Perlukah Personal Branding pada Anak?

hani

Personal Branding pada Anak

Postingan saya sebelumnya sudah menuliskan tentang personal branding. Sepertinya personal branding sekarang ini dianggap masalah penting.
Perlukah personal branding pada anak? Apakah sebagai orangtua, kita bisa membranding anak?

Jutaan penduduk dunia, atau jutaan penduduk sebuah negara dipimpin oleh seseorang yang dianggap cakap biasanya melalui suatu pemilihan.
Adakalanya negara yang menganut kerajaan atau sultan, maka penerus kepemimpinan dipilih dari salah satu pewaris.

Bagaimana seseorang bisa terlihat mampu memimpin atau kompeten akan suatu hal? Kapan seorang anak mulai terlihat memiliki jiwa kepemimpinan?
Bagaimana kita bisa melihat seorang anak akan menjadi anak baik ketika dewasa?

Seringkali orangtua ketika mengasuh anak mereka tidak menyadari perangai anak mereka. Ada anak-anak yang tidak sabaran dan sering ngambek tanpa alasan jelas.Ada anak yang maunya menang sendiri ketika bermain bersama anak lain. Atau anak yang teriak-teriak untuk mencari perhatian.Orang lain sudah sebal dengan perangai anak tersebut, tetapi apa kata orangtuanya? “Namanya juga anak-anak”.

Seolah-olah perangai tidak terpuji tersebut bisa tertib dengan sendirinya seiring bertambahnya usia.Beberapa artikel yang saya baca tentang psikologi anak, ternyata mendisiplin anak harus dimulai sejak dini. Mendisiplin anak adalah salah satu bentuk membranding anak.
Bayangkan bila seorang anak sulit diatur dan berperilaku menjengkelkan. Sebagai orangtua, kita tidak ingin bukan anak kita seumur hidup menjengkelkan.

Apa yang perlu dilakukan oleh orangtua agar anak-anak berperilaku baik?
Pernahkah melihat seorang anak yang teriak-teriak ke orangtuanya? Atau secara tak sadar, justru anak sendiri yang berperilaku seperti itu.
Orangtua harus segera melakukan tindakan berikut ini:

1. Introspeksi diri

Anak adalah peniru ulung. Mungkin saja kata-kata kasar yang diucapkan anak meniru ayah-ibu yang berbicara satu sama lain dengan nada tinggi.
Segera rendahkan suara.

2. Ulangi

Anak yang berbicara dengan nada tinggi ke orangtua, segera perintahkan anak untuk mengulangi dengan suara lebih rendah.
Kalau tidak, anak tidak akan mengerti bagaimana mereka harus berbicara dengan santun. Di masa yang akan datang, tidak selamanya anak-anak ada di bawah pengawasan orangtua.
Anak yang tidak sopan dan berhadapan dengan orang lain, belum tentu orang lain tersebut cukup sabar menghadapinya.

3. Hentikan Pelabelan

Sering dengar kata-kata dengan intonasi marah seperti di bawah ini?
(dasar) anak nakal
anak ndableg
tambeng
keras kepala

Sebagai orangtua kita harus waspada dan tidak mudah menjuluki seorang anak dengan kata-kata negatif.
Pernah dengar istilah bahwa kata ibu adalah doa kan?
Kalau kita cerita-cerita ke orang lain, “anak saya nakal”. Maka anak kita, akan betul-betul nakal.
Jadi, jangan melabeli anak dengan kata-kata negatif, ya

Nah, sebagai orangtua sudah siapkah membranding anak?

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

37 pemikiran pada “Perlukah Personal Branding pada Anak?”

  1. Wah harus siap ya soalnya anak enggak bisa milih jadi anak siapa jadi Ortu harus memberikan contoh yang baik, semoga saya bisa. Makasih bu artikelnya sangat bagus^^

    Balas
    • Terimakasih apresiasinya yah. Kadang kita tidak sadar bahwa anak meniru perilaku ortu. Happy parenting Mama Sandra…

      Balas
    • Konon katanya kalau orang tua tidak pandai menjaga kata, apa yang dilekatkan atau dilabelkan pada anak akan jadi kenyataan. Makanya sebagai orang tua, sebaiknya tidak melabeli anak dengan hal yang tidak baik

      Balas
    • Betul lingkungan juga pengaruh. Tapi, saya percaya keluarga yg paling kuat membentuk karakter anak. Semoga anak2 lebih though menghadapi dunia luar…

      Balas
    • Sama, kok. Saya juga pernah kelepasan, lupa, emosi. Harus segera sadar dan memperbaiki diri…Makasih yaa sudah mampir…

      Balas
  2. Jepang, salah satu yang sangat berhasil dalam mem-branding anak, terutama dalam hal sopan santun. Pernah baca soalnya ^^

    Balas
  3. dan aku masih terus belajar bu nerapin itu lagi dan lagi kadang juga kelepasan memang mendidik anak tak semudah yang dikira y bu makasi sharingnya jd reminder banget buat aku

    Balas
    • Samaa Mbak Dewi. Dulu, saya dan suami ga ngeh, kenapa anak-anak kalau berbicara nadanya tinggi ya? Alhamdulillah, cepet nyadar, karena contohnya ya kami ini…

      Balas
  4. insyaAllah masalah label saya sudah khatam Mba Hani. Saya suka sebut anak “Sholih sekali ya nak” tapi dengan gigi rapat, hahaha

    Itulah Mba, saya masih banyak kekurangan di urusan kesabaran.

