Setelah kemarin saya dan suami pengalaman Bandung ke Jakarta naik Whoosh. Pilihan moda transportasi apa nih untuk kembali ke Bandung?
Sejak awal memang saya belum membeli tiket kembali ke Bandung.
Saya kapok menghadapi kemacetan Jakarta, seringkali antara jarak dan waktu tempuh sulit diprediksi.
Sudah siap tiket di tangan, waktu tempuh dari tempat menginap ke pool travel ternyata lebih lama dari perhitungan, sehingga rawan terlambat.
Di sisi lain, cukup banyak pilihan moda transportasi dari Jakarta ke Bandung. Jam keberangkatan pun hampir ada setiap 30′ hingga 1 jam sekali.
Acara Keluarga Menjelang Kembali Ke Bandung
Setelah sehari sebelumnya saya melakukan perjalanan cukup singkat dari Bandung ke Jakarta, lalu ziarah, takziah adik yang dirawat di rumah sakit, lanjut silaturahmi dengan kakak dan keponakan.
Malam itu kami menginap di sebuah penginapan syariah di daerah Pondok Indah, tak jauh dari rumah kakak ipar. Sambil menyeruput sarapan soto yang dibelikan suami, kami ngobrolin, nanti pulang mau pakai apa?
Suami pun simulasi, misalnya mau naik Whoosh lagi, cek harga grab dari sini ke Stasiun KCIC, berapa?
Saya pun bilang, pengen nyoba moda transportasi naik LRT ke stasiun KCIC Halim.
Suami pun speechless dengan kengeyelan saya, yang mau coba-coba naik mass transportation di Jakarta.
Lah, kapan lagi cobak? Di Bandung kan engga ada…
Saya juga sudah tanya-tanya ke teman yang tinggal di Jakarta. Dari Pondok Indah, mau ke Halim, naik mass transportation, pakai apa aja?
Kira-kira seperti ini chat-nya:
Hai teh Hani 💙
Dari Pondok Indah naik TJ (rute ambil yang Lebak Bulus Harmoni, transit ambil rute Kota Blok M) turunnya di halte Dukuh Atas (bukan Bunderan HI).
Lanjut naik LRT ambil yang rute Bekasi akan lewat di stasiun Whoosh Halim, jangan yang Cibubur.
Jalannya cukup panjang / alias jauh … Butuh effort dan boleh diseling kulineran dulu di TOD Dukuh Atas. Banyak cemilan enak.Kalau mau lebih nyaman, dari Pondok Indah naik GoCar ke stasiun MRT Lebak Bulus. Nah, MRT ini bisa langsung turun nanti di stasiun Dukuh Atas. Lanjut naik LRT yang ke Halim itu Teh. (Setahuku ada juga sih dari Pondok Indah TJ ke Lebak Bulus) lanjutnya pakai MRT aja lebih nyaman. Seperti di kota metropolitan dunia.
Rencananya hari ini masih lanjut ziarah lagi dan berkunjung ke kakak ipar yang lain.
Kali ini kami ziarah ke Tanah Kusir, ke makam bapak-ibu mertua, adik ibu mertua, kakak ipar, keponakan, dan seorang kerabat lainnya. Mungkin ada 7 atau 8 tempat.
Saya yang sudah pakai topi plus payung rasanya sulit menahan sorotan matahari yang menyengat. Sun block pun sudah leleh dari kapan-kapan…

Setelah ziarah, kami ke rumah kakak ipar yang lain diantar keponakan dan istrinya. Mereka berdua menetap di Depok, dan keponakan saya ini jadi chef di sebuah restoran di Mall PIM 3. Jadi sudah biasalah jelajah Jakarta.
Kami tak lama kangen-kangenan, ngobrol, foto-foto, dan ikut shalat, lalu pamit karena mau pulang ke Bandung.
Sebelumnya mampir dulu ke sebuah warung makan di bilangan Fatmawati.


Sambil makan, sesekali saya cek Google Map, Fatmawati ke Dukuh Atas tuh berapa kilometer. Dari Dukuh Atas mau naik LRT Jabodebek Bekasi Line rute Dukuh Atas-Jati Mulya, turun Halim, lalu ke Stasiun KCIC.
Pengalaman Naik LRT Tujuan Halim
Selesai makan siang di Warung Pak Subari Fatmawati, keponakan menawarkan mengantarkan ke Stasiun KCIC Halim. Saya pun menyampaikan, pengen naik LRT dari Dukuh Atas.
“Dari LRT Ciracas aja. Bisa kok nanti ke Halim”, begitu kata Nuri, istri Dede, keponakan suami.

