Hai, bertemu lagi dengan saya untuk melanjutkan kisah perjalanan bersama teman-teman ke Flores.
Di artikel sebelumnya di sini, saya membahas tentang serunya kami bertukar informasi tentang harga tiket dan pilihan maskapai. Apalagi kami berasal dari berbagai kota dan meeting pointnya adalah di kota Maumere, Flores Timur.
Elly sebagai pemrakarsa dan bertempat tinggal di Kupang, serta Kiswanti yang mengkoordinir kami, membebaskan apakah tiket mau dibelikan atau mencari sendiri.
Pilihan Maskapai ke Flores
Tiba-tiba salah seorang dari kami, Ita, lapor, bahwa dia sudah membeli tiket melalui aplikasi sesuai tanggal yang disepakati. Ita memilih maskapai Sriwijaya Air, berangkat pukul 06:15.
Terhenyak dengan keputusan Ita yang sudah membeli tiket, teman-teman lain jadi terinspirasi untuk sesegera mungkin booking tiket. Beberapa dari kami, sebagai Emak-emak lewat umur, bukan paruh baya lagi, memilih titip dibelikan saja oleh Elly. Nanti kami transfer ke Elly sesuai harga tiket.
Waktu itu padahal masih bulan Agustus, sedangkan rencananya jadwal wisata adalah akhir bulan April tahun depannya.
Sebetulnya menguntungkan membeli jauh hari atau dekat hari keberangkatan, sih, kalau booking tiket? Ternyata kalau istilah urang Bandung, eta mah kumaha amal-amalanana. Tidak selalu booking jauh hari bisa mendapatkan tiket lebih murah. Kadang kalau beruntung dan dapat promo, tiket yang seminggu sebelum berangkat malah lebih murah daripada yang sudah pesan 7 bulan sebelumnya.
Tapi ini kan untung-untungan. Mengamati tiap hari harga tiket yang bergerak naik, mau tak mau membuat cemas. Akhirnya lebih baik beli sekarang, daripada rugi beli nanti.
Dari 20 peserta yang tercatat akan ikut wisata, sekira 10 peserta yang mantap pergi. Seiring waktu, beberapa di antara kami berguguran batal ikut dengan berbagai pertimbangan. Ada yang mempunyai jadwal pekerjaan yang ternyata tidak bisa ditinggalkan, ada jadwal keluarga, atau alasan kesehatan.
Tentu saja Kis sebagai koordinator harus segera mencari pengganti peserta agar biaya tidak membengkak. Biaya sebagai ancer-ancer berwisata kan sudah dihitung untuk 20 peserta. Apalagi ada beberapa akomodasi dan moda transportasi yang sudah dibooking juga.
Seperti sudah dibahas sebelumnya, ada 3 bandara di pulau Flores, yaitu Bandara Frans Seda di Maumere, Bandara H. Hasan Aroeboesman di Ende, dan Bandara Komodo di Labuan Bajo.
Di aplikasi Traveloka tercatat ada maskapai Sriwijaya, Lion, Batik, dan Garuda yang menjadwalkan penerbangan dari Jakarta ke Maumere. Semua maskapai transit terlebih dahulu di Den Pasar, kemudian harus ganti pesawat untuk melanjutkan perjalanan.
Beberapa dari kami memang ada yang tidak memilih maskapai tertentu karena alasan performance dari maskapai yang bersangkutan.
Satu demi satu, teman-teman ada yang membeli sendiri tiket, menyesuaikan dengan jadwal tiket Ita yang sudah booking duluan. Ada yang titip ke teman, kemudian dilanjutkan dengan japrian sendiri.
Ada yang titip minta dibelikan Elly, nanti transfer dan dishare kode bookingnya.
Saya dan dua teman lain, Woro dan Rini, berangkat dari Bandung. Bila menyamakan maskapai yang sudah lebih dahulu dibeli tiketnya oleh Ita, yaitu Sriwijaya, berangkat dari Jakarta pukul 06:15.
