Sejauh ini kami telah melakukan ratusan kilometer perjalanan darat sejak dari Maumere hingga Ruteng, sebelum melanjutkan ke Labuah Bajo. Kami hanya menginap semalam di hotel Shinda, Ruteng. Sudah kesepakatan bahwa sesudah sarapan atau paling lambat pukul 10 pagi koper harus disiapkan di depan kamar masing-masing. Oleh sebab itu begitu kami pulang dari Pasar Kain Tenun Ruteng, barang belanjaan harus sigap dikemas ke dalam koper. Hari ini kami akan check out (lagi) dan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo. Ada beberapa obyek wisata antara Ruteng dan Labuan Bajo yang akan kami singgahi nantinya. Ini merupakan rangkaian akhir dari perjalanan darat sejak berangkat dari Maumere. Rencananya wisata akan kami lanjutkan dengan naik perahu phinisi menjelajah perairan di Taman Wisata Komodo.
Kampung Adat Ruteng Pu’u
Kampung Adat Ruteng Pu’u terletak di Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Manggarai, NTT. Jaraknya hanya 5 km dari pusat kota Ruteng, mudah dicapai karena jalan menuju Ruteng Pu’u sudah diaspal bagus.
Ketika kami sampai di sana, kampung adat Ruteng Pu’u berbentuk lingkaran oval, ada halaman luas berada di tengah, kemudian gundukan batu dan pohon agak besar. Di halaman tampak dijemur hamparan gabah dan kopi, hasil bumi utama bumi Flores. Di sekeliling halaman ada jalan setapak terbuat dari batu. Terlihat hanya 2 buah rumah adat yang cukup besar berupa rumah panggung dengan bentuk atap kerucut yang tinggi. Di bagian belakang rumah adat dengan posisi di bawah tampak beberapa rumah lain.
Kami diterima oleh kepala suku Bapak Lambertus Dapur yang dengan ramah menerima rombongan kami. Ruteng Pu’u ternyata adalah cikal bakal budaya Ruteng. Dua buah rumah besar tersebut bernama Mbaru Gendang dan Mbaru Tambor, karena memang di dalam rumah disimpan gendang dan tambur.
Waktu itu kami diterima oleh kepala suku di rumah tambur, terlihat tambur kecil digantungkan di tiang rumah, tempat tuan rumah bersandar menyambut kami. Kepala suku menjelaskan dengan ramah sejarah kampung adat, ritual yang dilakukan, hasil bumi setempat.
Gereja Katedral Ruteng
Gereja bergaya arsitektur Eropa ini merupakan bangunan baru, dibangun tahun 1996, kemudian diberi nama Santa Maria Assumpta-Santo Yosef. Bangunannya sangat megah di atas tanah seluas 4000 m2. Gerejanya setinggi bangunan dua lantai, dengan lantai mezzanine di bagian belakang.
Kami hanya sebentar mampir di sini. Teman-teman kami yang beragama Katolik menyempatkan berdoa di dalam gereja, sedangkan yang lain menunggu dan foto bersama.
Gereja Katedral Lama
Waktu kami jalan kaki dari hotel menuju Pasar Ruteng, Katedral ini sudah terlihat monumental di ujung jalan pertigaan. Dalam hati, ini tata kotanya seperti kota-kota di Eropa, Gereja merupakan ujung atau pusat orientasi kota. Ternyata memang Gereja Katedral lama ini, yang bernama Gereja Santo Yosef, merupakan peninggalan zaman Belanda.
Menurut catatan sejarah gereja ini dibangun tahun 1929 dengan dua menara menempel di kanan-kiri bangunan dengan atap segi delapan yang mengerucut berhias salib di ujungnya. Keunikan gereja ini berdinding merah, sehingga dinamakan juga dengan Red Chappel.
Dibandingkan Gereja Sikka waktu kami mampir selepas mengunjungi Lepo Lorun. Gereja Sikka jauh lebih tua daripada Gereja Katedral Lama, walaupun struktur atapnya mirip.
Cancar Spiderweb Rice Field
Persawahan Cancar dengan pola jaring laba-laba, terletak di desa Cancar, kira-kira 17 km dari Ruteng, tak jauh dari jalan raya menuju Labuan Bajo. Untuk mendapatkan pemandangan yang baik dan pola sawah jaring laba-laba terlihat jelas, kami harus naik dahulu melalui jalan setapak menuju bukit Weol. Persawahan Cancar, terkenal dengan nama Cancar Spiderweb Rice Field, dalam bahasa setempat disebut Lingko.