OK. Rupanya Ciracas dekat dengan rumah mereka di Depok, jadi sekalian arah pulang.
Sebelum masuk mobil, kami ambil dulu ransel dan travel bag dari bagasi, supaya nanti gampang langsung turun dari mobil.
Suami sudah pesan, kalau pakai Whoosh, kami turunnya di Tegalluar saja.
Seperti halnya teman-teman kalau mudik, balik ke kota dibawain macem-macem sama saudara.
Begitulah yang terjadi dengan kami. Pulang kota, balik mudik, semula cuma bawa ransel, udah beranak-pinak jadi nambah travel bag.
Dalam bayangan, repot kalau turun Padalarang, pindah feeder bawa-bawa barang.
Ternyata oh ternyata, keponakan tuh kurilingan cari-cari yang namanya Stasiun LRT Ciracas ini. Rupanya dia belum pernah, istrinya pun belum pernah.
Saya apalagiiii…udah puyeng mau bantuin cek Google Map. Kalau kita engga ada bayangan pemetaan dan rute perjalanan di otak, udahlah Google Map tuh nambah pusing.
Setelah 1 jam lepas dari Warungnya pak Subari, akhirnya ketemu deh LRT Ciracas itu.
Kamipun say googbye dan berdoa buat keselamatan semuanya.

Di halaman Stasiun LTR Ciracas, saya langsung nyamperin security, tanya, gimana caranya mau ke Halim, mau ke Stasiun KCIC.
“Oh Bu, Ibu naik ke Peron 2 LRT Ciracas, turun Cawang, nanti di Cawang ganti LRT ke arah Halim. Di Cawang tanya lagi aja Bu”
Loh, masih pindah moda?
Saya pun memanggil suami, supaya mendengar ulang penjelasan security, biar engga saya aja yang tahu jalan.
Jadi gambar di bawah ini nih rutenya:

Ternyata kami balik lagi ke kota dong. Tahu gitu kan tadi di drop di TMII. Padahal kami tadi lewat tol ada petunjuk ke TMII, engga perlu kurilingan nyari Stasiun Ciracas.
Orang Jakarta coret aja kesasar, apalagi kami yang jelas-jelas bukan orang Jakarta.
Lanjut cerita…
Kami pun sampai di peron 2 dan menunggu untuk naik LRT Jabodebek CB (Harjamukti-Dukuh Atas).
Tercapailah cita-cita melakukan perjalanan naik LRT di langit Jakarta di atas kemacetan jalan raya seputaran Jakarta Timur.
LRT (Light Rail Transit atau Lintas Raya Terpadu) merupakan moda transportasi publik yang berupa kereta ringan yang beroperasi di dalam kota. Jadi jalurnya dibangun di atas permukaan tanah.
Sementara tadi saya pas di bawah dianter keponakan, hopeless macet-macetan. Begini nih rasanya tua di jalan.




perjalanan berkesan naik LRT yang cuma sebentar
Perjalanan dari Stasiun LRT Ciracas ke Stasiun LRT Cawang menempuh waktu 30 menit. Kami pun turun ke basement untuk pindah peron, naik lagi ke peron 1 untuk naik LRT tujuan Jatimulya.
Di Stasiun LRT Cawang, waktu menunjukkan pukul 15:23. Pemberhentian Halim adalah pemberhentian pertama setelah Cawang. Perjalanan hanya memakan waktu 10 menit.


turun dan naik untuk pindah peron
Sebetulnya kalau tahu rute dan moda transportasi masal, perjalanan jauh lebih cepat daripada naik mobil pribadi.
Tapi ya gitu, harus rela jalan kaki dan turun-naik pakai escalator pindah moda.
Setibanya di Stasiun LRT Cawang masih harus jalan kaki lima menit melalui Sky Line, menuju Stasiun KCIC Halim.
Alhamdulillah sampailah kami di ruang tunggu keberangkatan kereta cepat Whoosh. Waktu menunjukkan pukul 15:45, saya cek aplikasi KAI Access, lalu booking tiket untuk jadwal keberangkatan pukul 16:25, dan tiba di Stasiun Tegalluar Summarecon, 17:19. Perjalanan 54 menit, engga sampai 1 jam.
Sebetulnya ada keberangkatan pukul 16:00, tetapi sudah ditutup.
Pulang ke Bandung Naik Whoosh


