Wisata Sekitar Pantai Ora – Lanjut lagi nih kisah perjalanan saya waktu ke Pantai Ora, Maluku Tengah bersama teman-teman kuliah. Waktu itu kami ber-13 dan menginap di Ora Eco Beach Resort, di Pantai Ora. Hotel resor ini sekarang dalam tahap renovasi setelah cottage lautnya diterjang badai.
Pengalaman menginap di cottage darat sudah saya tuliskan di artikel ini.
Nah, selama kami tiga malam di Pantai Ora tersebut kami berwisata ke mana saja? Karena Maluku Tengah terkenal dengan lautnya nan biru, tentu saja wisatanya wisata laut. Warna birunya tuh berbeda-beda pula. Tiga hari di atas perahu, saya jadi mengamati, bahwa biru terang tuh lautnya dangkal. Sedangkan biru toska ke arah gelap, lautnya dalam.
Jelajah Sungai Salawai
Sungai Salawai jaraknya kira-kira 1,5 jam perjalanan dari Pantai Ora. Waktu itu kami naik dua buah perahu cepat sesudah sarapan, kira-kira pukul 07.30 pagi. Dan tiba di muara sungai Salawai kira-kira pukul 09.
Menurut itinerary yang kami peroleh, nantinya kami akan menyusuri Sungai Salawai masuk ke hulu menuju perkampunan pengolahan pohon sagu.
Sagu memang masih menjadi makanan utama masyarakat Maluku, yang pembuatannya adalah mengolah batang pohon sagu menjadi tepung sagu.
Setibanya kami di muara Sungai Salawai, tampak perubahan tadinya laut berwarna biru menjadi hijau lumut. Semakin ke dalam semakin menyempit dengan jajaran pohon nipah di kiri-kanan, seolah menjadi gerbang penyambut.
Sebetulnya saya masih rancu antara pohon nipah dengan pohon sagu, keduanya mirip dan merupakan jenis palma. Menurut informasi, pohon nipah memiliki duri dan batang.
Sayangnya waktu itu kami ke muara Sungai Salawai, ternyata pekerja pengolahan sagu pulang ke kampung masing-masing. Jadi di Desa yang kami tuju, tidak ada kegiatan.
Ya sudah, kami foto-foto saja di atas perahu di Sungai Salawai ini.
Keramba Cinta
Selepas dari Sungai Salawai, kami melanjutkan perjalanan ke laut lepas. Perahu dengan kekuatan penuh, saya cek di google map menuju ke Keramba Cinta di Laut Sawai.
Kami sampai di Keramba Cinta sekira pukul 10:30, mendung mulai menggayut di langit yang semula biru cerah. Cuaca di Maluku di pertengahan Februari ini memang berubah-ubah, kadang panas cerah, lepas tengah hari mulai hujan, tak lama cerah kembali.
Keramba Cinta merupakan keramba buatan berbentuk hati (LOVE) yang merupakan susunan batu karang mengelilingi sebuah palung dangkal. Itu sebabnya disebut Keramba Cinta karena bentuk LOVE tadi yang menandakan karya cinta dari Taha Bachmid.
Pria kelahiran Saparua ini memiliki darah Menado dari garis ibu, awalnya menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian, Jurusan Peternakan di Universitas Pattimura dan alumni Hokadate Politeknik Center, Jepang.
Taha cukup nyentrik, karena melepaskan pekerjaan sebelum di sebuah perusahaan untuk kembali ke tanah kelahiran dan khusus membangun keramba seluas 50×50 meter dengan dibantuk oleh warga sekitar.
Untuk masuk ke area wisata sekitar Pantai Ora ini tidak ada biaya, kalian bisa snorkeling di dalam keramba, berenang bersama ikan-ikan. Taha khusus menangkar ikan bubara (kalau di Bandung, sama dengan ikan kuwek) aneka ukuran.
Pengunjung dipersilakan memanjing dengan tali pancing yang dilempar ke tengah keramba. Ikan yang berhasil dipancing kemudian ditimbang, seharga Rp 10.000/ gram.
Waktu itu suami mendapatkan ikan terbesar yang diperoleh rombongan kami.
Malam harinya, ikan-ikan tersebut dibakar melalui bantuan chef di resort.
Batu Tebing Hutapia
Setelah dari Keramba Cinta kami kembali dulu ke Ora Eco Beach Resort untuk makan siang. Seperti biasa makan siang terdiri dari nasi dan lauk pauk dan sayur.
