbangun saat rangkaian kelas diadakan di setiap akhir minggu. Sebuah keberuntungan yang telah membentuk saya menjadi lebih baik. InshaAllah ilmu yang sudah dibagi benar-benar bermanfaat untuk kepenulisan saya pribadi.

    Balas
  5. Perjalanan yang menarik, apalagi sambil membawa buku yang isinya tentang negara-negara yang dikunjungi. Jadi bisa melihat secara langsung tempat-tempat yang digambarkan di dalam buku. Seru banget mbak perjalanannya..

    Balas
  6. Rasanya aku bacs buku Pak Agustinus selain Titik Nol, tapi aga lupa judulnya. Sedangkan Garis Batas sendiri, aku blum pernah baca.
    Menjadi semacam mantra untuk pembaca agar bisa mengunjungi negara-negara Timur Tengah. Membayangkannya saja uda penuh semangat. Napak tilas salah satu perawi hadits ternama. MashaAllaah~

    Balas
  7. Suatu kebahagiaan Mbak Hani bisa menjelah negara dengan akhiran STAN ya, Mbak. Terus serunya, Mbak Hani sudah mrmbaca buku yang berkisah ke negara akhiran STAN juga. Jadi pas kelar bukunya, bisa langsung melihat langsung dan merasakan langsung tempat aslinya.

    Balas
  8. Suatu kebahagiaan Mbak Hani bisa menjelajah negara dengan akhiran STAN ya, Mbak. Terus serunya, Mbak Hani sudah membaca buku yang berkisah ke negara akhiran STAN juga. Jadi pas kelar bukunya, bisa langsung melihat langsung dan merasakan langsung tempat aslinya. Pengalaman tak terlupakan.

    Balas
  9. Akhirnya aku tahu mamah gajah ngeblog itu ternyata mamah-mamah alumni kampus dengan logo gajah di Bandung ya teh. Ini menarik buku garis batasnya yang tebalnya 510 halaman. Aku jadi ikutan ngiler sama laghman Ugyurnya. Kek kebayang nikmatnya bakmi tebal yang kaya bumbu, agak pedas, dan disertai cacahan daging empuk itu di mulut.

    Balas
    • Saya jadi penasaran ingin membaca buku ini, Mbak. Apalagi saya sebelumnya hanya tahu adanya Usbezkistan dan Kazakhstan. Ternyata banyak negara akhiran stan juga. Dan walau bukunya tebal, tetap menarik dan seru karena buku jalan-jalan.

      Balas
  10. Wah, mbak Hani keren bisa travelling ke Uzbekistan ya. Pasti banyak pengalaman yang didapatkan. Ada 5 negara STAN ya ternyata mbak, dan banyak cerita sejarah yang saya sendiri baru tahu dari tulisan mbak ini.

    Balas
  11. Tahunya Bukhara merupakan tempat kelahiran sang Imam yang terkenal ya, Imam Bukhori. Eh Uzbekistan itu kan yang kemarin ngalahin Timnas U-23 kan ya. Keren sekali Mba sudah pernah ke Uzbekistan. Mungkin mereka masih trauma dengan keberadaan orang asing, sehingga selalu dituduh mata-mata. Very nice story Mba Hani…

    Balas
    • Inget aja kak sama urusan bola hehe. Semoga pada kesempatan berikutnya sepakbola kita bisa menang pas ketemu Uzbekistan lagi

      Balas
  12. Wahh mantap bener udah cetakan ketujuh. Betapa bahagianya ya jadi travel writer seperti Mas Agustinus, habis jalan2 lalu dibukukan dan laku keras.

    Semoga bisa ke Uzbekistan beneran ya, Bun.

    Pengen ngajak Saladin juga ke sana, kalo bekas jajahan Sovyet berarti masih pake aksara ciryllic?

    Balas
  13. Menyenangkan sekali jalan-jalan ke tempat-tempat yang sebelumnya dipelajari dulu dari sebuah buku. Sudah membayangkan, kemudian melihat faktanya. Seru sekali!
    Btw bukunya termasuk sangat terjangkau ya, Bun, untuk ukuran setelah 500-an halaman gitu. Masuk list dulu, calon dibeli 🙂

    Balas
  14. Sudah lama banget aku pengen baca buku ini tapi belum kesampaian.. Dulu ini bukunya ngehits banget ya, sampai sekarang pun sudah cetak ulang beberapa kali. jadi makin penasaran kan…

    Balas
  15. Bukunya dari sisi cover terlihat simpel banget Mbak, tapi punya isian yang menarik. Terutama perjalanan ke lokasi yang menurutku jarang dibahas. Negara-negara dengan nama belakang “tan” kayak Kazaktan dll. Menarik banget

    Balas
  16. Wah jadi makin penasaran baca buku ini. Tulisan AW selalu memukau sih, apalagi kita diajakin menembus batas2 negara dan jadi makin jago lihat peta nih hehehe. Jadi kebayang kulineran dan membayangkan pesona arsitektur Islam yang indahnya masya Allah.

