Tahun lalu saya bersama teman-teman seangkatan kuliah berwisata ke pulau Flores. Nusa Tenggara Timur ternyata telah memikat hati saya. Rindu bentang alamnya, rindu laut, bukit dan jalan berkelok tajamnya. Membuat saya merindu pulau-pulau lain di sekitarnya. Termasuk rindu Sumba!
Di grup WhatsApp Flores, saya utarakan kerinduan tersebut.
“Ada yang mau ke pulau Sumba gak? Nyari temen…” …
Ternyata gayung bersambut. Beberapa teman dari ber-21 teman seperjalanan ke Flores ada yang berminat. Saya pun mencari informasi itinerary dan rute di Sumba. Salah satu itinerary saya peroleh dari teman blogger Daily Voyagers. Terimakasih ya Bang Darius…
Grup Sumba
Ternyata ada grup lain sealmamater, dari Asrama Putri, lebih dikenal sebagai ASPURI, mempunyai rencana ke pulau Sumba juga. Sehingga demi alasan kepraktisan dan supaya cepat, saya dan beberapa teman grup Flores, hanya berenam, bergabung saja ke grup ASPURI ini.
Bila grup Flores, ber-21 semua perempuan seangkatan kuliah. Maka grup Sumba lebih heterogen. Total kami ber-18, 14 perempuan, empat pria. Empat di antaranya pasangan. Salah satu pasangan, saya dan suami. Yess!…akhirnya bisa membujuk suami untuk cuti. Apalagi setelah tahu ada teman lain yang juga berangkat bersama pasangan. Kalau perempuan semua, suami malah ogah.
Boleh dibilang angkatan saya merupakan angkatan termuda. Bahkan seorang peserta, ibu Siti Aminah, kami memanggil Mbak Mien. Beliau mulai kuliah, saya baru lahir.
Mengenal Pulau Sumba
Di pulau Sumba sebagai bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur ada empat kabupaten. Kabupaten Sumba Barat Daya, ibukotanya Tambolaka, kabupaten Sumba Barat, ibukotanya Waikabubak, kabupaten Sumba Tengah, ibukotanya Waibakul, dan kabupaten Sumba Timur, ibukotanya Waingapu.
Bandar udara ada dua di pulau Sumba, yaitu Tambolaka di kota Tambolaka, dan Umbu Mehang Kunda di kota Waingapu. Itu sebabnya ada pilihan bagi teman-teman yang akan ke Sumba, kita mau datang ke Sumba bagian barat baru jalan darat ke timur. Atau dari timur dahulu baru ke barat.
Kedua bandara tersebut merupakan bandara kecil, sehingga pesawat terbang yang ke sini adalah pesawat terbang propeler atau berbadan kecil.
Dari Barat vs Dari Timur
Beberapa itinerary yang saya peroleh dari agen maupun website, ternyata semua mengatur rute perjalanan dari Barat ke Timur. Pulau Sumba tidak besar, jarak antara kota dari barat ke timur sekitar 200 km, kira-kira dari Bandung ke Tangerang. Belakangan saya baru mengerti kenapa lebih enak dari barat ke timur.
Walaupun terbagi menjadi empat kabupaten, awam lebih mudah membagi Sumba menjadi Barat dan Timur. Menurut sejarah dan perkembangan wilayah, kota Waingapu lebih dahulu ada dibandingkan dengan ibukota kabupaten lain yang baru ada setelah pemekaran. Itu sebabnya kota Waingapu dan wilayah sekitarnya lebih maju daripada kota-kota di barat Sumba.
Kami berwisata selama 5 hari, awalnya tiba di Tambolaka. Menginap dua malam di Tambolaka, lalu perjalanan darat ke timur, dan menginap dua malam di Waingapu. Sehingga terasa perbedaan antara Barat dan Timur.
Mengatur Sendiri vs Agen Wisata
Berbeda dengan tahun lalu kami ke Flores mengatur sendiri perjalanan dan rute, kali ini kami melibatkan agen wisata. Agen menyiapkan hotel, konsumsi, dan transportasi. Tiket bisa disiapkan oleh agen, bisa juga mencari sendiri. Saya dan suami mencari sendiri tiket melalui aplikasi. Pertimbangannya supaya tidak membingungkan agen wisata, karena saya akan berangkat dari Cengkareng, sedangkan pulangnya ke Bandung.
