Acara jalan-jalan ke Sendang Geulis Kahuripan ini terlaksana karena saya ikut acara Historical Trips Bandung, sebuah komunitas pemerhati sejarah, budaya dan alam. Biasanya saya ikut acara Historical Trips Bandung kalau ada acara napak tilas jejak arsitektur Kolonial Hindia Belanda. Banyak obyek wisata di Bandung dan sekitarnya, bahkan hingga Lembang dan Cimahi. Selain bertebaran bangunan-bangunan lama karya arsitek Belanda, juga obyek wisata berupa keindahan alam dan taman. Beberapa kali HT mengadakan jelajah alam, misalnya ke perkebunan maupun obyek wisata alam. Baru kali ini saya ikut wisata alamnya. Nah ikuti deh keseruan jalan-jalan saya kali ini.
Mampir dulu ke artikel tentang Villa Isola yang Menyimpan Misteri. Jalan-jalan saya pertama kali bersama acara HT ketika mengunjungi Villa Isola (sekarang Rektorat Universitas Pendidikan Bandung).
Menuju Sendang Geulis Kahuripan
Pertama kali poster rencana jelajah alam, saya tertarik melihat kebeningan air di sendang tersebut. Masih ingat kan jalan-jalan saya bulan sebelumnya ke pulau Sumba, kami batal menyambangi air terjun. Air terjun Lapopu kok ya longsor semalam sebelum kami tiba. Sedangkan air terjun Tangedu, guide yang mengawal tak berani membawa kami ke sana karena medannya yang cukup ekstrim.
Sejak awal pa Hasan, ketua tim Historical Trips sudah mewartakan supaya kami bawa baju ganti untuk basah-basahan. Walaupun saya ragu, karena tidak niat amat untuk nyemplung ke Sendang, saya pakai sajalah di lapisan dalam.
Meeting point adalah di gerbang depan Universitas Pendidikan Indonesia di jalan Setiabudi, Bandung. Menurut yang saya ikuti di grup WA Historical Trips, lokasi Sendang di daerah Lembang. Maka dalam bayangan saya, kami kumpul di UPI supaya lebih mudah ke Lembang.
Satu per satu peserta mulai berdatangan menunggu mobil Hi-ACE yang akan membawa kami ke tempat tujuan. Ternyata kami malah menuju tol Pasteur, karena menurut supir Hi-ACE, lebih mudah dicapai dari jalan tol Cipularang. Sebelum pintu tol, di jalan Surya Sumantri, sekeluarga terdiri dari ayah, ibu dan putrinya, menyusul bergabung dengan kami.
Akhirnya lengkaplah semobil penuh, 10 penumpang, terdiri dari 8 peserta dan 2 orang panitia, pa Hasan dan kak Marcella.
Kami menuju tol Pasteur dan kira-kira di km 105, kami keluar tol Cikamuning. Kemudian menyeberangi di atas jalan tol ke arah Tagog Apu. Di suatu penggal jalan kami menyeberangi persimpangan dengan rel kereta api, belok kanan melalui stasiun Cilame. Perjalanan kemudian berlanjut menembus kebun teh Pangheotan dan cengkeh. Durasi perjalanan agak lama, karena di beberapa tempat jalannya rusak. Setelah melalui turunan dan patah balik 1800 , di tikungan mirip gunting, sampailah kami di pelataran parkir obyek wisata Sendang Kahuripan.
Kalau ditanya, mengulang perjalanan ke Sendang, sepertinya saya tidak bisa. Hanya supir dan pa Hasan yang tahu.
Obyek Wisata Sendang Geulis Kahuripan
Sendang Geulis Kahuripan berada di wilayah RPH Cikalong Wetan, BKPH Padalarang Perum Perhutani KPH Bandung Utara. Secara administratif, objek wisata ini terletak di Kampung Cilangkop, Desa Ganjarsari, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.