Berarti yang berangkat dari Bandung harus mempertimbangkan waktu check-in, 1 hingga 2 jam sebelumnya, hitung mundur lagi, sekira 4 hingga 5 jam perjalanan Bandung-Jakarta.
Adanya pembangunan dan pengecoran LRT di sekitar Krawang membuat durasi perjalanan Bandung-Jakarta diluar prediksi. Waktu tempuh yang biasanya 3 jam, molor bisa hingga 5 jam. Apalagi pengerjaan proyek memang dilakukan malam hingga dini hari.
Berarti kami harus berangkat dari Bandung malam hari.
Kasihan dengan geng dari Bandung, Elly memutuskan membelikan tiket Lion Air yang berangkatnya lebih siang. Jadi kami bisa agak santai, berangkat lewat tengah malam.
Di kemudian hari ada beberapa teman yang gabung memilih maskapai yang sama.
Akibatnya memang kami jadi ada dua rombongan keberangkatan. Rombongan ke I dengan Sriwijaya Air, berangkat pukul 06:15 dan tiba di Maumere pukul 11:55 WIT.
Rombongan ke II dengan Lion Air, berangkat pukul 07:20 transit di Den Pasar, berangkat lagi pukul 11:25 dan tiba di Maumere pukul 13:25 WIT.
Cerita serunya bila bepergian dengan maskapai LCC, low cost carrier, alias budget airline, adalah jadwal bisa sewaktu-waktu diganti atau disesuaikan. Sebagai konsumen, ya cuma bisa pasrah menerima keadaan. Seperti halnya yang saya alami bersama teman yang berangkat dari Bandung.
Kira-kira 2 hari menjelang keberangkatan, jadwal pesawat dimajukan, semula pukul 07:20 menjadi pukul 05:40. Alasan dimajukannya jadwal sepertinya hanya manajemen maskapai yang tahu.
Means, kami harus berhitung mundur 5 jam, jadi kami harus berangkat pukul 23:00 malam. Efek dominonya adalah, kami harus menjadwal ulang pemesanan moda transportasi dari Bandung ke Bandara Cengkareng. Saya dan Woro memesan bis Primajasa. Sedangkan Rini memilih mobil travel.
Tentu saja rangkaian imbasnya ke keluarga dan persiapan dari rumah. Minta suami baik hati, mengantar ke pool bis Primajasa. Sebelumnya makan yang kenyang dan mandi. Coz, besok sepanjang hari kan tak sempat mandi, mungkin juga tak sempat sarapan.
Dipikir lagi, tahu gitu kan, Elly tak perlu memesan maskapai yang berbeda dengan teman-teman lain yang naik Sriwijaya. Toh, kami juga jadwalnya dimajukan. Selain itu, maskapai sebelah memang lebih tepat waktu, sih. Kami yang segitu sudah dimajukan sekian jam, ketika ganti pesawat di Den Pasar ya tetap menunggu pesawat berikutnya, dan tentu saja delay.
Ganti Pesawat dan Persyaratan Berat Bagasi
Sebagaian besar bandara di Indonesia terutama di pelosok dan pulau-pulau kecil, landas pacunya pendek. Akibatnya hanya pesawat terbang perintis berukuran kecil yang bisa mendarat di sana.
Efeknya apa?
Tentu saja ke berat bagasi yang diperbolehkan.
Siap take off dari Bandara Nugrah Rai-Den Pasar ke Bandara Frans Seda-Maumere
Sumber: pribadi
Coba perhatikan, bila akan bepergian ke luar negeri dan perjalanan panjang, biasanya pesawat yang beroperasi pesawat jet berbadan lebar, dan bagasi yang diperbolehkan bisa maksimal 40 kg dan tas tenteng 7 kg.
Sedangkan pesawat jarak menengah yang kami naiki bertiket kelas ekonomi, dari Cengkareng ke Den Pasar, batas bagasinya 20 kg dan tas tenteng 7 kg.