Waktu ke Flores kami punya teman kuliah, Elly, yang asli Maumere, walaupun menetap di Kupang. Sehingga itinerary yang kami susun banyak mendapat masukan dari Elly. Itu sebabnya menjadi salah satu pertimbangan kami melibatkan agen wisata di Sumba, karena kami tidak kenal warga setempat. Sepertinya lebih praktis melibatkan agen wisata di Sumba.
Menyupir Sendiri vs Bersama Supir
Ceritanya begini. Setelah kami pulang ke Bandung, banyak kolega suami di kampus yang tertarik juga berwisata ke Sumba. Sehingga teman-teman muda ini menanyakan, nyaman tidaknya bila membawa mobil sendiri, off-road ke Sumba. Bersama istri pula. Bahkan seorang teman narablog menanyakan, nyaman tidak berwisata bersama balita ke Sumba.
Kita memang bisa menyewa mobil, harga sewa mobil sekitar 800 ribu per hari termasuk supir dan bensin. Rata-rata mobil yang dipakai agen wisata jenis Innova, itu sebabnya kalau berwisata grup, bisa kelipatan 6, 5, atau 4. Tergantung semobil mau ber-6, ber-5, atau ber-4. Boleh dibilang saya tak pernah melihat mobil sedan selama perjalanan.
Mau nyupir sendiri saja deh. Bisalah, kan ada google map.
Wait, pernah tahu ada film judulnya “Susah Sinyal”? Di pulau Sumba memang susah sinyal. Sinyalnya lup-lep, baik yang brand merah, biru, apalagi kuning. Bagaimana bisa mengandalkan google map, wong sinyalnya engga ada.
Jalan provinsi yang membelah pulau Sumba dari Barat ke Timur memang beraspal licin walaupun di beberapa tempat berkelok-kelok tajam seperti di Flores. Tapi jalan menuju obyek wisata seringnya merupakan jalan berbatu kapur, menembus ladang jagung, atau kuburan batu. Sehingga durasi perjalanan lebih lama.
Rambu penanda atau signage ke obyek wisata hampir tak ada. Itu sebabnya disarankan memang menyewa mobil plus driver saja lah. Driver merangkap pemandu wisata ini yang paling tahu kapan berbelok melalui jalan sempit ke lokasi wisata seperti yang ada di instagram itu. Babang drivernya juga bisa diminta bantuan potret kita kan … ((penting)) …
Menyewa motor saja lah supaya lebih murah. Beberapa artikel menyarankan menyewa motor untuk travelling bisa dilakukan sekitar Sumba Timur saja. Demi keamanan dan keselamatan.
Wisata ke Sumba Bersama Lansia vs Bersama Balita
“Awas, jangan lari!” … “Hati-hati licin!” …
Itu adalah kata-kata yang sering dilontarkan oleh sesama teman di grup. Kata peringatan bukan untuk balita yang penasaran, tetapi untuk lansia yang terlalu gembira.
Sebelum menulis perjalanan saya selama di pulau Sumba, beberapa foto di instagram sudah sempat tayang sebisanya bila ada sinyal.
Keindahan bentang alam, laut, bukit, dan padang savana belum semuanya terekspose selama kami di Sumba. Waktu lima hari terasa kurang. Ditambah lagi ada area wisata yang tidak mudah dijangkau oleh wisatawan yang tidak biasa berjalan kaki di area ekstrim. Agen wisata yang menyertai kami tak berani ambil risiko, ada aki-nini terkilir atau tergelincir ketika susah payah ingin ke lokasi air terjun. Jadi grup kami skip air terjun. Hiks…
Bagaimana dengan wisata bersama balita? Selama masih sekitar Sumba Timur dan tak jauh dari kota Waingapu bisa dipertimbangkan membawa balita. Supaya kalau ada apa-apa masih dekat rumah sakit dan bandara. Walaupun tentu saja setiap keluarga mempunyai kebiasaan sendiri dan paling tahu kesehatan anggota keluarganya.
Sekilas Kenapa Rindu Sumba
Saya memang rindu Sumba dan berkesempatan menyambanginya. Pulau Sumba dinobatkan menjadi destinasi wisata terindah. Sayang untuk dilewatkan bila menunggu hingga tiket pesawat terbang turun harga. Bukit savana, danau laguna, kampung tradisional, dan pantainya akan saya tuliskan dalam beberapa artikel terpisah. Semoga bisa menjelaskan kenapa mendapat julukan The Most Beautiful Island.
