Pada halaman sebuah koran lokal Jawa Barat tertulis bahwa Saung Angklung Udjo di kota Bandung terancam bangkrut akibat pandemi Covid-19. Kebijakan PSBB yang berkepanjangan, larangan berkerumun, serta anjlognya bisnis pariwisata turut berimbas pada kegiatan di Saung Angklung Udjo ini.
Bagi teman-teman yang belum tahu tentang Saung Angklung Udjo ini, saya akan mengajak jalan-jalan wisata budaya ke kota Bandung, ya…
Sejarah Angklung
Sebagai warga negara Indonesia pasti sudah tahu ya yang namanya angklung. Itu lho alat musik terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyang-goyangkan beberapa kali. Bunyi yang terjadi adalah akibat getaran 2, 3, hingga 4 susunan bambu berbagai ukuran yang dipotong bentuk tertentu salah satu ujungnya, kemudian dirangkai hingga berbentuk angklung.
Menurut sejarahnya angklung merupakan alat musik tradisional suku Sunda, walaupun ada juga beberapa daerah lain di Indonesia yang juga mempunyai alat musik angklung. Zaman dulu angklung hanya dimainkan pada upacara ritual sebelum musim tanam. Kemudian terjadi perkembangan, angklung merupakan media untuk pengenalan budaya melalui musik.
Awalnya angklung sebagai alat musik tradisional, bernada pentatonis, yaitu hanya lima nada saja. Angklung sebagai alat musik renteng yang bisa dimainkan seorang diri.
Setelah tidak lagi diselenggarakan ritual tanam padi dengan diiringi permainan angklung, alat musik ini mulai ditinggalkan.
Melalui seorang pendidik dan pemerhati angklung lah, alat musik tradisional ini bisa dibentuk dan diubahsuai panjangnya hingga membentuk nada diatonis.
Pendidik tersebut bernama Daeng Sutigna, seorang keturunan bangsawan Sunda kelahiran Garut. Beliau berjasa mengenalkan alat musik angklung sehingga bisa juga memainkan lagu-lagu bernada pentatonis, seperti halnya lagu-lagu modern.
Angklung sebagai alat musik tidak bisa dimainkan sendirian, karena setiap angklung hanya mempunyai satu nada saja. Misalnya sebuah lagu sederhana diatonik yang terdiri dari variasi 7 nada dan setengah nada interval di antaranya, maka setiap angklung mewakili masing-masing nada tersebut. Itu sebabnya untuk memperdengarkan lagu dengan aransemen yang apik, bermain angklung harus berupa Paduan Angklung.
Objek Wisata Budaya Saung Angklung Udjo
Bandung, ibu kota Jawa Barat, memang sarat dengan berbagai obyek wisata. Mulai dari wisata kuliner, wisata sejarah bangunan yang dilestarikan, wisata belanja, wisata edukasi dan budaya. Bagi yang belum tahu, sebelum Indonesia merdeka, kota Bandung sempat direncanakan menjadi ibu kota pemerintahan Hindia Belanda. Sedangkan Batavia (sekarang Jakarta) direncanakan menjadi pusat perdagangan dengan pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pintu jalur perdagangan tersebut. Itu sebabnya, di Bandung banyak bangunan-bangunan sejarah peninggalan Belanda yang usianya sudah ratusan tahun.
Di Bandung, tepatnya di jalan Padasuka No.118, Pasirlayung, Kec. Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat terdapat sebuah objek wisata bernama Saung Angklung Udjo.
Saung yang artinya dalam bahasa Sunda, semacam pondok di tengah sawah, tidak betul-betul sebuah pondok, tapi berupa kompleks tujuan wisata. Di sini terdapat arena pertunjukan lengkap, pusat kerajinan bambu, dan workshop untuk alat musik bambu.
Pendiri Saung Angklung Udjo bernama Udjo Ngalagena, lebih akrab dipanggil sebagai Mang Udjo. Kecintaannya pada angklung sudah berawal sejak masa kanak-kanak, hingga akhirnya mendirikan Saung Angklung Udjo di tahun 1966.
