Indonesia dengan berbagai suku dan adat budaya mempunyai keanekaragaman bentuk Arsitektur Tradisional. Hampir setiap provinsi mempunyai kekhasan bentuk arsitekturnya. Itu sebabnya sulit sekali menentukan hanya satu bentuk Arsitektur Nusantara. Berbeda misalnya dengan Arsitektur Jepang, yang mempunyai ciri tertentu.
Bila kita ingin mengetahui masing-masing kekhasan dari puluhan bentuk Arsitektur Tradisional idealnya kita jalan-jalan ke puluhan daerah. Benarkah?
Taman Nusa Gianyar – Bali
Pada suatu kesempatan, saya menghadiri seminar internasional yang diselenggarakan oleh ICNT (International Conference of National Trusts) di Ubud. Salah satu rangkaian acara seminar adalah berkunjung ke Taman Nusa Gianyar – Bali.
Taman Nusa seluas 15 hektar ini terletak di Jl. Taman Bali – Banjarangkan, Banjar Blahpane Kelod, Desa Sidan, Gianyar – Bali. Kira-kira waktu tempuh 30 menit dari Ubud dengan kendaraan mobil atau bus.
Begitu kami sampai di lokasi, disambut di lobby gedung oleh pemandu wisata dan dipersilahkan mencicip welcome drink segelas kecil jus jeruk. Di lobby terdapat maket keseluruh kawasan dan peta rute keliling kawasan dan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati oleh pengunjung.
peta kawasan Taman Nusa
Pertama-tama kami menuju ke Gedung Betel Leaf, atau Daun Sirih. Menurut pemandu, bentuk gedung tersebut mengadop dari daun sirih, sebagai daun yang banyak kegunaannya bagi masyarakat Indonesia. Bahkan bagi beberapa daerah, mengunyah daun sirih merupakan salah satu ritual menyambut tamu.
Kami disuguhi tari-tarian untuk menyambut tamu, yaitu tari Pendet dari Bali.
Selanjutnya pengunjung dapat menyusuri rute perjalanan sambil mempelajari perjalanan waktu bangsa Indonesia. Dimulai dari masa prasejarah, zaman perunggu, masa kerajaan, hingga kampung budaya Indonesia. Untuk membawa suasana di lini masa sesungguhnya, sepanjang perjalanan dipajang aneka artefak replika dari masanya. Misalnya alat pertanian perunggu, mangkuk, gelas, senjata berburu, dan lain-lain.
Salah satu bangunan yang mewakili perjalanan bangsa Indonesia adalah bangunan dari masa kerajaan di masa lampau, yaitu Borobudur.
Unik juga, ada replika Borobudur, skalanya kira-kira setinggi bangunan dua lantai. Jadi kami bisa naik ke atas, berkeliling, mengagumi pahatan mural di dinding. Betul-betul mirip dengan candi Borobudur.
replika Borobudur
Puluhan Bentuk Arsitektur Tradisional di Indonesia
Kalau saya pelajari legenda di peta kawasan, ternyata terdapat 78 obyek yang bisa kita sambangi. Sebagian besar adalah replika bangunan bergaya arsitektur tradisional dari seluruh provinsi di Indonesia. Walaupun Indonesia terdiri dari 33 provinsi, beberapa provinsi masih satu rumpun suku dan adat istiadatnya. Sehingga masih ada kemiripan satu sama lain.
Sesuai banget dengan visi misi didirikannya Taman Nusa yang diprakarsai oleh Santosa Senangsyah, yaitu sebagai sarana pelestarian, rekreasi dan pendidikan. Maka berkunjung ke Taman Nusa di Gianyar, Bali ini kita selain rekreasi juga belajar bentuk arsitektur tradisional.
Dari Timur ke Barat
Oleh pemandu di Taman Nusa, kami rupanya diarahkan untuk menyambangi wilayah Indonesia Bagian Timur terlebih dahulu.
Pertama, ketika kami memasuki kawasan Kampung Budaya, kami disambut oleh dua orang pemuda Papua yang menyajikan tarian selamat datang. Sesudahnya kami diarahkan ke Honai, bangunan tradisional Papua.
