Dresscode Saat Wisata Agar Jalan-jalan Makin Seru

hani

dresscode wisata

Dresscode saat wisata, penting atau tidak, sih? Dulu, kalau wisata bersama keluarga tidak terlalu memperhatikan dreskod-dreskod-an. Lebih penting mix and match, bagaimana memadupadan baju, supaya ringkas tapi juga masih pantas. Namanya juga perempuan, bila ada foto bersama, yang dicari pertama, kan, foto diri sendiri, bukan?
Anak saya saja heran, kok, Ibu kepikir, matchingan antara baju, atasan-bawahan, dan selendang.

Pertama kali ada dreskod bergini ketika saya bersama teman seangkatan kuliah berwisata ke Bukit Tinggi dan sekitarnya. Tiba-tiba ada teman yang usul ada dreskod, baju apa dipakai kapan. Bahkan sampai menentukan warna dan motif per harinya.
Kisahnya saya dituliskan di blog saya yang ini.

Memang kalau dipikir, koper jadi bertambah berat sekian gram karena tambahan baju. Biasanya mungkin satu baju sekira 2 hari, tidak ada yang tahu ini kalau tidak ganti. Namanya juga piknik. Karena kesepakatan dreskod, jadi jumlah baju mengikuti jumlah hari. Belum ditambah dengan kalau malam hari ada acara bersama.

Ke Flores

Kami merencanakan ke Flores sejak September 2017. Menilik dan menimbang perjalanan yang akan kami tempuh serta akan mencoba juga naik kapal phinisi, kami membatasi jumlah peserta hanya 20-an. Semuanya perempuan, teman seangkatan waktu kuliah, dari berbagai program studi.

Di luar tiket, tabungan per bulan, dan rincian jadwal yang akan kami jalani, salah satu teman launching desain kaos seragam warna kuning kunyit. Gayung bersambut, ramailah pesanan kaos sesuai ukuran masing-masing.
Lalu, kapan seragam itu akan dipakai?

Beberapa hari menjelang berangkat, tiba-tiba ada saja teman yang sudah share jadwal perjalanan berikut dreskodnya.
Suami yang sudah hafal dengan kelakuan istri dan teman-teman tanya:”Pergi berapa hari, sih?”
“Hmm, 7 hari” jawab saya, sambil melihat kalender.
“Bawa baju 14 dong” kelakar suami pula.

Foto Seru

Dresscode saat wisata itu membuat foto bersama terlihat bagus. Serius. Coba deh.
Apalagi bila kontras dengan latarbelakang pemandangannya.

Hari pertama

Warna ungu fuchsia, pertimbangannya karena kami datang dari berbagai penjuru, dan akan berkumpul di bandara. Tiga orang dari Bandung, satu dari Padang, satu dari Bogor, sisanya dari Jakarta. Masih ada seorang dari Papua transit Makkassar, dan seorang dari Semarang, sudah lebih dahulu tiba di Maumere.
Lebih mudah bukan, mencari di antara crowded, baju yang warna ngejrenk.

Hari kedua

Warna kuning, karena akan ke Danau Kelimutu dan ke Ende. Warna kuning, dengan latarbelakang hijau-biru warna danau, itu keren banget

Hari ketiga

Warna putih, karena akan ke laut di Flores Utara, berperahu ke Riung 17 Pulau, dilanjutkan ke Desa Adat di Bena. Putih dengan latarbelakang laut atau tampilan suram Desa Adat, bagus-bagus saja.

Hari keempat

Warna merah. Rencananya akan melanjutkan perjalanan, dari Ruteng ke Labuanbajo. Mampir dulu ke Spider Web Ricefield. Sawah yang petak sawahnya berbentuk jaring laba-laba.
Merah, dengan latarbelakang warna sawah hijau kekuningan, kan kontras, kerenlah pokoknya.

Hari kelima

Warna ngejrenk.
Apa itu warna ngejrenk? Warna mencolok, boleh kuning terang, hijau daun pisang muda, hijau neon, oren neon, ungu. Warna ngejrenk begini biasanya tidak akan berani dipakai di hari biasa, misalnya ke kantor atau pengajian. Anehnya, seperti kesepakatan tak tertulis, bila akan berwisata sebagian peserta sudah punya warna terang mencolok seperti ini. Bisa saja dari seragam wisata sebelumnya, seragam lomba gerak jalan, atau seragam ulangtahun korps.
Jadi, Pak-Bu, bila mendapat jatah seragam kaos olahraga dari kantor, jangan buru-buru dihibahkan. Siapa tahu berguna bila diperlukan dreskod pada suatu wisata.

Hari keenam dan ketujuh

Warna ngejrenk.

Hari kelima, enam dan tujuh, rencananya akan berkeliling ke Taman Nasional Komodo, jelajah pulau ke pulau.

Untuk mendapatkan foto bagus bila berbaju sesama ngejrenk, secara tak sadar, tiap peserta akan tengok kanan-kirinya. Bila nada warnanya sama, silahkan geser supaya warnanya selang-seling.
Misalnya kalau ungu, jangan bersebelahan dengan ungu lagi. Selingi dengan peserta yang memakai warna oren atau kuning. Supaya kontras.

Ribet amat yah, untuk berfoto saja.
Namanya juga berwisata, sesekali bolehlah melepaskan diri dari kerutinan pekerjaan dan masalah yang tidak ada habisnya.

Teman blogger bagaimana? Adakah kesepakatan dresscode saat wisata?

Bandung, 6 Mei 2022

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

2 pemikiran pada “Dresscode Saat Wisata Agar Jalan-jalan Makin Seru”

  1. Ping-balik: [Flores] Tiket Pesawat dan Persyaratan Berat Bagasi - blog hani
  2. Ping-balik: 646 Km Perjalanan Darat dari Timur ke Barat di pulau Flores - blog hani

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status