    Balas
  17. saya pernah membaca review buku Agustinus Wibowo (AW) yang titik nol. dan kesan yang didapat ternyata sama dengan mba Hani. ternyata memang penulis Agustinus Wibowo (AW) ini bagus dalam storytelling travelnya yang tidak umum dan tidak biasa. saya jadi tertarik dengan bukunya

    Balas
  18. waw, seru banget bisa ngebukuin cerita traveling. ini masuk wishlistkuuuuu. berarti ini semacam Naked Traveler ya kak? duh penasaran sama bukunya. karena setiap perjalanan punya cerita yang menarik

    Balas
  19. Demi apa? Beruntung sekali ya Mbak Hani dan akhirnya bisa bertemu mas AW, pengalaman yg MasyaaAllah. Jadi tertarik baca juga Buku Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah, terus ikutan nyari grup jalan-jalannya, siapa tau bisa beneran keliling sana. Hehe..

    Balas
  20. Buku ini bener-bener bikin merasa ikutan jalan-jalan, ya? Rasanya dapet pengalaman langsung dari setiap negara yang dilalui. Plus, bacaan yang ringan tapi banyak mengajarkan tentang sejarah dan budaya di Asia Tengah. Terimakasih udah sharing pengalamannya!

    Balas
  21. Enak banget sih bisa book signing langsung dgn penulisnya, tp di lokasi yg bs jd latar belakang kepenulisannya. Duh bahagianya double bgt sih ini. Biasanya kan book signing tuh di toko buku. Ini langsung di TKP latar belakang bukunya coy.

    Emg Asia Tengah ini memberikan bnyk persepsi ttg hidup yg berbeda pula dgn masyarakat Asia Tenggara ya kak. Meski masih sama di Asia, tp beragam budaya hingga bahasanya jg beda. Di situlah keunikannya yg perlu kita singgahi dan kita tadabburi bersama.

    Balas
  22. Judul “Garis Batas” terasa begitu tepat, karena perjalanan ini membawa kita melewati batas-batas geografis, budaya, dan bahkan ideologi. Agustinus dengan berani menjelajahi negara-negara yang baru merdeka setelah runtuhnya Uni Soviet, seperti Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kirgistan. Di setiap negara, ia bertemu dengan orang-orang dari berbagai etnis, agama, dan tradisi, membuka mata kita terhadap keragaman yang luar biasa di wilayah ini.

    Balas
  23. Baru tau nih pada saat dikuasai Russia dulu ada larangan beribadah. Rata2 penduduk negara2 STAN tadi muslim ya kayaknya mbak? Alhamdulillah ya sekarang sudah merdeka dan bisa menjalankan ibadah.

    Seruuu nih bisa melakukan perjalanan ke negara yang ada dalam tulisan AW, bersama penulisnya pula. Woww… pengalaman yang luar biasa ini, mbak.

    Balas
  24. Ini mah seru banget nih dan bakal jadi pengalaman luar biasa ya, baca buku tentang negara-negara, lalu bisa langsung mengeliling negara yang dikenal dari buku… Ah, jadi pengen ikutan baca bukunya

    Balas
  25. Baca buku sambil langsung traveling ke negaranya itu luar biasa sih, dengan begitu bisa melihatnya langsung kultur budaya di Uzbekistan

    Balas
  26. Mba apakah ini suatu kebetulan, dari buku menjadi kenyataan yang membawa perjalanan panjang yang tidak akan pernah terlupakan. Saya belum pernah main” keluar ke negara tetangga, padahal ıtunganya deket.

    Balas
  27. Gagal fokus sama sampul bukunya karena mirip sama cover novel Guru Aini karya Andrea Hirata. 😀 Tapi keren ya, baca buku sekalian traveling dan melihat suasana dan latar tempatnya langsung. Semoga suatu hari bisa kayak gini juga.

    Balas
  28. wow, bu hani keren sekali traveling ke Uzbekistan. pas banget travel buddy-nya Agustinus Wibowo, Penulis Buku Garis Batas. jadi pengen juga deh baca bukunya.

    Balas
  29. Ah menarik, pengen baca. Nanti mau nyoba cek di iPusnas, semoga ada. Kalau tidak ada, berarti harus beli di Gramedia Digital atau beli buku fisiknya di Gramedia Online.

    Balas
  30. Aku punya buku Titik Nol, tp sayang blm selesai kubaca. Padahal belinya udah lama banget. Belum ku baca krn dipinjam adek eh…. Malah udah rusak duluan huhuhu… Jd pengin baca jg buku Garis Batas.

    Balas
  31. Membaca judul bukunya “Garis Batas – Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah” aja udah bikin penasaran. uhuhu….pasti senang sekali ya tidak hanya mendapatkan gambaran negeri asia tengah lewat buku, tapi bisa berkunjung langsung…

    Balas
  32. Waaaa seru banget, mbanya gak hanya baca bukunya tapi pergi wisata bareng penulisnya dan langsung dapet tanda tangannya juga karena grup wisata ke Uzbekistannya salah satu travel buddy-nya mas Agustinus Wibowo ya, kak. So lucky banget

    Balas
  33. Jadi sebelumnya uda ada rencana ke Uzbekistan kah sebelum membaca buku Garis Batas, ka Hani?
    Rasanya bagaikan sebuah mantra yang terwujud. Doa yang ijabah dan semoga perjalanan demi perjalanan membawa hikmah yang berharga.

    Balas
  34. Wow ke Afganistan mbak. Ada konflik perang gak di sana seperti yang ada di film film Amerika. Lega ya setelah tuntas baca bukunya. Keren loh mbak

    Balas
  35. Ping-balik: √Kemegahan Registan Square Di Balik Selimut Salju

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status