Tata letak seluruh bangunan tradisional memang didesain menyatu dengan lingkungan. Istimewanya kami bisa memasuki tiap-tiap bangunan tersebut dan merasakan ruang-ruang di dalamnya.
Selain susunan bangunan tradisional yang dibuat mirip aslinya, di halaman sekitarnya disajikan aneka budaya khas daerah setempat. Misalnya, dari lokasi provinsi Papua, kami menuju lokasi provinsi Nusa Tenggara. Deretan rumah dari suku Sasak, Manggarai, dan Sumba tertata dengan apik. Di tangga dekat rumah-rumah tersebut, beberapa gadis cantik menarikan tarian Maumere yang terkenal itu.
rumah menara Sumba
Kalau menyusuri jalan lingkungan yang ada di peta, maka kami sampai di kawasan suku-suku yang ada di pulau Sulawesi. Ada Minahasa, Gorontalo, Mamasa, Toraja, dan lain-lain. Di area ini pun berjajar rapi arsitektur tradisional yang menjadi ciri daerah Sulawesi.
sudut rumah adat Toraja
Di ruang terbuka yang terbentuk dari susunan bangunan, disajikan atraksi tarian perang oleh dua pemuda. Sedangkan di bawah salah satu rumah panggung, seorang bapak membuat kerajinan unik, kapal kecil yang disusun di dalam botol.
kerajinan botol Sulawesi
Jalan-jalan dilanjutkan ke wilayah pulau Kalimantan. Seperti kita ketahui sekarang ada 5 provinsi di pulau Kalimantan, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan terakhir Kalimantan Utara. Di jalan yang kami lalui, berseberangan dengan wilayah pulau Kalimantan, terdapat susunan rumah-rumah dari daerah Lampung, Bangka Belitung, Bengkulu, Palembang, dan lain-lain.
Tak terasa … eh, terasa sih (pegel), kami tiba di wilayah Barat Indonesia. Ketika kami tiba di wilayah Sumatera Utara, sedang ada pertunjukan musik memainkan lagu-lagu dari daerah Batak. Begitulah seterusnya bila kami menyusuri tiap wilayah, maka akan disambut dengan pertunjukkan khas daerah masing-masing. Ada tari-tarian, musik, ketrampilan, kerajinan, menenun, mengukir, dan lain-lain.
rumah adat Batak
pertunjukan kesenian Batak
Diakhir perjalanan kampung budaya, kami sampai di area Chinese Town atau Pecinan. Menampilkan barongsay merah yang lucu dan replika rumah dengan bergantungan aneka lampion. Di sinilah keunikan Indonesia, selain puluhan suku bangsa di Nusantara, etnik Tionghoa sudah membaur dengan warga Indonesia.
Selepas mengamati hampir seluruh replika puluhan bentuk arsitektur tradisional Nusantara, kami sampai di area terbuka tempat berdirinya patung Proklamator Republik Indonesia, Ir. Soekarno dan M.Hatta.
replika patung Proklamasi
Sebetulnya ada kendaraan shuttle yang bisa membawa kami berkeliling bila berjalan kaki dirasa terlalu melelahkan. Memang sih, saya yang memaksakan diri berjalan mengelilingi area, berakibat kaki saya kram parah. Apalagi jalannya tidak lurus, tetapi turun naik.
Menikmati Suasana Arsitektur Tradisional sambil Seminar
Kunjungan saya ke Taman Nusa sebetulnya dalam rangka seminar internasional yang diselenggarakan oleh ICNT (International Conference of National Trusts). Jadi rangkaian presentasinya diselenggarakan di beberapa tempat berbeda. Sehari sebelumnya pembukaan konferens diadakan terlebih dahulu di Ubud, kemudian presentasi masing-masing peserta yang akan memaparkan hasil penelitiannya diadakan di Taman Nusa ini.