Lingko adalah tanah adat yang dimiliki secara komunal untuk memenuhi kebutuhan bersama dan kearifan lokal satu-satunya di dunia yang membagi petak sawah mengikuti pola radial. Titik pusat pembagian petak disebut Lodok, ditentukan oleh tetua adat, dan pembagiannya disesuaikan dengan kepala keluarga dalam suatu komunitas adat.
Sun Set di Melo
Melo ditengarai merupakan lokasi paling diminati untuk mengamati sun set, karena letaknya yang strategis. Sayang kami tiba di tempat ini agak kesorean, matahari sudah mulai temaram bersembunyi di balik awan. Di kejauhan pun tampak samar-samar pantai Labuan Bajo, tujuan akhir perjalanan kami. Dengan demikian berakhirlah perjalanan darat kami menyusuri pulau Flores dari Timur ke Barat. Alhamdulillah kami lalui dengan selamat.
Besok kami akan jelajah di perairan Taman Nasional Komodo. Tak sabar kan, menanti kisah jelajah perairan Taman Nasional Komodo dari pulau ke pulau. Tunggu ya …
Bandung, 4 Juni 2019
Selalu suka kalau lihat tradisi dan budaya lokal asli Indonesia. Jadi bangga gitu, kalau Indonesia kayaaaa banget. Seneng deh ibu bisa jalan-jalan, hehehe. Mudah-mudahan bisa juga berkunjung kesana.
Iyaaa…alhamdulillah bisa ke sana.
Mudah²an nanti bisa lebih muda drpd kami sempat ke sana. Huehue…
Jadi lebih kuat dan jelajahnya lebih ke mana²…😘
Katedralnya cantiiikkk! Yang baru atau yang lama, dua-duanya apik!
Sebetulnya kota-kota lain di Indonesia juga begitu kok. Masjid raya dan katedral atau gereja besar ada di pusat kota. Contohnya Bandung (Masjid Raya – Katedral St. Petrus), Jakarta (Masjid Istiqlal – Katedral), Jogja, Semarang, Medan, dan banyak lagi.
Iyaaa…bener banget. Sayang Katedral St. Petrus-Bandung, kalah tinggi deh ama Apartemen di latar belakang…
Unik juga ya area persawahan di desa Cancar..bentuknya mirip sarang laba2..kreatif 😍
Ini epic banget yaa kak!
aku suka liat desa adat dan rumah adat tentunya, terus sawahnya keren yaa kak Cancar Spiperweb.
Eh ditambah sunsetnyaa juga yang cantik. Uh bikin betah yaa kak hehe
Wahh seru banget kak hani perjalanan daratnya, wisata antara Ruteng dan labuan bajo, aku ke sana ga melewati ini keknya apa ku tidur yaks haha,sarang laba2 yg hits memang mirip laba2 ya kak seru, jalan daratnya kurang lebih 7 sampai 8 jam ya kak dari ruteng ke labuan bajo.
Saya gemes pas lihat foto katedral lama. Gemes lihat kabel listrik yang bersliweran. Semacam mengganggu pemandangan hihihi. Soalnya itu katedral dan view di belakangnya udah cantik banget
Iyaaa…susah banget memang dapet view bangunan yg bebas kabel…🤔🙄
Makasih udah mampir…
Haha…aku setuju sama Mbak Chi. Tapi di Indonesia emang seringkali begitu ya. Btw, Bu di ruteng ini kampungnya salah satu teman blogger Kita lo.
Oh iya kah? Siapa ya blogger asli Ruteng? Nantik tak carinya…
dapur di rumah adatnya masih sangat alami ya 😀
Iya…masih pakai kayu. Cukup terang sih ruang dapurnya. Dan sebagai ruang berkumpul juga…
Kaya wae rebo rumahnya keren
Belum uy ke Kampung Adat Wae Rebo. Hmm…kayaknya medannya terlalu berat u lansia yah…
Wkwkwk…
Cakep juga ya kota Ruteng ini.. banyak peninggalan jaman Belanda yang masih terawat. Semoga bisa kesini someday..