Ada baiknya teman-teman yang berminat ke Sumba memperhatikan musim, karena pengaruhnya besar ke obyek yang akan menjadi latarbelakang foto kita. Musim hujan, padang savana akan berwarna hijau. Musim kemarau, akan memperoleh padang savana berwarna kuning meranggas.
Bila teman-teman punya info event apa saja di pulau Sumba, bisa juga jadi acuan. Pertengahan Juli biasanya ada Festival Pasola di Sumba Timur.
Bagaimana dengan kulinernya? Bila kita berwisata ke Sumatera Barat, Jawa Tengah, atau Jawa Timur, yang sering dicari selain obyek wisata juga kulinernya ya. Di Sumba tak banyak warung makan di pinggir jalan dan obyek wisata, di kota-kota besar pun hanya sedikit. Bila akan mengunjungi obyek wisata, better bawalah nasi dus lengkap dengan lauk pauk. Walaupun selama perjalanan, lauknya itu-itu lagi, makan saja yang kenyang. Perjalanan masih jauh, lho …
Sebuah Puisi Tentang Sumba
Berikut sebuah puisi karya Taufik Ismail berjudul Beri Daku Sumba. Puisi ini ditulis sekitar tahun 1970-an tanpa Taufik menginjakkan kakinya di sana. Beliau baru sempat ke Sumba 20 tahun setelah puisi ini ditulis.
BERI DAKU SUMBA
Oleh Taufik Ismail
Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
Aneh, aku jadi ingat pada Umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga
Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana
Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.
Puisi di atas saya peroleh justru setelah saya pulang dari Sumba, jadi bisa membayangkan apa yang tertulis di sana. Jadi ya gaes, rindu Sumba juga kah? Jangan menunggu hingga 20 tahun. Pergilah selagi muda. Tulang mudamu memanjangkan jangkauan kaki melangkah ke obyek wisata memukau yang tak ada di tempat lain.
Bandung, 13 Juli 2019
Sumba memang cantik ya mba~ menurut saya memang paling enak sewa mobil dan pakai supir atau agent tour, karena saya pernah sekali ke Sumba bersama teman-teman dan nekat supir sendiri ternyata susah sekali~ setelah itu kapok dan memilih pakai supir karena lebih bisa menikmati perjalanan daripada stres memikirkan maps dan signal hehehehe.
Nah, iya kan. Saya pun tinggal duduk cantik di mobil, turun foto-foto, istirahat. Mau nandain di google maps, eh…sinyal engga ada. Sampai di rumah cek foto, baru deh tahu tempatnya di mana…
Pengen ke sana lagi uy…
Mau… saya belum pernah ke Sumba. Wah, kapan ada kesempatan ke sana ya. Itu settingnya Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, kan? Bagus pemandangannya.
Naaa…saya malah blm tahu ada film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak”. Kayaknya mau deh cari DVD-nya. Supaya bisa menghayati…
Saya masih muda, tapi lom pernah mendarat di Sumba 🙁
Yang bikin penasaran dengan Sumba, menang benar ya kak, banyak kuda yang dibebaskan atau berkeliaran di alam bebas sana
Iyaaa…seringnya lihat pas sore². Kalau siang jarang. Kata guide, mereka ngadem di sungai.
