Bulan Agustus yang lalu akhirnya saya menerima buku berjudul “Bandung (Kota Sejarah – Wisata – Renjana – Budaya – Kuliner)”. Buku ini merupakan kumpulan artikel dari para Blogger Bandung yang menuliskan berbagai tema tentang Bandung. Ada penggalan sejarah kota Bandung, cerita tentang wisata, rasa dan rindu, kemudian kekayaan budaya, dan cita rasa kuliner.
Walaupun sejatinya saya bukan urang Sunda atau Bandung asli, di sinilah saya berlabuh, menempuh pendidikan, menemukan cinta, membangun keluarga, dan mengamalkan sisa hidup.
Proses Penerbitan Buku
Ide menulis buku bareng-bareng atau lebih sering disebut antologi ini disampaikan oleh Bang Aswi di grup WhatsApp. Pertama Bang Aswi menyelenggarakan Workshop singkat di bulan Maret, seminggu sebelum Idulfitri. Tujuan workshop untuk persiapan membuat buku tentang Bandung dari sudut pandang blogger.
Selain itu kapan lagi bisa kopdar bukan karena ada job baru kumpul, kan…
Di grup, kami juga diminta mencantumkan nama dan artikel tentang Bandung. Waktu itu lebih dari 20 narablog dengan berbagai kategori artikel ikutan nge-list. Ada yang menuliskan tentang sejarah, budaya, stasiun, museum, hotel, wisata, kuliner, dan lain-lain. Pokoknya segalanya tentang kota Bandung tercinta.
Tak perlu waktu lama, draft antologi yang merupakan kumpulan artikel para blogger, telah melalui proses editing serta layout, dan siap dipromosikan.
Menengok Bandung Dalam Blog


poster sharing bedah buku dan buku antologi “Bandung”
Acara Bedah Buku Bandung (Kota Sejarah – Wisata – Renjana – Budaya – Kuliner) dengan Tema “Menengok Bandung Dalam Blog“, diadakan Kamis, 20 November 2025, pukul 09.00 – 12.00 WIB, di House of Tjihapit, Jl. Cihapit No. 27 Bandung.
Berhubung lokasinya di depan Pasar Cihapit banget, maka saya berangkat lebih awal, karena mau mampir pasar terlebih dahulu. Kok ya kebetulan waktu itu ada Menteri Perdagangan dan Walikota yang melakukan sidak ke pasar. Pasar jadi ramai rombongan pejabat, deh…
Setibanya di The House of Tjihapit, sudah ada Bang Aswi dan panitia penyelenggara bedah buku ini. Di poster acara, akan ada sesi sharing dari blogger yang turut menulis di antologi tersebut, yaitu:
- Abah Raka (Dosen Tel-U), yang mengupas Bosscha dari sudut pandang warga asli Bandung.
- Matius Teguh Nugroho (Traveler), yang menyajikan perspektif orang luar Bandung tentang dunia perkeretaapian dan Stasiun Bandung.
- Tian (Pengurus Blogger Bandung), yang berbagi kisah tentang Bus Bandros dari kacamata orang Bandung.
- Bang Aswi (Penulis & Editor ITB Press), yang memberikan tinjauan dari sisi penerbitan.
Rahayu Andini dari Radio Raka sebagai moderator menampilkan empat blogger untuk berbagi sudut pandang.
Sebagai pemandu acara Raja Lubis (Blogger, aktif di Forum Film Bandung, penulis artikel tentang Hotel Horison), memeriahkan acara dengan bagi-bagi voucher dan hadiah.
Sebelum acara dimulai ada quiz terlebih dahulu, yang nantinya di tengah acara pun diselingi dengan quiz ringan dan pembagian voucher. Acara ini bedah buku ini memang bertabur hadiah sih…

Bang Aswi dalam antologi ini menuliskan beberapa artikel, salah satunya berjudul Pasar Cihapit. Pasar tradisional yang sekarang juga populer sebagai tempat kuliner ini, siapa yang mengira bahwa sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.
Siapa yang mengira bahwa Kawasan Cihapit dulu pernah dijadikan kampung penjara (kamp interniran) oleh Jepang bagi sekitar 14 ribu orang Eropa, khususnya Belanda, selama masa penjajahan.
Sedangkan Mathius Teguh Nugroho yang lebih akrab dipanggil Nugi, mempunyai blog pribadi, travelearn.com. Menilik nama domainnya saja sudah mengarah ke niche travel atau jalan-jalan. Kali ini mengangkat kisah Stasiun Bandung, karena Nugi suka banget naik kereta api.
Tian Lustiana, ketika menuliskan tentang Bus Bandros ketika bepergian dengan putrinya. Sebagai ibu rumah tangga, maka bloggernya memang mengangkat tema-tema keseharian ibu rumah tangga.
Wawancara penutup dengan Abah Raka, blogger yang juga seorang dosen di sebuah perguruan tinggi swasta. Selain mengupas Bosscha sebagai tulisan di buku “Bandung” ini, beliau menekankan bahwa blogger dalam menuliskan artikelnya juga harus melakukan penelitian, banyak membaca, agar artikel blognya menyampaikan informasi yang akurat.
Setelah sesi sharing, pembawa acara pun membuka lagi buku “Bandung (Kota Sejarah – Wisata – Renjana – Budaya – Kuliner)” membaca judul-judul artikel dan memanggil nama blogger penulisnya.
Acara yang sesekali diselingi pembagian voucher maupun hadiah kecil semakin seru dengan adanya tanya-jawab antara narasumber dan peserta yang hadir. Peserta yang hadir memang tak semuanya blogger tetapi juga awak media maupun wartawan yang bergerak di bidang sama, yaitu penulisan.
Bang Aswi pun menjelaskan proses kurasi, karena tidak semua blogger terpilih untuk dimuat dalam buku “Bandung”. Selain itu editing juga harus dilakukan dengan memerhitungkan efisiensi kertas, karena sistem pencetakan bukunya bukan memakai mesin offset, yang harus dicetak ribuan.
Tentunya tidak mudah membuat kalkulasi harga buku dan efisiensi kertas.

