Ketika kami dulu menikah, bersamaan dengan pernikahan emas Bapak dan Ibu mertua saya. Maka ketika suami sebagai anak bungsu sesudah menikah tidak tinggal lagi bersama Bapak-ibu, mereka akan tinggal berdua saja.
Tidak sepi-sepi amat karena ada anak-anak kos yang menyewa kamar-kamar, yang memang dikelola oleh Ibu mertua sejak suami masih SMP. Sedangkan almarhum Bapak sebagai pensiunan guru hari-hari diisi dengan keliling kota naik angkot, berangkat naik angkot Dago-Riung Bandung. Ikut aja sampai terminal Riung Bandung, nanti balik lagi ke Dago.
Sedangkan kalau Papah-Mamah saya di Jakarta, hingga akhir hayat mereka, ada adik saya yang tinggal serumah dengan mereka.
Waktu berlalu…
Dalam rangka Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog yang bertema Rutinitas Harian Mamah, saya jadi tertarik untuk ikutan.
Saya jadi kilas balik ketika menyikapi, Bapak-Ibu atau Papah-Mamah dihari-hari sesudah anak-anak tidak tinggal bersama mereka. Waktu itu tidak terlalu saya perhatikan, karena mungkin saya masih kuliah atau sibuk dengan urusan sendiri.
Memang berbeda dulu dan sekarang.
Sejak 7 tahun belakangan ini, kami tinggal berdua saja di rumah. Anak-anak sudah menikah semua. Alhamdulillahnya, mereka tinggal di sebelah rumah. Sejak awal tahun malah dua-duanya dan pasangan masing-masing, jadi tetangga deret-deret.
Lalu apa yang saya lakukan berdua suami tiap hari?
Rutinitas Harianku
04:30 – Bangun shalat Shubuh sambung urusan domestik. Bisa menyiapkan sarapan, buka lemari es, apa saja yang habis, supaya ada ancang-ancang nanti mau masak apa. Bisa juga cek ember cucian.
Kami mencuci baju tiap Rabu dan Sabtu/Minggu saja. Sejak dua tahun WFH, jarang pakai baju pergi, pakainya ya kaos rumah dan celana training.
Oh ya, kami berdua berprofesi sebagai dosen. Suami sudah pensiun awal Januari, tetapi masih diminta mengajar.
05:30-sekitar jam 06:30 – Sarapan
Biasanya suami yang menyiapkan buah potong dikasih toping yogurt. Ini sudah bertahun-tahun kami lakukan. Yogurtnya saya bikin sendiri.
Saya menyiapkan roti dan isinya dan membuat minuman hangat. Bisa teh tawar atau kalau lagi pengen, kopi sachetan.
Kira-kira pukul 07:00 an ke tukang sayur di ujung gang. Mang Dian dan istrinya. Dulu yang jualan Mang Acun dan istrinya. Mang Dian ini menantunya Mang Acun. Lhah…saya jadi cerita silsilah tukang sayur. Tapi memang sih tukang sayur di kompleks tuh sodaraan sih. Ini keponakan yang itu, Bibi yang ini adiknya Bibi yang itu.
Biasanya kami belanja ke tukang sayur berdua sih. Suami yang memilih buah, atau dia demen kacang rebus, belilah kacang tanah. Nanti di rumah direndam, dicuci, lalu dikukus.
Sampai rumah, saya bongkar belanjaan, lalu siap-siap masak.
Saya masaknya cepet-cepet aja kok, paling 2 macam lauk. Jam 10 biasanya sudah beres.
Suami mandi lalu siap-siap mengajar, kalau memang ada jadwal mengajar.
Kalau tidak ada jadwal pagi, dia akan ngebon, alias berkebun. Bunga-bunga di taman itu berkat green thumb dianya. Tetangga udah pada tahu, kalau rutinitas bapak di no 16, ngebon.
Bahkan ada tetangga kompleks, engga tahu dari jalan mana, tanya, itu anggrek kok bisa ngembang bagus, kok bunga telangnya subur, diapain?
Saya ya no idea dooong. “Wah, itu suami sih yang tahu…”
Saya ngapain kalau selesai masak?
Kalau tidak ada jadwal mengajar, buka laptop, nulis-nulis atau ngeblog.
Kalau harus mengajar dan tidak sempat masak, ya pukul 11an, buka ponsel, pesen gofood.
Atau pagi tidak belanja, tetapi naik sepeda ke jalan Reog 45. Ada Kantin Reog yang pukul 7an gitu sudah siap lauk-pauk, saya tinggal nunjuk mau menu apa aja.
Kalau tidak belanja, tidak ada yang mengajar pagi, kami jalan kami saja keliling kompleks atau naik sepeda 7 putaran. Pulang mandi…
Beres-beres nyapu ngepel kapan? Sesempetnya sih. Seringnya suami, kadang saya. Males banget saya tuh beres-beres rumah. Duh…
12:00 – Lohor. Lunch is ready. Istirahat makan dulu dan shalat.
Selesai makan dan shalat, kembali ke laptop. Gitu sih sampai sore.
Kalau capek ya nyalain TV, cari-cari channel sampai bosan.
Kalau engga ya, bobo siang (jarang sih).
15:30 – Ashar
Biasanya iseng main ke tetangga, nengok tetangga dan anaknya, a.k.a cucu.