Ayuk ke Sumba, semoga engga sampai 20 thn lagi…Hehe…
Sumba menjadi salah satu tempat yang membuat saya semakin cinta pada Indonesia ini mbak. Pantai-pantainya yang indah, air lautnya yang jernih dan keramahan penduduknya itu lho. Bikin kangen
Naaah bener. Lima hari terasa kurang…belum semua dijelajahi…
pastinya kurang tapi kan juga harus kembali ke rutinitas ah pengen ke sana dg suami dan anak mumpung masih nuda dan bs meluangkan waktu dg cuti kerja
Waw, bunda Hani emang keren! Ke Sumba rame2 begini emang seru ya pake supir aja dan pemandu wisata biar lebih cepat set…set…set yang tau jalan hihihihi. Kekurangan halan2 ke destinasi wisata kayak gini tuh ya soal sinyak yal lol..lep gitu. Btw kalau pake travel memang enak ya udah beres ga banyak mikir tapi pasti biayanya lebih mahal. Tapi ga apa2 lah namanya nyenengin jiwa raga, kapan lagi? Selagi muda ya? Mau juga aku! 😀
Mahal murah benernya tergantung hotelnya, Mbak. Kita mau bintang berapa dan menu makannya sih. Kami hotel bintang 3 u/ 4 malam, makan nasi box, semobil ber-6, jatohnya 3 juta kurang. Kalau semobil ber-4 lebih mahal. Hehe…seru aja sih, mobil penuh…
Salut sama mbak Hani dan teman-teman, sudah tak lagi muda namun semangat masih membara! Terus sehat, bahagia, dan berkelana ya, Semua. Yang namanya Mbak Mien itu, aku nggak kebayang berapa usianya 😐
Aku nonton film Susah Sinyal. Nampaknya film itu cukup mampu mengangkat nama Sumba ya. Aku sih kayaknya kalo ke Sumba bakal ambil paket tur aja hehe.
Haha iya…pakai guide aja. Malah lebih enak kalau mau ke kampung primitive. Banyak agen yg nawarin ber-4 atau ber-6 semobil.
Seru sih…aku rada telat nih. Baru usia sekarang jelajah ke Indonesia Timur…
Aku belum bisa bilang ini Rindu kak, karena aku belum ppernah bertemu dengan Sumba. Tapi kelak, aku pun akan mengatakan “Aku Rindu Sumba” ketika aku sudah bertemu dengannya.
Salah satu tempat yang sampai saat ini belum aku kunjungi, Sumba 🙁
Semoga yah…bisa jelajah ke Sumba.
Rada² petualang sih. Tapi seru…Alhamdulillah sehat² aja selama di Sumba. Kayaknya karena senang. Hehe…
Setuju mbak, mumpung masih muda harus traveling jangan sampe udh encok jd susah di jalannya hehehe. Aku kl Sumba blom prnh, hanya sampai sumbawa. Next harus di bikin rencana nih ke Sumba juga.
Naaa itu dia. Mumpung masih muda dan belum kena segala osteo² itu. Halah…haha…
Tuh kan, kami jadi engga ke air terjun tuh, padahal di itinerary ada. Guidenya engga berani…Takut ada nenek ngglundung…???
Waah…Sumba..Cantik banget ya Sumba. Senengnya jadi Bu Hani dan Pak Suami yang bisa berkeliling kemana-mana di Indonesia ya. Mupeeeng…
Naaa itu dia. Sempatnya malah sekarang pas engga muda. Mustinya dulu lebih prepare sih. Ambil cuti atau gimana…
Semoga masih bisa jelajah lebih Timur lagi niiih…
Sayang ya nggak bisa main ke air terjunnya.
Kalau sudah di Sumba memang lebih enak pakai mobil + supir. Gunakan waktu di atas kebdaraan untuk istirahat
Iyaa…engga ke air terjun. Yg di Lapopu, air terjunnya runtuh, padahal udh sampai TKP. Hiks…
Yg Tangedu, guide engga berani bawa kami. Takut ada Opa or Oma ngglundung…hehe…
Keren deh ini groupnya. Banyak yang antusias ikut dan gak sekadar wacana hehehe. Saya catat semua tipsnya, Mbak. Terutama yang bawa makanan. Repot juga ya kalau sulit cari makan, padahal perut udah lapar
Iyaa…kudu bawa ransum, nasi dan lauk-pauk. Engga ada warung. Jangan lupa pisang juga deh. Kecil² enak, manis. Mayan untuk ganjel di perjalanan.
Kali ini sudah dua artikel teman yang menulis tentang wilayah bagian timur Indonesia. Tadi ada Belu yang beribukota Atambua, kini ada Sumba yang tradisi dan keunikannya tidak kalah banyak.
Bangga banget jadi bnagsa Indonesia. Dan swbwlum ke luar negeri memang banyak tempat indah di luar Jawa yang harus dikunjungi
Betul mb Okti, masih banyak wilayah indah di Indonesia yg belum dikunjungi. Di pulau Jawa juga belum semua dieksplor.