Selain angklung, di sini kalian juga bisa belajar lebih jauh tentang berbagai kesenian Jawa Barat, misalnya calung, alat musik yang terbuat dari bambu juga. Berbagai tarian di Jawa Barat termasuk pencak silat.
Ketenaran Saung Angklung Udjo sebagai tempat wisata budaya dan edukasi, sudah terkenal hingga ke manca negara, sehingga menjadi salah satu tujuan wisata di kota Bandung. Visi misi Saung Angklung Udjo ini membuat beberapa sekolah membawa murid-muridnya wisata edukasi ke sini. Keluarga dan pribadi yang perhatian terhadap kesenian tradisional juga sering juga berkunjung, karena keunikan penyajian permainan angklungnya yang interaktif.
Bermain Musik Angklung Interaktif Bersama
Keunikan Mang Udjo ini, beliau yang mengenalkan penamaan notasi pada nada-nada diatonis dengan bahasa isyarat bernama Kodaly Hand Sign. Kita tahunya kan, untuk nada do, ditandai dengan angka 1, selanjutnya nada re, dengan angka 2, dan seterusnya hingga not ke-7.
Pada permainan musik angklung interaktif, tamu-tamu yang berkunjung akan memainkan bersama angklung tersebut dengan masing-masing memegang sebuah angklung. Berdiri di depan ada dirigen atau pemandu paduan angklung yang memberi isyarat dengan tangannya, untuk nada-nada tertentu. Misalnya untuk do, tangan mengepal, re, telapak tangan terbuka ke depan, dan seterusnya.
Ada latihan dulu sebelum mulai memainkan lagu-lagu, supaya masing-masing pemegang angklung hafal, dia pegang nada apa di angklungnya. Nah, bila sudah lancar, baru, deh, bareng-bareng memainkan sebuah atau beberapa lagu, dengan memerhatikan aba-aba dari pemandu. Awas, ya, jangan salah melihat aba-aba, kalau tidak lagunya akan terdengar kacau.
Kesimpulan
Berita di koran lokal dan media online mengejutkan masyarakat. Sungguh efek pandemi ini memang kemana-mana, termasuk ke pelaku kreatif. Tamu di Saung Angklung Udjo yang semula bisa mencapai 2.000 orang per hari, sekarang tak sampai 20 orang per hari. Jumlah pelaku kreatif yang biasanya mencapai 1000 orang bila ada pertunjukkan, harus dipangkas hingga tinggal 60 orang saja.
Wisata virtual mulai digelar melalui Youtube oleh manajemen Saung Angklung Udjo termasuk menggalang dana oleh masyarakat untuk keberlanjutan objek wisata ini. Semoga gaung angklung dari Saung Angklung Udjo tetap berjaya.
Sungguh sangat disayangkan bila Saung Angklung Udjo harus ditutup, karena angklung telah terdaftar sebagai World Heritage Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November tahun 2010.
Semoga bermanfaat.
Duh, saya baru tahu kabar Saung Angklung Udjo terancam bangkrut, Bun. Sayang sekali kalau sampai tempat wisata edukasi itu benar-benar tutup. Padahal di sana tempat mengenalkan budaya khas milik bangsa untuk para wisatawan yang datang.
Semoga segera ada jalan keluarnya, ya, tempat itu bisa terus ada.
Saya suka sih mendengar nada-nada yang dimainkan dari angklung. Sepertinya memang sulit jika hanya melihat seorang bermain angklung. Nggak tahu bagaimana jika kita belajar sendiri?
Dan ternyata bagaimana nada terdengar itu dari bagaimana posisi tangan dalam menggoyangkan angklungnya?
Wow saya jadi terkenang masa sekolah dulu. Ada ekstra kulikuler bermain angklung. Pada saat itu angklung adalah alat musik yang unik dan sangat menarik. Dengan latihan rutin saya merasa tak kesulitan memainkannya. Semoga pandemi segera berakhir dan Saung Angklung Udjo berjaya lagi seperti dahulu. Amin🙏
semoga Saung Aklung Udjo bisa bertahan dalam situasi pandemi ini. Mungkin dengan adanya berita di koran, artikel atau media lain bisa menggerakkan hati pemerintah atau donatur yang bisa tetap mensupport keberadaan wisata budaya sekaligus edukasi ini.