Mba…foto2nya kereeeen.. Oh ya, baru tahu ini ada sawah berpola sarang laba2.. cakep yah.. Ditunggu cerita2 seru lainnya mba..
Ruteng ini unik, rumahnya antik. Ada persawahan yang mirip jaring laba2 kelihatan cantik dari atas langit. Ternyata di sini banyak gereja katedral yang bangunannya terlihat memiliki nilai seni.
Wah, waktu ke Ruteng aku nggak sempat mampir ke rumah adatnya. Baca ini bikin aku jadi pengen balik lagi ke Ruteng 🙂
Hayuuuk…tinggal nyebrang dari Kupang. Hehe…
Cancar Spiderweb itu pernah saya lihat di suatu website religi bahwa itu pertanda “kiamat”. Lalu ada yang menyangkal bahwa itu hoax, itu sebetulnya sawah bentukan di negeri manaa gitu. Saya baru ngeh kalau sawah bentuk itu sungguhan ada, dan ternyata itu ada di Flores.. Terima kasih sudah diceritain ya, Mbak Hani, sungguh pengetahuan berharga ini bahwa ternyata penduduk Flores pintar geometri.
Wah…dibilang pertanda kiamat? Yang bilang maennya kurang jauh deh…Hehe…
Bentuk rumahnya sekilas mirip Niang di Wae Rebo ya
Aku penasaran lho sama rumah-rumah adat kayak gini, didalamnya gelap gak sih mbak? Trus cahayanya mereka pakai lampu apa?
Btw itu pemandangannya memanjakan mata dan hati banget euy
Bentuk rumahnya sekilas mirip Niang di Wae Rebo ya
Aku penasaran lho sama rumah-rumah adat kayak gini, didalamnya gelap gak sih mbak? Trus cahayanya mereka pakai lampu apa?
Btw itu pemandangannya memanjakan mata dan hati banget euy. Benar-benar indah
Keindahannya luar biasa, belum tercemar jadi kesana itu perasaan ayem dan bahagia..semoga ada kesempatan berkunjung ke sana juga mba…syahdu pisan..
Keindahannya luar biasa, belum tercemar jadi kesana itu perasaan ayem dan bahagia..semoga ada kesempatan berkunjung ke sana juga mba…syahdu pisan yaaa..rumah adatnya unik..
Duhhh gemas banget. Pemandangannya cantik. Terus aku pensaran sama kain-kain hasil belanjaannya? Lemah aku kalau lihat kain nusantara itu. Bisa-bisa ga mau pulang karena ga bisa milih.
Ke labuan Bajo daku udah pernah, malah belum sampai ke ruteng, hihi
Rasanya ingin kembali ke Sulawesi deh mbaak pengen melintasi lagiii
Mis Juli engga baca nih? Kami ke Flores lho, bukan ke Sulawesi…
Wuaaaw keren banget bun. Aku suka liat sunsetnya juga arsitektur gereja yang indah. Kayaknya kalo mau menjelajah Flores dan sekitarnya ini gak akan cukup sebulan ya hahaha.. abis bagus2 semuaaaa
Waaah keren itu yang persawahan cancar. Kalau di Jepang kan ada tuh tanbo art. Mungkin disana bisa tuh sawahnya di bikin kaya tanbo art gitu.
Btw kak, sunsetnya menghipnotis banget sih
Seru banget perjalanannya menikmati keindahan Indonesia bagian timur. Penasaran dengan rumah adatnya. Menyeramkan nggak bun? Apalagi tadi pas deket lokasi jemur gabah ada kuburan ya.
Seru banget perjalanannya menikmati wilayah Indonesia bagian timur. Lihat persawahannya cantiiik banget. Trus rumah adatnya nyeremin nggak bun? Apalagi tadi dekat jemur gabah ada kuburannya.
