Setelah menempuh perjalanan hampir empat jam dari kota Samarkand menuju Bukhara, kami mampir ke sebuah tempat bernama Gijduvan Ceramic Gallery di Gijduvan Village.
Hari menjelang tengah hari, cuaca mendung dan agak gerimis ketika kami turun dari bus. Cuaca tidak menentu di awal bulan Maret tidak menyurutkan langkah untuk jelajah Uzbekistan, sebuah negara di tengah kawasan Asia Tengah.
Seorang pemuda dengan ramah menyambut kami di pintu gerbang sebuah bangunan berlantai dua. Di atas gerbang terpampang papan nama bertuliskan “Gijduvan Ceramic Gallery” warna biru, kami masuk lanjut melalui lorong yang di dinding terpajang hiasan terbuat tembikar dan keramik. Ada gerabah, dinding berlapis keramik, piring tembikar dengan hiasan cantik, dan bentuk-bentuk lainnya.

Gijduvan Craft Center
Bila kita cek di internet, tempat yang kami kunjungi ini bernama Gijduvan Craft Center, salah satu pusat tembikar tradisional terbesar di Asia Tengah. Menurut catatan sejarah, Uzbekistan merupakan kawasan yang dilalui jalur perdagangan sutera dari Tiongkok ke Eropa. Tembikar dan keramik menjadi komoditi yang diwariskan secara turun temurun, terutama oleh keluarga Narzullaev yang sekarang merupakan perwakilan dari generasi ke-7 dinasti ini.
Setelah lebih dari 300 tahun berkiprah, sekarang keluarga ini mendirikan Pusat Kerajinan yang menggabungkan tiga jenis kerajinan, yaitu keramik, aneka sulam bordir, dan karpet.
Abdullo Narzullaev, bersama keluarganya mengelola tempat yang kami kunjungi ini menjadi bengkel tembikar, bordir, tenun karpet, galeri, homestay, dan restoran menu tradisional khas Uzbekistan. Menurut website Gijduvan Craft Center, dikunjungi oleh 8000-10.0000 wisatawan dari berbagai negara di dunia tiap tahunnya.
Bagi wisatawan yang berminat disiapkan juga workshop yang dipandu oleh ahli tembikar dari berbagai penjuru negeri.

Menikmati Kuliner Khas Uzbekistan
Waktu itu kami langsung diarahkan menuju sebuah ruangan di samping taman. Di dalam ruangan sudah tertata piring, mangkuk, cangkir, dan keranjang berisisi roti di meja makan. Rupanya khas daerah sini piring, mangkuk, cangkir, terbuat dari porselen dengan ornamen yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami tiba di saat yang tepat, jam makan!
Di salah satu sisi ruang makan tertata apik hasil karya tembikar dari Gijduvan Craft Center, semuanya indah, sangat detail dan penuh warna.



ceramic gallery
Setelah kami duduk dengan rapi, satu per satu hidangan pun disajikan. Pertama tentu saja minumnya terlebih dahulu, teh hijau hangat yang aromanya menenangkan. Teh hijau dituang dari teko ke cangkir-cangkir yang siap refil kapan saja. Menyusul buah-buah kering berupa kismis, kacang, aprikot kering, disambung dengan salad segar berupa irisan wortel, timun, dan semacam bengkuang.



menu makan siang khas Uzbekistan
Kemudian datang semangkuk sup kental hangat mirip goulash, terdiri dari irisan daging, sejenis kacang-kacangan, bawang bombay, wortel, kentang, dan tomat. Bumbunya ringan, dicocol dengan sobekan roti, dalam sekejap sup kacang pun ludes. Kami pun sambil ngobrol menanti hidangan berikut. Ada kudapan manis, yang kalau di Indonesia mirip enting-enting.
Akhirnya muncul hidangan utama berupa sepotong kebab dari daging cincang yang dipanggang, disajikan bersama irisan bawang bombay.
Ukurannya tidak besar. Jujur rada kurang nendang sih…hehe…