Sedih banget pas liat berita di tivi soal terancamnya saung udjo. Pandemi bener-bener memukul banyak sektor termasuk pariwisata.
Ya ampun jangan tutup dulu dong, aku belum ke situ Mbak Hani
Jadi ceritanya SD anakku tuh kelas 6 field tripnya ke Bandung, ke Saung Udjo dan Museum Geologi dan itu tiap Februari. Anak sulung punya foto kenangan ke sana juga beli oleh-oleh angklung dan wayang .
Harusnya Februari ini giliran adiknya ke sana…dan batal karena pandemi.Hari ini diganti field trip virtual ke tempat lain.
Dia kecewa karena kakaknya dulu ke sana, aku janjiin nanti bakal ke sana bareng bapak ibuk ya
Wah, aku sedih kalau banyak destinasi yang bakalan tutup begini..sayang sekali
sedih banget bacanya
angklung ujo, kearifan lokal yang sangat membantu perekonomian setempat
bisa diakalin dengan wisata virtual ya?
Tapi sensasinya beda, pengunjung merasa asyik karena bisa ikut menggoyangkan angklung
atau dibuat aplikasinya? ^^
Deket banget tempat tinggalku saung mang udjo ini..
Bener memang dulu bus bus besar keluar masuk kesana, sekarang sedih deh lihatnya.. sepi.. semoga segera kembali seperti dulu semuanya
Ya Allah sedih banget ya mba jika harus mengalami penurunan jumlah pengunjung yg berdampak pada pendapatan. Padahal angklung itu kesenian yg jika diresapi akan terdengar nada yg enak didengar
Objek wisata budaya seperti Saung Angklung Udjo ini kekayaan untuk kita. Semoga tetap bisa bertahan ya Saung Angklung Udjo, sedih banget dengan keadaannya saat ini.
Biasanya info kegiatan virtual mereka diumumkan di official IG Saung Angklung Udjo kah Mba?
Suatu saat akan bangkit kembali wisata saung udjo koya Bandung usai pandemi, kesenian yang merakyat di era digital.
Saya pernah berkunjung dan menuliskan tentang SAUNG UDJO dalam rangka lomba penulisan yang diadakan oleh Balai Bahasa Jawa Barat. Alhamdulillah masuk jadi salah satu tulisan favorit juri.
Salut memang dengan konsistensi SAUNG UDJO dalam merawat, memperkenalkan dan mempopulerkan budaya angklung. Tidak hanya di tanah air tapi juga sudah merambah ke beberapa sudut dunia. Semoga SAUNG UDJO selalu sukses dalam setiap langkahnya, menjadi salah satu penjaga seni musik asli Jawa Barat dan membawa nama besar Indonesia di kancah internasional dengan lebih luas lagi.
Aku sangat suka menikmati alunan suara alat music angklung ini mbak, menarik banget nih. Semoga saja nggak sampai tutup ya mbak sayang banget soalnya
Setuju Mbak Hani,, dengan adanya pandemi gini para pelaku kreatif sangat terpukul ya,, Semoga Saung Angklung Udjo bisa diselamatkan apalagi angklung sudah terdaftar sebagai intangible heritage di Unesco
Saya berharap berita ini tidak benar, seandainya pun benar, saya harap pengelola bisa melakukan inovasi, semacam mengadakan virtual tour sehingga kunjungan tetap ada. Walau dana yang diperoleh tentu tak sebanyak sebelum pandemi
Saung yang artinya dalam bahasa Sunda, semacam pondok di tengah sawah, tidak betul-betul sebuah pondok, tapi berupa kompleks tujuan wisata. Di sini terdapat arena pertunjukan lengkap, pusat kerajinan bambu, dan workshop untuk alat musik bambu.