Engga serem sih, mungkin karena pagi hari matahari cerah. Yaa…walaupum demikian tetap ada adabnya kan kalau di makam. Engga sembarangan melangkah atau menginjak tumpukan batu makam…😊
Ya ampun bundaa indah banget pemandangannya, seru banget ya wisata gini. Ku jadi rindu jalan-jalan hahhaa, sabar sabaaar (monolog)
Haha…sabar sabar…
Puk puk Teh Yasinta. Dulu juga mana kepikir bisa jalan² begini. Pakepuk wee jeung barudak…🤣🤣🤣
Duh semua lokasi wisatanya ingin saya kunjungi banget. Padahal ternyata melihat budget dari open trip saja wow luar biasa juga….
hemm nabung suku deh…
Semoga suatu saat kesampaian main ke labuan Bajo
Ibu keren banget sih,nulisnya. Aku tuh, kalo jalan ikut suami ke pulau-pulàu begitu sering capek duluan. Niatnya mau nulis ini-itu,eh malah nggak kesampean. Apalagi kalo suami minta gantiin nyetir. Hikss
Ibu keren banget sih,nulisnya. Ulasannya lengkap jadi berasa ikut ke sana. Aku tuh, kalo jalan ikut suami ke pulau-pulàu begitu sering capek duluan. Niatnya mau nulis ini-itu,eh malah nggak kesampean. Apalagi kalo suami minta gantiin nyetir. Hikss
Ini berdasarkan foto² mb Enni. Kan wisatanya udah tahun lalu.
Ayuuuk mb Enni nyicil ditulis zaman di Maluku. Kebayang serunya naik perahu dari pulau ke pulau…
Mbaaaaa, fotonya yang berlatar bukit/gunung itu kece bangeett. Indonesia cantik banget ya kalau sudut ambilnya pas dan cerita menarik untuk diikuti.
Itu kalo mo ditelusuri kelebihan bangunan zaman Belanda. Seringnya mereka membangun pas sumbu jalan (tusuk sate). Kalo di teori arsitektur namanya Building Approach…
Sengaja supaya orientasi frontal ke bangunan…
Indah banget ya, congrats mbak bisa menjelajahi wilayah indonesia timur. Aku suka banget liat cancar spiderweb nya, lalu saat lihat kampung adat ruteng pu’u, ahh mupeng ingin kesana.
Indonesia kaya banget akan budayanya ya mbak, wisatanya indah ngiri pengen menginjakkan kaki kesana juga, Aamiin Ya Robb. Kira-kira itu gerejanya dibangun dengan tiang kayu apa ya? Masih terlihat kuat dan kokoh tak tergerus zaman
Struktur kayu atapnya sudah tersusun rapi gitu ya, bukti bahwa para pendahulu pun paham ilmu konstruksi bangunan. Dan itu bahannya dari kayu semua, impian banget punya rumah berbahan kayu
Melihat foto gabah yang dijemur itu mengingatkan saya akan kenangan masa kecil di kampung dulu. Inget banget kalau habis dari sawah, panen dikibas-kibas, lalu biasanya dijemur. Btw di Ruteng ternyata adatnya masih kenatl banget ya Kak. Terlihat dari rumah adatnya
Waah, keren2 banget bangunannya. Jadi pengen kesana langsung dan berfoto2 diantara bangunan2 yang penuh sejarah. Kalau ajak keluarga, mereka pasti ada seneng banget
Jalan-jalan didaerah yang masih alami dan kental akan adat istiadat selalu menyenangkan. Smoga bisa kesana (NTT)
Mbak Hani, persawahan jaring laba-labanya mirip crop circles dan serupa juga dengan fenomena pendaratan UFO ya, hihi. Btw, pingin baca juga tulisan Mbak Hani yg tentang Pulau Komodo. Ditunggu yaa
Keindahan yang terlihat nyata. Betapa agungnya ciptaan Allah. Terlihat dari lukisan alamnya yang benar-benar Indah.
Wow perjalanan 18 jam lebih, belum lagi kalau ada ini itu ya. Tapi worth it sekali untuk dilakukan. Semoga bisa menjelajah NTT suatu hari nanti aamiin
Weehhh asiknya mbak haninudah pernah ke bajo tohh.. Kapan aku bisa kesana jugaaaaa…
.
Trus mau ke komodo mbak hani? Postingan terbarunya ditunggu yaa
Apa sudah? Postingannya di
Ingin aku kunjungi ya ampun keren banget mbak.
ya Allah..ngeces aku. pengen jalan2. mana pemandangannya bagus2… hehe… sukses nih menularkan virus traveling
Kalau ada kata Ruteng, langsung keinget tanah kelahiran Betrand Peti, anaknya Ruben Onsu. Ternyata disana ada banyak tempat wisata