Kami mendapat informasi setelah makan siang, kira-kira pukul 14:00 akan lanjut ke Batu Tebing Hutapia dan ke Mata Air Belanda.
Waktu di Keramba Cinta saya sempat berenang dan snorkeling, sehingga ketika kembali ke resor saya bebersih dan mandi saja.
Saya kira kami hanya naik perahu dan melihat Batu Tebing Hutapia dari atas perahu, jadi tidak bersiap untuk berenang lagi.
Perjalanan dari resor ke Batu Tebing tidak lama.
Batu Tebing Hutapia merupakan spot berfoto, berenang, dan snorkeling juga.
Spot tersebut merupakan sebuah ceruk berlatarbelakang tebing batu berwarna putih menjulang.
Air lautnya berwarna hijau biru turkis sangat indah dan terlihat dasar ceruk berpasir putih.
Perahu yang kami naiki bisa sandar di sebuah dermaga kecil terbuat dari kayu.
Bagi teman-teman yang mau nyemplung ada tangga khusus untuk turun.
Ada batu agak besar di tengah ceruk bisa digunakan untuk loncat ke laut yang bening.
Kata teman-teman yang menyempatkan berenang di ceruk, airnya agak dingin, dan harus punya tenaga untuk selalu bergerak.
Hal ini disebabkan ombak yang menerjang tebing membuat kita akan terombang-ambing ke arah tebing. Supaya tidak terbentur ke tebing, tentu saja kita harus selalu berberak, bukan…
Bagi yang badannya tinggi, bisa sih berdiri kakinya menjejak di pasir, tapi tetap saja tidak bisa tinggal diam, karena ombak membuat kita limbung.
Untung lah saya engga ikutan nyemplung, lumayan harus bertenaga, deh.
Cukuplah saya berfoto bersama teman-teman saja.
Warga lokal yang ada di lokasi menawarkan mengambil foto melalui fitur panorama dari HP, sehingga diperoleh hasil foto yang bagus.
Mata Air Belanda
Setelah teman-teman cukup puas berenang dan berfoto, kami pun naik lagi ke perahu cepat menuju spot wisata sekitar Pantai Ora berikutnya.
Kali ini menuju ke Mata Air Belanda, tetapi sebelumnya mampir dulu ke ceruk yang lain.
Kami hanya melihat-lihat saja spot tersebut dari atas perahu, karena ombak cukup besar.
Apalagi tidak ada dermaga atau anjungan apapun untuk tempat perahu sandar, selain itu warna laut juga biru tua. Menandakan bahwa lautnya cukup dalam.
Mata Air Belanda adalah sebuat tempat di tepi pantai yang dikelilingi hutan dan tebing berbatu. Ketika perahu kami menuju kawasan ini dari arah laut, bentang alamnya beda lagi.
Air lautnya berwarna biru hijau dan makin ke darat berwarna hijau muda.
Ada beberapa cottage yang menghadap ke laut dan tampak di pantai ada kegiatan dan anak-anak yang ramai berenang.
Ketika kaki menjejakkan di pasir yang putih, terasa air laut lebih dingin daripada waktu ke Keramba Cinta.
Latar belakang pantai yang berupa hutan dan tebing gunung di pulau Seram menambah cantik pemandangan di sini.
Tampak sungai kecil yang membelah pantai menjadi dua bagian. Walaupun muara sungainya tidak lebar, tetapi arusnya cukup deras. Hal ini disebabkan adanya pertemuan antara arus sungai dari darat dan ombak laut. Itu sebabnya juga air terasa lebih dingin dan lebih sulit berenang di sini.
Teman-teman sih ada beberapa yang turun juga ke muara dan mencoba susur sungai agak ke dalam. Beberapa ada yang kesulitan untuk naik ke pantai karena ada pusaran saat pertemuan air sungai dan air laut.
Tampak menantang sih…
Tapi saya cukup mengamati saja dari tepi pantai…
Tempat ini dinamakan Air Belanda, konon ketika Belanda pernah menguasai wilayah Maluku, mata air dan sungai ini ditemukan oleh para serdadu Belanda.
Mereka sering menggunakan tempat ini sebagai tempat mandi dan melepaskan lelah. Air sungai yang berasal dari sebuah mata air tawar di tepi pantai memang luar biasa. Konon dipercaya bisa diminum langsung karena belum terkontaminasi kotoran apapun.