Uniknya peserta dibagi menurut kelompok sesuai kajian. Waktu itu kami dibagi menjadi 5 kelompok, A-B-C-D dan E. Masing-masing kelompok disebar ke beberapa bangunan tradisional yang memungkinkan untuk presentasi.
rumah adat Minangkabau
Sesuai dengan daftar yang sudah disiapkan, saya masuk ke kelompok E. Rumah tradisional yang akan kami gunakan untuk seminar adalah rumah adat Minangkabau. Rumah panggung yang asri dan nyaman, sehingga kami dengan santai selonjoran di tikar sambil memperhatikan paparan presentasi seminar.
Fasilitas Lain di Taman Nusa
Selain replika puluhan bentuk arsitektur tradisional yang ada di Indonesia, ada bangunan-bangunan lain yang menunjang fungsi Taman Nusa. Bangunan-bangunan tersebut antara lain beberapa Museum, yaitu museum batik, museum wayang, dan museum budaya. Kemudian ada Auditorium, Perpustakaan, Sanggar Kesenian, Klinik, dan Musola. Sedangkan restoran terdapat dua jenis restoran, yang menyajikan menu khas Indonesia dan ala Western.
museum di Taman Nusa
Untuk dapat menikmati dan melihat seluruh puluhan bentuk arsitektur tradisional di area Taman Nusa, biaya tiket masuk sebesar Rp. 85.000,- untuk dewasa, sedangkan Rp. 70.000,- untuk anak-anak di atas 2 tahun. Jam buka taman mulai pukul 09:00 hingga 17:00 WITa. (harga tahun 2017).
Harga-harga di atas belum termasuk paket pertunjukkan budaya, atau paket makan siang.
Nah, teman-teman ada rencana mampir ke Taman Nusa di Gianyar, Bali? Bisa cek ke websitenya di wwwdottaman-nusadotcom.
Alamat Taman Nusa:
Jl. Taman Bali, Banjar Blahpane Kelod, Gianyar – Bali Phone: +62 361 952952 Fax: +62 361 953005 Email: info@taman-nusa.com
Follow juga IG di @tamannusa
Bandung, 9 Januari 2019
Ternyata banyak ya, Mba. Khas setiap daerah beda-beda, ada yang perpaduan Indonesia dan Tionghoanya. Unik.
Iya. Akulturasi budaya…udah ngeblend…
Ternyata, Kereeen. Ga perlu keliling, disini lengkap mewakili.
Menarik sekali bangunan-bangunannya. Beruntung sekali ya, mbak , bisa seminar di tempat istimewa gitu.
Wah asyik ya bun, seminar sambil jjalan jalan mengunjungi budaya nusantara. Itu mirip seoerti TMII ya bun?
Iya…mirip TMII…jadi…mininya Taman Mini…hehe…
Mau ke siniii.. Thank you sudah menuliskan ini bunda.
Insyaallah tahun ini mau ke Bali, semoga bisa mampir ke sini.
Duh udah lamaaa banget nggak ke Bali hehehe… dulu pas ke sana pengennya cuman mantai dan chasing sunset/sunrise. Besok deh kalau ada kesempatan semoga bisa mampir sini.
Kira-kira berapa luas lahan yang dipakai untuk membuat taman ini ya, Mbak? Apa mungkin semacam Taman Mini gitu? Apik, lho. Karena dia benar-benar kayak miniatur Indonesia. Dan kayaknya belum terlalu crowded kayak taman mini gitu. Jadi bisa benar-benar dinikmati.
Pas mulai jalan kaki…kesan pertama…ini sih bentuk mini Taman Mini Indonesia. Segitu juga saya udah kram…hehe…
bangga sekali dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Beruntung sekali bu Hani sempat menjelajahinya.
Alhamdulillah. Indonesia memamg kaya dengan ragam budayanya…
Betul Mbak. Semua ada di satu lokasi…
keren bingits buuuun. Aku udah lama enggak ke Bali, liat ini mupeng. Saya lupa udah pernah ke Giyanyar belum yak, wkwk. Nanti pas ke Bali mau ah mampir kesini. Makasih bun infonya.