Hari-hari tertentu ambil keranjang setrikaan.
Tetangga saya itu…a.k.a anak…hehe…ada ART harian yang datang tiap Kamis dan Senin. Jadi Kamis pagi saya titip setrika, baju yang kemarinnya kami cuci.
Kalau engga main ke tetangga, saya main piano atau bikin kue.
18:00 – Magrib
Siap-siap makan malam. Biasanya menghangatkan saja lauk makan siangnya.
19:00 – Isya
Habis makan malam tergantung acara IndiHome seru atau enggak, nonton TV berdua.
Kalau engga ya kembali ke laptop, nulis-nulis. Kadang ikut webinar tentang ngeblog atau arsitektur.
Depan laptop urusan ngeblog, site audit, update beberapa blog, bisa sampai pukul 00:00
Setahun belakangan ini memang saya punya beberapa blog sih. Ceritanya ternak blog, sebagai media persiapan pensiun. Jadi cita-citanya, saya punya kesibukan dan ada penghasilan dari ngeblog.
00:00-04:30 – Tidur. Kalau pas kebangun, tahajud. Kalau engga ya bablas…
Hari Sabtu atau Minggu sama saja sih. Paling belanja ke pasar cari ikan segar atau belanja ke supermarket terdekat.
Di luar Rutinitas Harian
Bosen engga sih, 4L. Lu lagi lu lagi? Apalagi pandemi kemarin ini, bener-bener 24 jam 4L-nya.
Semester ini mending sih, ada hari-hari tertentu kami harus ke kampus masing-masing, karena sudah mulai offline.
Sebelum pandemi sebetulnya kami sering pergi berdua berwisata bareng teman-teman kuliah. Pernah juga ada acara seminar, dia presentasi, saya jalan-jalan. Atau sebaliknya saya workshop, dianya saya ajak workshop saja sekalian. Kan mayan ada body guard di perjalanan. Bawain koper? Engga lah, koper bawa masing-masing, kok…
Oh ya, saya dan suami tuh seangkatan, hanya beda jurusan. Saya arsitektur, dianya seni rupa. Tetanggaan kan di kampus… Jadi teman-teman kuliah kami sudah saling kenal.
Di luar rutinitas lainnya ya kalau diminta tolong anak saya, saya nge-MC, alias momong cucu.
Kadang-kadang antar ke klinik terapi, atau mengawal saja kalau ada homeschooling.
Gitu saja, sih, rutinitas hari-hari saya bersama si Dia, yang sudah menemani hampir empat dekade ini.
Doakan sehat yah, supaya kami tetap berkarya dan tidak merepotkan orang lain.
Aamiiin…
Mba Haniiii. Masya Allah, kehidupan Bu Hani dan Pak Suami adalah yang saya gambarkan ketika saya dan Pak Suami nanti sudah tinggal berduaan saja, dan anak sudah sibuk dengan kehidupannya.
Berkebun, memasak bareng, membaca, bahkan setiap hari bisa menengok cucu cucu ya Mba Hani. Karena tetanggan ahahaha, seru banget membayangkannya. Bisa berderet deret, tetangganya adalah anak-anak beserta cucu cucu tercinta.
Plus pilihan makanannya juga sehat dan kompak menyiapkan bareng bersama Pak Suami. Aduhh romantis lho ini ehehehe.
***
Suka sekali membaca rutinitas harian Mba Hani bersama si dia. Terasa ayem. 🙂
Aamiin aamiin ya Rabb. Semoga sehat walafiat selalu untuk Mba Hani dan Pak Suami. 🥰🙏
Aamiin… Semoga tetap sehat dan selalu harmonis dalam limpahan barokah-Nya, insya Allah…
Sukaaaak… 😍🤗
Ke tukang sayur sama suami kok adem banget rasanya ya… Lalu buat yoghurt sendiri, wah. Susah nggak bu buatnya?
Beberes sesempetnya hihi, idem :))
Bu Hani dan suami, seneng banget bacanya deh, semoga tetap sehat-sehat dan terus aktif berkarya ya Bu. Setuju banget, semoga masa tua kita tidak merepotkan orang lain walaupun anak sendiri.
Teh Hani, kalau anak-anak sudah menikah dan sibuk dengan urusan masing-masing, hidup kita jadi ikut melambat nggak? Itu salah satu kekhawatiranku haha, meskipun tetap kebayang sih seabrek kegiatan yang pengen aku lakukan. Waktunya menikmati hidup bersama suami ya, Teh. Semoga sehat selalu.
Biasa aja dijalanin gitu aja. Engga tahu melambat engganya. Sesuai usia juga kalik, engga harus gercep anter jemput, buru-buru bangunin pagi-pagi mau berangkat sekolah. Malah santai aja…
Bu Hani buka kelas coding online juga bukan sih? Nah itu ngajarnya jam berapa Bu jadwalnya? Senang ya kalau bisa tetap mengisi hari tua dengan produktif dan berkarya. Semoga kami bisa tetap produktif juga nih di hari tua nanti kalau anak-anak sudah mandiri sendiri.
Aku ngga buka kelas coding online, engga bisa coding. Ngajar di kampus, prodi Arsitektur, kan masih online karena pandemi.