Selain cottage, ada warung, ayunan, dan bangku-bangku untuk bersantai memandang lautan lepas.
Setelah cukup main air, kami pun kembali naik perahu untuk pulang ke resor.
Penutup
Nah, itulah beberapa objek wisata sekitar Pantai Ora di Pulau Seram, Maluku Tengah.
Untuk mencapai tempat-tempat tersebut memang lebih praktis menggunakan perahu motor tempel yang menembus lautan.
Perahu motor ini berbahan bakar campuran bensin dan solar, jadi di setiap perahu tersedia jerigen-jerigen untuk bahan bakar selama perjalanan.
Sebagai turis yang berwisata menggunakan perahu dan menyeberangi lautan seperti ini ada baiknya meminta disediakan pelampung.
Walaupun kalian bisa berenang, sebetulnya berwisata air wajib memakai pelampung.
Hal ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya terjadi kram pada seseorang.
Rencananya besok kami masih lanjut wisata hop-off-hop-on island di Laut Sawai di utara Pulau Seram.
Semoga bermanfaat.
Meski jauh di Seram sana, tapi objek wisata nya kekinian juga ya seperti keramba cinta itu. Bagus banget. Pantai nya juga bersih
Meski perjalanan jauh, biaya cukup besar tapi sebanding dengan pengalaman luar biasa yg tidak semua orang bisa merasakan ya
MashaAllah indahnya Pantai Ora di Maluku Tengah ini. Surga destinasi wisata alam dan photography yang indah tak terperi. Sebagai salah seorang penggemar wisata dan aktivitas air, saya pasti betah bolak-balik ke Sungai Salawai, Keramba Cinta, Batu Tebing Hutapia, dan Mata Air Belanda. Setiap spot tampak memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing. Damai dan menyenangkan.
Tapi memang Maluku tuh surganya keindahan air Mbak Hani. Saya pernah menjelajah Tidore dan Morotai. Duh rasanya gak kepengen pulang hahaha. Tak ada satupun tempat yang mampu luput dari decak kagum.
Objek wisata di sekitar pantai ora yang dikunjungi mba Hani dan rombongan, bagus-bagus semua. Ikan bakar kuweknya bikin laper, ikan laut yang enak, apalagi ikan segar hasil mancing gitu.
Benar adanya kalau Maluku Tengah emang salah satu surganya pantai ya mba, memesona semua.
Ikan bakarnya terlihat polos dan minim bumbu. Tapi, kayaknya rasanya nikmat banget. Karena biasanya ikannya masih segar.
Pantainya cantik banget dan bersih. Semoga tetap terjaga kecantikan alaminya.
Masyaa Allah indah banget pantainya. birunya bikin ikutan healing virtual. ditambah hijaunya pepohonan dan tebing, bikin pengen healing
Cantik-cantik banget pantai di Maluku, termasuk Pantai Ora. Seru ya bisa berkunjung ke sini. Yang paling suka dari pantai adalah saat sunset, cantik banget viewnya. Menikmati ikan bakar atau seafood lainnya juga tambah seru. Pengen rasanya ke pantai lagi.
Masih alami, dan sepi jadi beneran bisa menikmati wisata sekitar Pantai Ora. Ada Mata Air Belanda segala, kirain apa ternyata ditemukan serdadu Belanda dulunya….wah
Ide keramba cinta itu menarik ya. Btw, salah ketik mungkin Mbak, ikan yang berhasil dipancing kemudian ditimbang, seharga Rp 10.000/ gram, mungkin kilogram
Eh iyaa…10ribu/100 gram atau 10ribu/ons…
Jadi kalo dpt 1/2 kg, cuma 50ribu deh…????
Di Maluku memang terkenal pantainya yang cantik-cantik. Tapi Pantai Ora ini aku baru tau ini mba.
Pasti sangat menyenangkan menikmati sunset sambil makan ikan bakar dan sea food yaa
ikan bubara ini mirip ikan kembung di Bandung ya?
hihihi karena saya gak tau ikan kuwek
aduh Mbak Hani, saya iriiiii…..
Impian saya banget bisa pergi ke Maluku dan daerah timur Indonesia lainnya
Unik banget pantainya, banyak yang bisa di-eksplore selain cuma main pasir dan kejar ombak. Bersih pula.
Pengin mantai lagi jadinya.