Proses Pembuatan Tembikar
Sesudah acara santap siang, kami diminta ke ruangan yang berfungsi sebagai bengkel. Di dalamnya ada beberapa pria yang sedang memraktekkan cara memroses tanah liat menjadi produk tembikar.
Pemuda yang di awal menyambut kami di gerbang, berperan sebagai pemandu, menjelaskan proses dalam bahasa Inggris dengan fasih. Kemampuan berbahasa asing warga lokal yang jarang kami temui selama beberapa hari di Uzbekistan.
Buat teman-teman yang pernah main ke Plered atau Kasongan, mungkin sudah tahu proses pembuatan gerabah dari tanah liat menjadi produk-produk fungsional sehari-hari atau pajangan. Di Uzbekistan pun sama prosesnya, hanya tanahnya beda, bukan tanah merah, tetapi lebih putih kekuningan disebut kaolin. Dan tekniknya sedikit berbeda.
Kalau gerabah dibakar dengan sekam, di sini menggunakan gas. Mungkin kalau zaman dulu memakai kayu bakar.

Langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
Persiapan
Tahap persiapan tentunya menyiapkan tanah liat kemudian dilakukan pengulenan (wedging). Pengulenan adalah menggiling secara manual berkali-kali untuk menghilangkan gelembung udara dan agar konsistensi tanah liat cukup padat. Udara yang terjebak di dalam tanah liat dapat menyebabkan produk tembikar retak atau pecah bila pada proses pembakaran.
Dari penjelasan pemandu, pada proses persiapan ini, pengulenan dicampur dengan sejenis tanaman rerumputan kering yang hanya ada di bulan Oktober. Rumput kering ini berfungsi membuat hasil tembikar menjadi ringan setelah melalui proses pembakaran. Selain itu juga adanya rumput kering di dalam adonan tanah liat, menjadi semacam penghambat panas. Akibatnya mangkok yang dipakai sebagai wadah makanan, lebih awet panasnya.
Pembentukan

Proses pembentukan mungkin pernah kalian lihat di film jadul “Ghost” yang terkenal itu, yaitu teknik roda putar (potter’s wheel), untuk menciptakan bentuk berupa mangkuk, piring, vas, dll.
Teknik lainnya adalah teknik pijit, yaitu memijit tanah liat hingga tercipta bentuk yang diinginkan. Lalu teknik slab dan teknik coiling (pilin), untuk membentuk benda datar atau kotak.
Pengeringan
Proses pengeringan adalah mendiamkan hasil pembentukan tembikar selama seminggu, tergantung cuaca. Selanjutnya dilapis warna dasar merah untuk mencegah retak, lalu dibiarkan kering lagi.
Pewarnaan/pelukisan/ukiran
Tahap ini dilukis atau dipahat menurut pola-pola tradisi turun-temurun selama tujuh generasi. Warna yang dipakai dominan merah, kuning, putih, diperoleh dari logam atau tumbuhan di daerah sekitar. Sedangkan warna biru, berasal dari jenis logam cobalt uamg didatangkan dari Rusia.
Setiap karya keramik dari Gijduvan adalah mahakarya warna dan desain. Terinspirasi oleh keindahan alam wilayah tersebut, matahari, langit, bumi, dan air—para perajin tembikar ini memadukan karya mereka dengan nuansa hijau, cokelat, dan hangat yang kaya, mencerminkan esensi lanskap.
Pola-polanya, yang terinspirasi oleh kain-kain ikonis Uzbekistan, merupakan simbol abadi pertukaran budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan lebih dari 60 jenis produk dan lebih dari 300 pola tradisional yang masih dilestarikan hingga saat ini, setiap karya merupakan bukti abadinya kerajinan ini.