stasiun kcic halim
Setelah cukup beristirahat, kami pun naik ke peron keberangkatan kereta cepat. Seperti halnya waktu dari Bandung, bisa masuk dengan menunjukkan barcode tiket di HP.
Bedanya kalau di Stasiun Padalarang hanya berhenti 2 menit untuk menaikkan penumpang, kalau dari Stasiun Halim kereta sudah standby. Mungkin karena pemberhentian terakhir.
Ternyata saya salah lagi pilih nomor tempat duduk. Dapet lagi ketutup badan kereta. Padahal pesan kereta no 4, nomor kursi genap, 4D dan 4F. Rupanya terbalik. Kalau mau dapet jendela besar, dari Bandung pilih nomor genap, dari Halim pilih nomor ganjil.
Yawsudahlah, di perjalanan saya nonton drakor saja dari tab.
Kereta berhenti 2 menit di Karawang, lanjut perjalanan dan berhenti lagi 2 menit di Padalarang.
Saya menyempatkan pindah tempat duduk di kereta yang tinggal 3 orang, untuk menikmati pemandangan sepanjang perjalanan yang tersisa 10 menit lagi sampai ke Tegalluar.
Rupanya lebih banyak penumpang yang turun di Padalarang.
Tiba di Stasiun Tegalluar Summarecon, tepat 17:19, suami memesan taxi online untuk mengantarkan kami ke rumah.
Enak banget gini, segalanya tepat waktu. Kayak tinggal di luar negeri aja.


perjalanan naik whoosh
Penutup
Di Stasiun Tegalluar ini ada fasilitas shuttle bus bagi penumpang yang mau ngemal di Mall Summarecon Bandung.
Perjalanan dari Tegalluar ke rumah, kembali lagi deh kesetelan pabrik.
Selamat datang di kemacetan Bandung yang menjelang magrib di tengah hujan deras itu jalur merah sepanjang jalan.
Alhamdulillah kami masuk rumah pukul 19:00, setelah menempuh perjalanan 90 menit. Jauh lebih lama daripada perjalanan Jakarta-Bandung.
Kapok?
Engga sih. Kami jadi punya pengalaman moda transportasi dari LRT ke stasiun KCIC Halim untuk pulang naik Whoosh ke Bandung.
Naik LRT tergolong irit pula, tinggal ngetap pakai e-money. Bahkan ada beberapa moda yang kita ngetap e-money, tapi sebetulnya free aja.
Next ke mana lagi nih di Jakarta-nya…
MashaAllah. Panjang banget cerita berkunjung ke Jakarta ya Mbak hahahaha. Saya yang mbaca aja sampe mabok. Tapi biar gitu terasa betul serunya mencoba berbagai moda transportasi umum Jakarta sembari “menikmati” siksaan orang-orang yang bisa terjebak macet di ibu kota.
Saya sendiri belum pernah sama sekali mencoba LRT karena tak ada lini terhubung dengan Cikarang di mana saya tinggal. Dan saya pun sebenarnya warga Jawa Barat seperti halnya Mbak Hani. Kapan-kapan sengaja kurilingan dengan LRT dan MRT Jakarta. Cuma buat jalan-jalan aja. Parkirkan mobil di Halim, terus nyobain beberapa destinasi, balik lagi ke Halim, lalu pulang. Aaahh dah kebayang serunya.
Lah iyaaa. Suami pun ketagihan kayaknya…haha…
“Pan kapan bisa nih ke JKT lagi, wisata tipis-tipis”.
Yuuuk, saya pengen ke Kota Tua Jakarta tuh…
Seneng deh jadi warga Pulau Jawa, setidaknya transportasi lengkap memudahkan mobilitas warganya. Apalagi ada kereta api macem2 jenisnya. Paling seneng naik KA karena selalu ontime dan udah pasti bebas hambatan.
Smoga di Sumatera juga segera berlaku moda transportasi KA antar provinsi… aamiin
Wah boleh nih kalau ke Jakarta coba naik LRT apalagi banyak yg gratisnya.
Btw, saya malah salfok sama makan bareng Rujak Cingurnya. Susah sekali cari Rujak Cingur di daerah saya sekarang jd ngileeeer
Waduh bacanya langsung nyut-nyutan, dari sini ke sini trus transit di sini….woalah hahaha
tapi sesudah dilakoni, asyik banget ya?
Saya juga belum pernah naik LRT, baru nyobain MRT, itu pun karena bareng temen2 blogger, jadi langsung jalan, bayar, jalan, naik MRT, sampai, turun dst
oiya baik LRT maupun MRT kosong ya? Kalo kata Mbak Elisa Koraag (blogger) harga tiketnya termasuk mahal dibanding KRL
Auto ngiler banget sama rujak cingurnya mbak. Btw, saya sering ke Jakarta ke tempat adik saya, tapi belum pernah berkesempatan naik LRT. Padahal saya suka menjelahah meski nggak ada yg dituju. Yang penting keliling menikmati setiap langkah perjalanan. Next, saya mau cobain naik LRT.
Alhamdulillah meski sempat muter muter malahan orang jakarta coret aja ga tahu lokasinya akhirnya bisa ketemuan sampai juga kembali ke Bandung ya…
Saya pun kalau ke ibukota, pasti persiapannya ngeri banget. Tanya sana sini antisipasi seperti itu pada hari H