Huaaaa tertohok banget baca judulnya
Aku langsung merasa kalah telak hahaha
Aku belum pernah ke Sumba
Masih jadi wish list destinasi wisata impian banget ini
Maulah suatu hari mengunjungi serpihan surga nan indah di timur nusantara tercinta ini
Itulah, mumpung masih muda dan kuat, jelajah juga Indonesia bag Timur.
hahah tadinya aku berpikir…waaahhh telat gak nih aku ke Sumbanya…secara usia udah 4x haha..Maulah jelajah Sumba..mumpung masih muda…krik..krik..krik..krik..
Haha…ayooo semangat. Bu Siti Aminah teman seperjalanan itu, usianya 80 tahun.
Kalau bepergian jauh lebih enak bersama supir karena bisa lebih santai, dan tenaganya bisa digunakan untuk kelilingan yang lain
Iya…Engga bisa tidur sih, minimal engga tegang nyari jalan.
Aku baru tau Taufiq Ismail pernah bikin puisi tentang Sumba. Baca judul artikel ini aku merasa tertohok. Aku belum ke Sumba kak… Doain ya bisa ke sana..
Amiiin. Semoga yaaa…
Mumpung masih agak sepi…
Duuh membaca ini, seolah Sumba melambai-lambai dengan penuh semangat padaku! Sumbaa…tunggu aku menikmati keindahanmu yaaa… TFS mbaa..
Siiip…tuuuh udah dipanggil-panggil. Semoga bisa ke sana.
Saya belum sampai Sumba. Membaca ini menjadi mantra buat pergi kesana. Tapi enak ramai2 yaa
Iya, enak rame². Minimal semobil atau 2 mobil. Terlalu rame juga kurang nyaman sih…
Pingback: Spot Instagramable di Tanah 1000 Bukit Sumba - blog hani
Sumba… ahhh kapan kah aku bisa jejakkan kaki disana
membaca ini semakin tinggi hasrat kesana
Hai Mbak…semoga yaa bisa ke sana. Nah, aku belum pernah tuh ke Medan. Doakan aku ngerasain Kuala Namu ya…
Pingback: Serunya Memanjakan Diri Bersama Traveloka Xperience - blog hani
Waduh…mbak Hani mengin-mengini, aku jadi tertohok nih, jangan tunggu 20 tahun ya buat ke Sumba. Keburu jadi (((lansia))).
Dulu waktu kuliah di Bali banyak punya teman dari Kupang, Bima, Papua, Lombok, Sumba…dan sering dapat cerita (dan oleh-oleh) dari sana.
Jadi kapan ku bisa ke Sumba? Semoga bisa segera..
Amiiiin mb Dian. Makanya saya rada telat tuh. Engga semua keeksplor, guidenya engga berani bawa.
Pingback: Mewujudkan Rencana Wisata ke Ambon bersama OYO - blog hani
Pingback: 10 Karakter dan Keindahan Pantai-pantai di Sumba - blog hani
semoga ya kak, saya diberikan rejeki untuk mengelilingi indahnya kepulauan Indonesia, salah satunya Sumba.
Kalo untuk biaya perjalanan, kira-kira per orangnya habis berapa ya? Soalnya punya balita, jadi kalo mau travelling, harus pergi sekeluarga ?
Wah iya bagus. Saya belum pernah ke sini nih. Lebih enak nunggu bukan Juli pas ada perayaan Pasola ya? Saya suka hal2 yg berbau budaya
Menarik banget, kalau bisa ke sana saat event Pasola. Bisa mengabadikan moment budaya setempat juga.
Aslinya kalau pergi dengan balita yo jangan kebanyakan mengingatkan. Ga baik bagi si anak. Mending di rumah daripada dipaksa mengantar ortunya piknik.
Lha iya, laho wong si balita sering dilarang saat menikmati wisata. Wkwkwk
Sumbaaaa wajib banget buat aku datangi sebelum masuk pada kepala 3 nih mba hihi, karena bucket list ke Labuan Bajo sudah, tinggal Sumba yang tak kalah indahnya ini ingin aku ecplore
wah, saya suka banget pembahasan di tulisan ini. dari perjalanan bisa menemukan tips dan berguna untuk yang belum melakoninya. kocak juga pas bahas beda jalan sama lansa dengan balita, hehe kalau dulu pergi sama anak-anak emaknya yang cerewet, sekarang anak-anak udah mulai besar, gantian mereka yang cerwet, “mama, hati-hati, yang sebelah sana jalannya susah” haha
Iya ya Mba Hani. Takutnya setelah anak besar-besar, ketika pergi ke Sumba malah gak bisa turun ke air terjun kayak rombongan Mba Hani, hehe..