Sendang, dalam bahasa Sunda artinya kolam atau telaga, geulis artinya cantik, dan kahuripan artinya mampu memberikan kehidupan bagi orang lain. Dengan demikian arti obyek wisata ini telaga cantik yang memberikan kehidupan bagi orang lain. Warga sering menjuluki Cikahuripan.
Waktu kami tiba di lapangan parkir obyek wisata, hari masih pukul 09:02. Hanya ada mobil kami yang parkir. Pa Hasan pun membeli tiket untuk kami semua. Harga tiket murah-meriah, Rp. 10.000,- saja. Kami melalui semacam saung untuk duduk-duduk, merangkap bagian pengecekan tiket. Sepertinya warga setempat yang bertugas.
Belok kanan, turun melalui anak tangga yang diberi perkerasan semen tanpa railing untuk pegangan. Hawa sejuk menerpa, sehingga tak terlalu terasa menuruni sejauh kira-kira beberapa puluh anak tangga. Nun di bawah tampak area wisata Sendang Geulis Kahuripan dilengkapi kolam renang, air terjun kecil, dan beberapa bangunan. Hamparan sawah nampak hijau membentang.
Sepintas sih kalau melihat tata letak bangunan, sepertinya tidak didesain layaknya obyek wisata dengan mempertimbangkan orientasi, bangunan penerima, sirkulasi, dan lain-lain. Biasanya obyek wisata alam yang belum ada sentuhan modal besar, bangunan dibangun bertahap. Atap bangunan terbuat dari metal sheet dan terkesan tumpang tindih.
Kami pun diarahkan oleh pa Hasan untuk menyimpan ransel dan tas ke bangunan mirip saung besar. Ada 3 area seluas @ 3X3 m2 beralaskan tikar diberi pagar bambu dan pemandangan ke arah kolam renang. Bagian bangunan yang lain berfungsi sebagai warung, dapur, dan KM/WC umum termasuk ruang ganti.
“Ayuk Bu. Bawa baju ganti?” ajak Marcella, co-founder Historical Trips.
“Sudah siap dari rumah nih”
“Sip…”
Menyelam dan Berendam di Sendang Geulis Kahuripan
Bersama Menik dan Erni, teman komunitas, kami menuju ke Sendang. Menilik obyek-obyek yang ada di area Sendang, di bawah ada air terjun kecil, kemudian belok kiri mengikuti aliran air. Kemudian naik tangga memutar ke kanan, ada sendang berair bening, yang sumber airnya dari air terjun di ujung.
Mula-mula saya takut untuk langsung masuk ke air. Takut kedinginan, sih.
Sendangnya sendiri hanya seluas 4 X 3 m2 , sepertinya dangkal karena dasar sendang terlihat jelas.
Di kiri sendang ada bak penampungan air yang dicat warna-warni. Kalau menurut saya agak mengganggu pemandangan dan jauh dari kesan estetis. Mungkin warga melihatnya lebih ke fungsi, karena air yang jernih ini dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari warga sekitar.
Melihat teman-teman semangat nyemplung dan menyelam, saya pun coba-coba duduk di tepian telaga dan merendam kaki. Ternyata engga dingin-dingin amat. Ya sudah ikutan, lalu apalagi kalau engga foto-foto. Ditambah lagi pa Hasan membawa kamera bawah air. Lengkaplah keseruan kami melepas penat dan melupakan keruwetan hidup di kota. Halah …
Marcella menawarkan saya mengambil beberapa photo shot di bawah air terjun. Ternyata tidak mudah juga berfoto bersama air.
Kolam Renang
Fasilitas lain yang ada di kawasan Sendang adalah kolam renang letaknya agak di bawah dan sumber airnya dari mata air sendang. Teman-teman setelah puas berendam dan bermain di air terjun mengajak berenang di kolam renang. Untuk bisa berenang di kolam, pengunjung harus memperlihatkan tiket masuk ke Sendang, karena ada loket pemeriksaan lagi.