Bagus tamannya ya bu Hani. Jadi makin banyak destinasi wisata menarik di Bali. Saya pun lebih memilih jalan kaki daripada naik shuttle. Bisa foto-foto lebih bebas ya bu 😊
Kalau replika Candi Borobudur saja setinggi bangunan dua lantai, berarti lahan untuk Taman Nusa Gianyar ini luas banget ya, Bun. Tertarik juga dengan sambutan tarian daerah di setiap provinsi. Total butuh berapa lama untuk menikmati taman ini dengan santai? Eh, memang dibuka untuk umum atau event tertentu seperti ini, Bun?
berarti ini mirip taman mini ya? penasaran dengan arsitekturnya. kebayang pegelnya mengunjungi semua tempat di taman nusa. aku masukkan ke destinasi kalau pas ke Bali. Infonya membantu banget.
Lha kok saya baru tau Taman Nusa ini, ya. Kudet berat, hehe. Alhamdulillah dapet info bermanfaat dari Bund Hani. Taman rasa TMII ini mah. Dari cerita tentang kaki yang kram, berarti lumayan luas juga, ya. Moga2 kapan2 bisa ke sono. Sebenarnya, Bali kan tetangga sebelah hehe…
Salut deh dengan bunda Hani yang bisa keliling Indonesia. Hehehe… Enak ya ke Taman Nusa udah bisa melihat aneka budaya 😄
wah keren banget yah. kira kira kalau ngevlog disana boleh gak yahhh,…. aku pengen ngevlog ihhhh
Mirip TMII ya. Di satu tempat bisa mengenal aneka budaya kita. TFS ya bu.
oalah ini di Gianyar Bali toh Mba. Ku tak sangka lho. Bagus 🙂
Candinya mirip sama Candi Borobudur ya
Berwisata sambil belajar budaya ini ceritanya.. Keren bangett !!!
Keliling indo dlm sehariii… Gk usah jauh2 ke timur
Kalau dicermati, Taman Nusa ini mirip Taman Mini Indonesia Indah ya Bu Hanni. Semua replika dari suku-suku penghuni 34 provinsi ada semua di sini. Karena letaknya di Ubud, kesempatan bagus juga mengenalkan budaya Indonesia secara internasional
Aku kok lngsung mikir TMII ya. Beruntung banget mbak bisa ke situ, Gianyar memang cocok untuk wisata budaya.
Ternyata bukan hanya di TMII ya yang banyak berbagai ragam kebudayaan tiap daerah, keren dh mba bs dpt berbagai info keragaman budaya hanya di satu tempat 🙂
Taman Nusa ini mirip miniatur Indonesia gitu ya mbak. Nggak cuma bangunan tapi ada museum juga. Ah, ini seru banget. Kalo ke Bali aku mesti agendain nih.
Waah jadi wishlist kalau ke Bali mampir ke sini mbak. Aku suka nih jalan-jalan sambil menambah wawasan 🙂
Waah baru dengar ada Taman nusa di Gianyar Bali. Kayak TMII di Jakarta ya ini. Tapi masuknya lebih mahal ya Bu.
Wah, kalo main ke Taman Nusa ini, bisa keliling Indonesia dalam sehari ya. Seru banget kalo bisa ke sana ajak anak anak dan keluarga.
Wah, baru tau nih di Bali ada destinasi begini, kadang suka bingung kalau bawa anak2 ke Bali mau dibawa keman yang juga bisa sekalian jadi wisata edukasi buat mereka, makasih sharing nya BuHani
Untuk taman seluas 15 ha, kayaknya gak bisa jalan-jalan hanya 1-2 jam di sana, ya
Iya. Sepanjang siang aja, saya udah kram. Ada mobil shuttle sih. Tapi kurang seru. Enaknya jalan kaki pelan-pelan…
Taman Nusa di Gianyar ini artistik ya. Bisa buat belajar untuk turis asing yang cuma kenal Indonesia dengan Balinya. Apalagi ada beberapa kesenian tradisional juga yang dipertunjukkan di sana ya.
Biaya masuknya lumayan juga ya. Tapi sudah termasuk buat shuttle juga sih ya. 15 hektar mah gempor juga kalau pakai jalan kaki. hehehe
Wah, sudah jauh berkembang sejak terakhir aku kunjungi di tahun 2013 kalau nggak salah. Museumnya jadi semakin banyak 🙂