Berarti amannya kita pake guide ya Mba.. biar gak nyasar karena gak bisa mengandalkan google maps
Saya belum pernah ke Sumba. Pengen tapi belum kesampaian.
Dulu pernah ke Ende tapi belum sempat ke Kelimutu
Wow .. lautnya masih prawan ya kak..
Destinasi wisata ini layak dikenal luas hingga internasional.
Salah satu ketertarikan wisatawan dalam maupun luar negeri adalah Keindahan alamnya yang begitu indah.
Sebelumnya tak pernah kepikiran mau coba liburan ke sini, tapi setelah lihat foto-foto Mbak Hani, jadi pengen ke sana juga.
Sebelumnya tak pernah kepikiran mau coba liburan ke sini, tapi setelah lihat foto-foto Mbak Hani, jadi pengen ke sana juga. Mudah-mudahan ada kesempatan
Suka banget liat view pantai mandorak ? cantik dan bikin tenang lihatnya. Semoga nanti bisa ke sana ?
Belum pernah ke Sumba. Tapi lumayan lah bisa baca artikel mbak, udah bisa ngebayangin gimana cantiknya
Kawasan NTT emang lagi hits banget ya skrg,,uwuuu
Keren ya. Masha Allah. Jadi ingin ke Sumba nih suatu saat.
Btw itu puisinya bagus mbak. Kenapa gak coba kirim ke media aja?
Kak…itu bukan puisi saya lagi. Ciptaannya Taufik Ismail.
Iya bagus puisinya. Makaanya ke Sumba selagi muda.
MasyaAllah traveling ke Sumba seru yaaa.. Sumba yang indah.. jadi pengin traveling sendirian ke sana 🙂
Setiap kali dengar Sumba dan lihat bukit atau tanah gersangnya, aku jadi teringat dengan film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak mba. Gersang tapi indah di sisi lain ngeri juga kalau perginya cuma berdua misalnya. Asyiknya kalau rame-rame deh kayaknya dan pake agen tour plus ada yang nyetir, jadi enggak cape ehehe. Seneng ih mbanya masih bisa liburan bareng temen semasa pendidikannya. Semoga kelak ku bisa ke Sumba juga, penasaran banget. Biar kata Susah Sinyal malah jatuhnya lebih enak sih, benad-benar menikmati liburan tanpa terpengaruh koneksi internet 🙂
Waaaa Sumba adalah destinasi impian berikutnya yang pengen kami jelajahi
Sudah sering banget baca artikel tentang Sumba
Menyimpannya erat-erat dalam ruang ingatan
Semoga semesta membuka jalannya
Mbak.. aku gak kuat bacanya.. mupeng bgt. NTT dan NTB sampai ke Wakatobi tuh udah jadi list aku dari jaman kapan. Baca ini lagi, jadi tambah mupeng.
Belum pernah aku ke Indonesia bagian timur, bahkan Bali pun juga belum. Btw, noted mba kalau di Sumba kita musti prepare bekal makan …
Dari dulu pengen banget ke NTT, tepatnya Sumba. Namun, masih belum ada kesempatan. Baca cerita ini seru juga ya… Lengkap lagi dengan puisi yang ciamik. Makin menggebu hasrat nak injak kaki ke sana
Indonesia ini kaya banget ya dan punya banyak sekali destinasi wisata dengan pemandangan alam yang begitu indah. Aku setiap baca tulisan teman-teman tentang destinasi wisata begini langsung terpikirnya, apakah masih sempat untukku keliling ke semua tempat indah di Indonesia? Ke Pulau Sumba belum pernah, tapi sepertinya perlu disegerakan dalam waktu dekat supaya bisa menjelajah dengan lebih seru dan stamina lebih fit
Pantai mandorak ini kayak pantai sempunya Malang klo dilihat dri satu sisi. Krna sama2 ombaknya harus melewati karang yang akhirnya bikin pantai ini berombak kecil.. Bisa buat snorkling..
Wah Mbak, aku belum pernah ke Sumba, nih. Mudah-mudahan setelah pandemi nanti dikasih kesempatan ke destinasi keren ini 😀
Pingback: √Batal Wisata ke Pantai Ora akibat Pandemi | Hani Widiatmoko