Ketika akan melanjutkan perjalanan ke Maumere, kami ganti pesawat lebih kecil.
Untuk maskapai Lion, ganti ke pesawat Wings, pesawat berbaling-baling dua. Bagasi maksimal Wings, adalah 15 kg. Sedangkan teman-teman yang menaiki Sriwijaya Air, ketika di Den Pasar, ganti pesawat dengan Nam Air, kapasitas bagasi maksimal tetap 20 kg.
Awalnya membingungkan bagi kami, bagaimana bisa koper dari rumah dengan berat 20 kg, pas ganti pesawat lebih kecil, yang 5 kg dikemanakan?
Itu sebabnya sejak awal, di WhatsApp grup sudah diwartakan tentang barang apa saja yang sebaiknya dibawa, supaya kami tidak kelebihan beban.
Untuk amannya ya timbang dahulu koper di rumah, usahakan jangan bawa barang lebih dari 15 kg.
Prediksinya bila ganti ke pesawat kecil, batas beban bagasi 15 kg per orang.
Mungkin bagi teman-teman blogger berpikir, kok tidak backpackeran saja, supaya ringkas, tidak pusing urusan bagasi. Memilih menyimpan koper di bagasi pesawat (baggage check-in) memang perjalanan jadi agak lebih lama. Karena begitu sampai bandara, harus menunggu bagasi diturunkan dari pesawat. Sedangkan yang backpackeran bisa langsung melenggang.
Memang kami tidak merencanakan wisata backpackeran. Di usia segini, sepertinya masa backpackeran sudah lewat. Inginnya berwisata yang nyaman, tidak membuat sakit punggung, kemana-mana harus menggendong ransel. Tentu saja, walaupun koper dimasukkan bagasi, jangan memakai koper yang luar biasa besar, supaya tidak merepotkan orang lain.
Waktu itu saya memakai koper sedang ukuran, 50 X 38 X 20 cm, koper beroda yang sebetulnya bisa masuk ke cabin juga.
Sudah kan, tiket sudah di tangan. Belum sih, masih berupa kode booking.
Ingat ya, waktu bulan Agustus-September itu, kami baru memegang kode booking tiket berangkat. Belum seorangpun yang sudah membooking tiket pulang.
Walaupun demikian di sela keseharian, semangat jalan-jalan ya tetap membara. Mulailah share, barang apa saja yang harus disiapkan untuk wisata ke Flores. Teman malah terniat, tiap pagi jalan kaki, untuk menyiapkan diri nanti naik ke gunung Padar.
Selain barang bawaan, tentu saja termasuk dreskode.
Nah, barang apa saja yang harus disiapkan?
Tunggu lanjutannya ya…
Seru bangeeet ya bu pengalaman liburan rombongan ke Flores. ^^
Betul banget yang ibu bilang, mesti perhatiin bagasi, karena naik pesawat lebih kecil, kuota bagasinya berkurang juga. Saya pernah alami ini waktu perjalanan Solo-Surabaya terus lanjut Manado. Dari Solo naik Wings, jatah 15kg, emang mesti dipikirin benar-benar barang bawaan. Waktu itu, saya nambah uang bagasi karena kelebihan (nggak sampai 5kg sih).
Ditunggu cerita selanjutnya. ^^
Siap. Ini lagi ditulis lanjutannya…
Makasih udh mampir…
Iya nich bagasi memang selalu jadi masalah kalau sudah pake pesawat kecil.
Iya…kita suka lupa, enggak perhatikan kalau pindah pesawat lebih kecil, bagasi mengecil.
Saya galfok sama usia, lewat umur tapi semangatnya gilaaa!!
Mbak, sama kalau sudah urusan bagasi pusing sendiri, apalagi , kalau perginya sama anak-anak..printhilannya lebih banyak 😀
Enggak sabar nunggu kelanjutan ceritanya 🙂