Tetapi saya memutuskan bilas saja dan rehat di saung.
Sementara itu hari semakin siang, pengunjung lain mulai berdatangan, antara lain anak-anak sekolah bersama guru mereka. Saya pun ke kamar mandi yang letaknya di atas, melalui tangga di antara warung dan dapur. Setelahnya saya menghangatkan diri berjemur di sisi saung, sambil menunggu teman-teman yang masih bermain air.
Saya menolak ikut berenang, karena menduga air kolam renang jauh lebih dingin daripada air di telaga. Ternyata dugaan saya benar. Ukuran kolam yang cukup besar 7 X 12 m terdiri dari kolam dewasa dan kolam anak, membuat air di kolam menjadi dingin. Selain itu pengunjung banyak yang memilih untuk berenang di kolam renang, sehingga kolam penuh.
Nasi Liwet
Untuk makan siang pa Hasan telah mengatur memesan nasi liwet lengkap lauk pauknya dari pemilik warung. Ketika saya melewati dapur untuk bilas, ternyata ada tungku berbahan bakar kayu untuk keperluan memasak.
Tepat pukul 12:00, nasi liwet terhidang, bersamaan dengan teman-teman yang sudah beres bilas dan ganti baju.
Kata Teteh di warung, harga sepaket nasi liwet Rp. 200.000,- untuk 5 orang. Worthed lah harga segitu. Lauk pauknya terdiri dari tahu-tempe goreng, telur dadar, ikan peda asin, tumis jengkol, dan sambal lalap. Terbayang ya, nikmatnya, apalagi bagi penggemar jengkol. Sayang sekali saya tak doyan …
Setelah makan, kami masih ngobrol kesana kemari mempererat pertemanan. Antar lain mengenalkan diri, tujuan ikut jalan-jalan bersama Historical Trips, dan saling berbagi cerita. Uniknya, kami berasal dari berbagai profesi, ada yang guru, dosen, pengusaha, staf asuransi, dan mahasiswa. Bahkan Mima, jauh-jauh datang dari Jakarta, adalah staf penerjemah di Kedutaan Perancis.
Fasilitas Lain
Disela-sela itu saya menyempatkan sholat Lohor di mushola dekat air terjun pertama. Air untuk wudhu dialirkan melalui kran yang dihubungkan ke bak penampungan. Nikmatnya sholat di udara terbuka disertai dengan semilir angin gunung.
Setelah dirasa cukup lama bercengkerama, kami pun bersiap-siap meninggalkan Sendang Geulis Cikahuripan, mampir terlebih dahulu ke kebun teh. Perjalanan pulang kali ini melalui kota Lembang, ke arah Bandung melalui jalan Setia Budi.
Nah, teman-teman kalau mau ke sini, harus banyak tanya arah ya.
Informasi Historical Trips Bandung dapat diperoleh di sini:
FB: historical.tripsbdo
IG: @historicaltripsbandung
Bandung, 9 September 2019
habis berengang di jernihnya sendang alami terus makan nasi liwet, cocok sekali, pasti enak banget makan nasi liwet setelah mainan ari
Wahhh mbak asyik juga ya berendam di tempat yang airnya sejuk begitu. Seneng banget nih…
Sekalian bisa melepas penat dan stres di weekend
Entah kenapa tadi aku berpikir ini adalah pemandian air panas, mungkin karena ada kata “berendam”. Ternyata sendang biasa ya. Seger nih kalau siang-siang panas ke sini.
Rp200.000,00 untuk berlima dan di lokasi wisata, ya masih terbilang oke. Habis main air terus makan itu nikmatnya memang tiada taraaa!