Pembakaran Pertama (Bisque Firing)
Ini adalah pembakaran pertama yang wajib dilakukan, tujuannya untuk mengubah tanah liat dari kondisi padat yang larut air menjadi material keramik yang permanen dan keras.
Umumnya dibakar pada suhu antara 700 hingga 1000 derajat Celsius. Objek setengah jadi ini disebut biskuit (bisque), sudah keras tidak larut air lagi, tetapi masih berpori dan siap menyerap glasir.
Pengglasiran (Glazing)
Pengglasiran adalah melapisi tembikar yang setengah jadi dengan cairan glasir yang merupakan campuran bubuk mineral, silika, dan air. Bisa disiram, dicelup, atau disemprotkan ke permukaan tembikar biskuit.
Uniknya di salah satu ruangan bengkel Gijduvan Craft Center ini terdapat meja bundar terbuat dari batu dua lapis yang berfungsi sebagai alat penggilingan cairan glasir. Tenaga untuk memutar meja bundar ini digerakkan oleh keledai yang berjalan mengelilingi meja.
Produk yang sudah dilapisi glasir membuat tembikar menjadi kedap air, mudah dibersihkan, dan ada hasil akhir mengilap.

Pembakaran Glasir (Glaze Firing)
Pembakaran glasir merupakan tahan akhir yang akan menghasilkan produk dengan tekstur halus, warna permanen, dan sifat kedap air.
Pembakaran dilakukan di semacam oven berbentuk persegi panjang setinggi 1.5 meter dan bagian atasnya ada lubang yang bisa dibuka-tutup.
Orang bisa masuk ke dalam oven ini, mengatur posisi produk. Lalu dilakukan pembakaran selama berjam-jam, setelah dingin, barulah oven dibuka, dan ada petugas yang masuk lagi ke oven untuk mengambil produk jadi.
Hal lain yang unik dan berbeda pada proses pembakaran produk berglasir di Uzbekistan ini, mangkuk, piring, cangkir, vas, pada saat pembakaran diatur dalam posisi terbalik.
Akibatnya nanti akan ada lelehan glasir agak brindil di ujung pinggiran mangkuk/giring/gelas, dll.
Ini merupakan ciri khas teknik pembakaran di sini.

Pantas saja di area pembakaran banyak benda kecil-kecil yang merupakan dudukan mangkuk agar posisinya stabil.
Oven memakai sumber energi dari gas untuk pembakaran yang suhunya dapat mencapai 1300 derajat celsius, tergantung jenis glasir. Panas yang tinggi menyebabkan glasir meleleh dan menyatu dengan permukaan tembikar, membentuk lapisan kaca yang keras, tekstur halus, warna permanen, dan kedap air.
Istimewanya lagi, glasir yang digunakan edible, tidak berbahaya bila dikonsumsi, sehingga aman bila digunakan sebagai peralatan makan.
Gallery dan Toko


produk tembikar di toko
Sesudah menambah pengetahuan tentang proses pembuatan aneka produk tembikar, kami diarahkan ke ruangan lain yang bisa langsung ke pintu ke luar.
Apa lagi kalau engga ke gallery dan toko produk jadi yang bikin kami semua melongo.
Berbagai macam produk semuanya berupa tembikar dan keramik yang luar biasa indah. Aneka ukuran, aneka bentuk, dan warnanya nuansa hijau, biru, merah tanah, kuning, cokelat, dan hitam. Berbeda dengan mozaik di situs Shakhi-Zinda atau Registan Square di Samarkand.
Ada pajangan orang-orangan yang lucu banget, harganya tertera di stiker oren, dalam currency $ Amerika, antara 3 hingga 8 dollar. Pengen beli, tetapi rumah saya sudah banyak barang, dan ragu bikin berat koper, rawan pecah juga.
Mangkuk-mangkuk dan piring rata-rata puluhan dollar.
Akhirnya saya membeli dua mangkuk kecil seharga @$5 dan postcard setempat seharga @$1. Saya memang koleksi kartu pos dari semua tempat yang pernah dikunjungi.
Penutup
Hari ini saya belajar banyak banget tentang sebuah pelestarian seni dan budaya. Bagaimana pemerintah setempat turut andil mendukung usaha artisan keluarga, sehingga tidak punah selama ratusan tahun.
Saya juga belajar dan membandingan tentang teknik pembuatan tembikar di negara lain dengan di Indonesia. Sebagai sebuah karya seni dan ketrampilan, produk dari Gijduvan Ceramic Gallery memang sangat halus dan bagus banget. Tidak heran kalau harganya juga lumayan, karena melalui proses teliti perlu skill dan perlu waktunya panjang hingga produk jadi.