Penutup

Saya sendiri terlibat di buku “Bandung” menulis artikel berjudul “Jelajah Laswi Heritage Bandung, Jejak Dryport Zaman Belanda” yang dikelompokkan dalam sub bab Bandung Kota Sejarah.
Seluruhnya ada 31 artikel yang ditulis oleh 24 blogger dan terbagi menurut sub bab:
- Bandungku
- Bandung Kota Sejarah
- Bandung Kota Wisata
- Bandung Kota Renjana
- Bandung Kota Budaya
- Bandung Kota Kuliner
Menyimak isi buku yang ditulis oleh puluhan blogger ini cukup menarik untuk dibaca satu per satu. Sesuai dengan kata Abah Raka, keunikan blogger dalam menulis artikel adalah, mereka menuliskan dalam gaya bahasa bertutur. Suatu gaya penulis yang berbeda daripada penulisan media yang seringnya poin-poin.
Suatu pengalaman berharga dapat berkontribusi dalam buku antologi “Bandung (Kota Sejarah – Wisata – Renjana – Budaya – Kuliner)” bersama puluhan blogger lainnya. Semoga akan ada lagi kesempatan menulis tentang Bandung dengan tema berbeda.



Wuih asiknya bisa kumpul blogger ihh… nggak cuma haha hihi tapi juga lairan buku baru. Kece banget mentemen blogger Bandungkuuhh!!
Jadi kangen ngebandung nih aku. Vibesnya Bandung nggak pernah ngebosenin. Secinta itu aku sama Bandung. Meski cuma beberapa taun di sana tapi memorinya ngga pernah ilang.
Baca buku ini pasti bakalan bawa ke suasana Bandung yang candu itu. Hehehe. Jadi pengen punya bukunya. Sehat-Sehat ya Bun, semoga ada kesempatan kita ketemu lagi. Amin
Waktu itu, saya pernah ke Bandung dalam rangka perjalanan dinas. Lupa tahun berapa, nginap di Hotel Ibis, Trans Studio.
Kangen lagi, sih, pengen ke Bandung, menikmati suasana kotanya yang ramai, padat, tetapi masih cukup asyik.
Kalau ada antologi semacam itu, rasanya ingin ikutan juga. Apalagi jika bukunya sampai diterbitkan, menjadi kenangan tersendiri bagi masing-masing penulisnya.
Itu menjadi bukti bahwa hasil tulisan digital bisa menjadi karya cetak yang nyata.
Memiliki buku ini bakalan banyak melihat jendela terbuka mengenai Banding dan isinya ya.
Berbagai sudut pandang para blogger mengulas berbagai daerah, atau bangunan, bahkan benda, apapun itu berkaitan dengan Bandung
Sebagai mantan orang Bandung, jadi makin kangen Bandung deh. Hehehe
Duh jadi teringat. Belom bikin review buku ini di medsos dan blog. Padahal sudah lama betul saya selesaikan. Yang pasti bukunya seru. Saya suka dengan buku yang tematik dan berisikan ulasan yang rinci atas satu obyek. Setidaknya bisa jadi salah satu sumber referensi bagi mereka yang ingin tahu lebih lanjut tentang Bandung. Good job para penulis yang tergabung dalam komunitas blogger Bandung. Semoga kedepannya bisa lebih produktif dengan menghadirkan banyak tulisan yang berisi dan informatif.
Ini gak hanya kumpul ketemu para rekan blogger aja, tapi bisa punya satu kesamaan membuat antologi tentang Bandung, beeuuh ciamik banget itu sih, jadinya siapa aja bisa membaca dan makin mengenal tentang Bandung
Bandung itu seperti Yogyakarta atau Bali. Selalu ngangenin gak bikin bosen. Pengen terus balik lagi ke Bandung secara kuliner, lokasi wisata dan keramahan warga aslinya sangat berkesan
Melalui buku ini kita bakalan bisa mengintip lebih banyak lagi bagaimana dan seperti apa Bandung sebenarnya ya…
Senangnya kalau ada acara produktif begini di kota kita ya, Mba. Sayang kotaku belum rutin mengadakan acara bedah buku gini, seringnya kampus aja. Para narsumnya para blogger yang namanya sudah familier ya, thanks for sharing, Mba Hani.
baru paham tentang proses cetak buku Bandung ini
semula saya heran, kok biaya cetaknya bisa murah
sayangnya saya gak bisa ikut, hiks …. ternyata berlama-lama meninggalkan Bandung untuk berobat di Jogja bikin saya kehilangan banyak momen berharga
Banyak sekali nama-nama blogger yang cukup familiar bagi saya ternyata berasal dari kota Bandung ya.
Semoga tulisan bersama ini bisa menarik minat pembaca yang luas jadi makin banyak yang tahu tentang dinamika Bandung dari masa ke masa dari sudut pandang para blogger dan penulis handal