Aih moonmaap kak, aku kok gagal fokus sama nasi liwet dan kawan-kawanyaa yah asli menggoda banget wkwk… Seru yaa kak bisa main sama keluarga di alam apalagi curug. Bisa “nyegerin” badan dan rilex-in pikiran yah wkwk
Ya ampuunn seger banget air dan udaranyaa, seneng banget deh kalo ke tempet gini. Saya mau coba kapan kapan nge trip ama Historical Trips Bandung 😀
Habis berendem langsung makan nasi liwet enak banget ya tuh mbak. Airnya sejuk sedang tuh pas keknya jd ngak terlalu dingin
Waduh kepengen kesini. Berendem di air sejuk seperti ini bisa bikin badan dan pikiran seger. Tapi perjalanan kesini lumayan sulit tampaknya. Kalau Naik Mobil mesti yg 4 x4 Kali? Kalau mau praktis ikut historical trips bandung
waah kepengen gabung dengan HT…
jatuh cinta dengan bangunan2 tua di Bandung yang masih cakep2 gitu….
habis rendaman di sendang terus makan nasi liwet yang keliatannya enak banget … mantap deh
Aku yang urang Bandung aja masa belom kesampaian mampir ke Sendang Geulis hahaha 😀 Keren bener ini. Itu berarti ada 2 kolam ya, mbak Hani? Yang di foto di sisi kanan itu apakah permukaan dasar kolamnya miring atau ga? Btw nikmatnyaaa mamam jengki dkk pake nasi liwet. AKu doyaaaan! Apalagi kalo pake sambal oedas, ikan asin, hhmm…bahaya nambah mulu hihihi 😀
Habis main di air yang dingin, trus dihidangkan nasi liwet. Duuuuhh, itu sih bikin makannya jadi makin banyak. Nikmaaaaat 😀
Tempatnya masih alami ya…dan akses menuju ke lokasi sepertinya belum terlalu bagus..Menu nasi liwetnya menggoda nih..haha
Oh, ternyata ini di daerah Cikalong Wetan. Saya baru denger soalnya. Meski jauh perjalanan,kadang kalau nemu telaga air yang jernih dan bening jadi bikin fresh, ya. Nikmat banget sajian nasi liwetnya. Duh, kenapa jadi lapar gini. Hehe
Gak kebayang dinginnya, apalagi buat saya yang gak bisa berenang haha. Tapi asli itu nikmat banget habis berendam trus makan nasi liwet. Habis itu tiduuur, wuih mantaap
Telaganya jernih banget tante Hani.. Adem gituh di bawah pohon. Pantesan aja namanya sendang geulis cikahuripan. Dingin banget ya tan airnya sampai batalin renang di kolamnya?
Aduh itu nasi liwetnyaaaa, jadi kangen Bandung. Abis berendam, lapar, langsung makan nasi liwet. Surgaaaaaaa.
Jalannya lumayan ya naik turun kayaknya. Seru ada kolamnya, anak2 pasti senang. Kalo air telaga langsung memang pasti lebih dingin sih. Untung ada kolam ya. Nasi liwet nya enak kayaknya, lezat
Jangan panic mari berenang… hehehe. btw maknyus nasi liwetnya
Kalau nggak ada guide, rasanya nggak akan saya pergi ke air terjun ini. Karena jalannya mungkin kurang baik bagi kendaraan umum. (Saya ini pengguna kendaraan umum banget.)
Tapi gara-gara tulisan ini, saya jadi follow @historicaltripsbandung. Siapa tau kalau saya lagi mudik ke rumah orang tua, bisa dipaskan dengan waktunya ngetrip.
Nuansa alam sekitarnya masih begitu asri memang pas banget untuk refreshing dan menjernihkan pikiran dan segala kepenatan
Selain itu telaganya juga seger banget keliatannya
ah asik banget, habis berendam lanjut makan nasi liwet, bonus nuansa alamnya kental sekali.
memang wana wisata yang dikelola perhutani seperti banyak kekurangan. tapi tergantikan dengan lokasi wisata yang benar-benar bagus
Airnya jernih sekali ya kak. Suasana alam pedesaannya dapat banget dah. Berasa shooting film dengan latar pedesaan nggak kak. Hehehe