Sumber: https://folkceramic.uz/craftsmanship/ceramic/



Ternyata emang beda ya hasilnya. Bukan cuma polanya tapi cara pembakarannya pun khas. Wajib bawa satu sih ini buat oleh-oleh
keramiknya cantik-cantik ya?
Jadi menyayangkan industri keramik kita yang gak dieksplor
padahal di sini ada STM Keramik lho
tentang kuliner….hehehe kayanya orang Indonesia sering kesulitan nyari makanan enak di luar negeri karena perpaduan rasanya kurang nendang
termasuk di RRC lho, katanya bakmi di sana gak seenak di Indonesia
Wow… Alhamdulillah saya jadi peserta tour ke Gijduvan Craft Center, nih, walaupuvirtial.lewat tulisan Bu Hani. Hehehe
Bangga dong ya bisa mengetahui banyak informasi tentang kondisi salah satu pusat tembikar tradisional terbesar di Asia Tengah itu
Sampai proses pembakaran glasir yang juga menghasilkan produk dengan tekstur halus, warna permanen, dan sifat kedap air ini hasilnya memuaskan sekali
kayak diajakin jalan-jalan sama mbak hani. aku suka baca sejarah keluarga Narzullaev. tujuh generasi masih bertahan jaga satu tradisi? Gila sih… di zaman sekarang pas orang gampang bosen sama satu hal.
Hahahaa.. I feel youuu .. ketika kebab disajikan “mungil” tuh rasanya kayak ekspektasi mau makan Abuba Steak ukuran dinosaurus… tapi yang datang malah kebab mungil seimut wafer Beng-Beng. Bukan nggak enak, cuma… hati ini belum siap menerima realita sekecil itu qiqiqii huussy sal fok saya
Sukaaa sama looksnya si keramik Gijduvan itu.. khas banget karena pakai teknik Bukhara School, jadi motifnya bold, warnanya tegas, dan detailnya niat banget! Aku kebayangnya sih dipajang di rumah, efeknya auto artsy boho Uzbek vibes gitu. Bikin ruangan lebih hangat dan berkarakter, cocok buat yang suka dekor unik tapi tetap classy.
Saya suka deh sama keramiknya, cantik deh. Baru tahu tentang proses pembuatannya setelah baca tulisan ini.
Uzbekistan ini menarik banget dikunjungi, bisa untuk wisata sejarah, religi, dan budaya, apalagi dulunya dilewati jalur perdagangan dari Tiongkok ke Eropa.
Keramiknya cakep-cakep semua, desainnya memiliki ciri khas tersendiri. Uzbekistan ini jadi salah satu negara yang wajib banget dikunjungi saat liburan! Banyak hal yang bisa dieksplor di sana.
Keramiknya cakep-cakep semua, desainnya memiliki ciri khas tersendiri. Uzbekistan ini jadi salah satu negara yang wajib banget dikunjungi saat liburan! Banyak hal yang bisa dieksplor di sana, negaranya juga cantik!
Wow keren bingitz. Keramik Uzbek indah dan unik. Pasti jaman dahulu pernah jadi salah satu primadona banyak kalangan di sekitar jalur sutera ya.