    Balas
  5. Nah…kadang kak … pelabelan diberikan sama orang disekitar kita, kakeknya, pakdenya dll..kan repot juga tuch kak

    Balas
  6. Setuju mba soal personal branding ke anak, makanya kadang kalopun kesel aku berusaha bilangnya pake kalimat positif, “ayo, kamu kan anak baik dan sayang bunda kan, ayo dong coba bantuin beresin mainannya.” Suka miris sih kalo di jalan pernah tuh denger ibunya marah-marah via telepon bilang anaknya bego gak becus.

    Balas
  7. bagi mendidik anak di rumah sendiri menurut saya lebih mudah, daripada kalau kita masih di rumah mertua. Sebab boleh jadi, ada sistem dan cara mendidik yang berbeda. saya pernah dengar cerita teman saya, yang tinggal di rumah mertua, kalau dari mereka sbg orgtua sudah belajar memperbaiki cara didik, tapi ada sepupu2nya (om-tante bagi anak itu) yg masih suka memberi label dan cara bersikap yang membuat anak kadang bingung mau menuruti yang mana

    Balas
  8. Saya sedang sibuk di tahapan ini Mba Hani. Kondisi si kakak sekarang umurnya sudah 3 tahun 7 bulan. Semakin ketat menerapkan disiplin terhadapnya. Memang harus sabar karena butuh pengulangan setiap hari setiap saat. Namun, jika berhasil, kita orang tua juga yang akan merasakan manfaatnya.

    Balas
  9. Saya belum menikah, tapi tentu artikel ini tetap bermanfaat buat saya. Kalau nanti punya anak, saya perlu untuk membranding anak sepertinya. Apalagi sejauh ini, saya kadang juga kesal pada orang tua yang kalah dengan anak. Hingga anaknya mudah marah dan merengek. Bismillah, semoga nantinya bida menjadi orang tua yang baik.

    Balas
  10. Kelihatannya sepele banget tapi apabila kita abai anak jadi meniru kebiasaan buruk orang tua. Terus berusaha jadi orang tua yang baik, semoga saya bisa…

    Balas
  11. melabeli anak dengan sebutan negatif ini sesuatu yang sangat buruk untuk masa depan anak, terutama dengan kepercayaan diri si anak nantinya.

    Seringkali tanpa sadar, kami, sebagai orang tua kadang emosi dg nada tinggi teriak kepada anak, sedangkan kami sering meminta anak untuk tidak teriak kalau ngomong. Artinya, introspeksi diri kami sebagai orang tua perlu untuk ditingkatkan.

    Balas
  12. tambeng itu apa mbak?

    Saya juga berusaha menghindari kata anak nakal di rumah. Kalau ada teman anak-anak yang kebetulan main ke rumah, terus cerita-cerita soal teman yang lain dan bilang kalau temannya itu nakal, selalu saya ingatkan. Temannya bukan nakal, cuma butuh perhatian

    Balas
  13. Ucapan orang tua juga harus dijaga ya kak,berilah omongan yang sopan dan baik2 sehingga anak dari kecil sudah di branding dengan perlakuan2 baik . Semoga nanti kelak aku jadi orangtua dapat membranding anak dengan baik. Makasih kak share ilmu ini sangat bermanfaat sekali.

    Balas
  14. Setuju banget si, bagaimana pun orangtua harus memberikan support kepada anak nya bukan malah membuat anak merasa minder karena berpikiran kalo orangtua nya aja jelekin dia terus.

    Balas
  15. Anak adalah peniru ulung, ini sih yang menurutku harus bisa disadari. Aku dan doi sejak sekarang udah berniat untuk tidak berargumen di depan anak atau meluapkan kekesalan pada mereka. Mungkin kemarahan kita hanya berlangsung sebentar, tapi dampak yang didapat bagi anak akan terus membesar seiring bertambahnya usia

    Balas
  16. Kita sebagai orangtua harus bisa mengedukasi anak agar bisa lebih baik lagi. Kalaupun anak tsb nakal dan suka membangkang, itu menjadi salah satu faktor kesalahan orang tua juga bisa lingkungan sekitarnya.
    yang terpenting kita sebagai orang tua harus bisa mengingatkan ke anak dengan tutur kata yang baik.

    Balas
  17. sebagai orang tua nanti saya akan selalu memberikan kata pujian, kalau pun sampai harus menghujat anaknya itu salah dan pastinya nanti si anak bakalan menjadi lawan perkataan kita.. mari kita harus intropeksi diri agar si anak menjadi sifat yg memiliki periang dan gembira

    Balas
  18. Iya, saya selalu mencari perilaku buruk apa yang pernah saya lakukan jika anak melakukan sesuatu yang buruk. Buru2 minta maaf agar ia tahu kalau itu salah. Bukan hanya anak minta maaf, ortu juga

    Balas
  19. Hmm, memang begitu pentinggnya pendidikan karakter bagi anak terutama dari orang tua, namun kita harus juga mampu mengajalisis lingkungan apa kah kita boleh membebaskan anak kita untuk bergaul?

    Balas
  20. Orangtua adalah panutan anak-anaknya, maka berikan dan arahkan yang baik mulai dari sikap keseharian agar anak-anak mengikutinya juga dan terus tertanam hingga mereka besar.

    Balas
  21. Harus bener-bener jaga ucapan dan sikap ya sebagai orang tua yang baik. Agar anak tidak ikut-ikutan dan membentuk karakternya.

    Balas
  22. Ping-balik: Belajar Menulis Cerita Anak - blog hani

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status