Banyak perempuan ketika usianya mendekati 40 tahun, mulai dilanda kekhawatiran karena menghadapi angka menanjak kepala empat. Walaupun ada juga perempuan yang menjalani memasuki usia paruh baya tersebut biasa-biasa saja. Krisis paruh baya (midlife crisis) melanda perempuan ini kemungkinan karena mereka menganggap sudah tidak muda lagi dan mengalami penurunan kepercayaan diri. Selain itu bagi perempuan berkeluarga dan mempunyai anak, anak-anak mulai remaja dan mandiri. Sehingga cemas berlebihan pada perempuan usia 40 tahunan bisa jadi karena mereka merasa tidak dibutuhkan lagi. Benarkah?
Penyebab Cemas Berlebihan
Menurut beberapa artikel, pendapat dari psikiater menjelaskan bahwa perempuan usia 40 tahunan mudah terkena depresi. Gejalanya antara lain bangun tengah malam dan dirundung kekhawatiran. Mudah tersinggung, menangis karena hal-hal sepele, dan lain-lain.
Ada beberapa penyebab cemas berlebihan ini, antara lain:
1 – Fisiologis
Perempuan itu ibaratnya kantong hormon. Sejak remaja, dewasa, paruh baya, hingga lansia, hormon merupakan masalah terbesar kesehatan perempuan usia 40 tahunan.
Selama pramenopause dan menopause, perubahan hormon dapat menyebabkan atau berkontribusi pada masalah tersebut. Penurunan kadar estrogen dan progesteron dapat menganggu tidur, membuat suasana hati bimbang, dan menguras energi. Itu sebabnya perempuan 40 tahunan ini mudah lelah. Menopause juga dapat menyebabkan cepat lupa, kecemasan, berat badan bertambah, dan kurang berminat pada hal baru. Usia menopause memang berbeda pada tiap perempuan, tetapi ada kecenderungan melanda di bawah usia 50 tahun dan semakin muda.
2 – Emosional
Beberapa pengalaman emosional mungkin saja melanda perempuan paruh baya ini. Trauma kehilangan anggota keluarga, perceraian, menurunnya kesuburan, dan empty nest syndrome (sindrom sarang kosong). Sindrom sarang kosong adalah rasa tertekan, kesedihan, dan atau duka cita yang dialami oleh orang tua karena anak-anaknya meninggalkan rumah setelah dewasa atau berumah tangga. Hal ini dapat terjadi ketika anak-anaknya pergi karena kuliah atau menikah. Pada tahap ini ada perasaan duka terus menerus yang melanda.
3 – Sosial
Kenyataan tak terelakkan bahwa banyak lapangan pekerjaan di Indonesia membatasi pada faktor usia. Posisi pekerjaan digantikan oleh staf yang lebih muda, ditambah tanda-tanda penuaan mulai muncul. Sehingga secara sosial perempuan paruh baya ini mulai merasa kurang berguna.
Hal-hal yang Bisa Dilakukan Mengurangi Kecemasan
Perempuan usia 40 tahunan mungkin merasa bahwa pria seusia mereka tidak mengalami gejala yang sama. Tidak ada kesetaraan gender antara tugas-tugas di rumah dan pekerjaan di kantor, sehingga menambah kecemasan. Apa saja yang bisa kita lakukan bila berada di posisi mereka?
1 – Bicaralah dengan teman
Baru-baru ini saya bergabung ke dalam grup WhatsApp 40 tahun yang digagas mbak Ani Berta. Sesuai dengan nama grupnya, maka yang bergabung ke grup tersebut adalah perempuan usia 40 tahunan ke atas. Tujuannya dibentuk grup tersebut adalah untuk saling sharing, apa yang harus dilakukan, disiapkan, dihadapi. Apa saja lah. Namanya juga sharing. Ternyata sebuah studi menunjukkan bahwa saling sharing seperti ini dapat meringankan rasa cemas, karena bicara dengan teman dapat melegakan. Bahkan dengan anggota keluarga bahkan suami, mungkin tidak bisa sebebas ini.
2 – Bicaralah dengan dokter
Banyak gejala krisis paruh baya yang tumpang tindih dengan depresi, gangguan kecemasan, dan ketidakseimbangan hormon. Jika kita mengalami kecemasan paruh baya ini, dokter mungkin akan meresepkan terapi penggantian hormon, antidepresan, atau obat anti-kecemasan untuk membantu mengatasi gejala klinis.
3 – Aktivitas kembali ke alam
Studi menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di luar ruangan, bahkan selama beberapa menit sehari, dapat mengangkat suasana hati dan meningkatkan semangat. Duduk di tepi pantai, sumber air di gunung, dan berkegiatan di luar rumah dapat memerangi kesedihan dan kecemasan. Berjemur di pagi hari pun banyak manfaatnya, karena sinar matahari membantu tubuh mengeluarkan hormon serotonin. Hormon yang bisa meningkatkan suasana hati dan memberikan perasaan tenang
4 – Konsumsi makanan sehat
Usia 40 tahunan adalah usia saat kita harus mengurangi keinginan untuk mengonsumsi makanan yang kaya karbohidrat dan lemak. Pola pikir kita harus diubah untuk sering makan sayuran berdaun hijau, buah-buahan, makanan berserat, dan protein tanpa lemak. Diet yang baik akan membuat lebih sehat dan merasa lebih baik. Dapat juga dibantu dengan suplemen, seperti suplemen melatonin dan magnesium bila kesulitan tidur malam, agar bisa lebih tenang.
5 – Tuliskan apa yang telah dicapai
Menulis adalah salah satu terapi paling mudah dan efektif. Tulis saja semua, trauma yang pernah dialami, kisah orang-orang yang kita cintai dan telah pergi, teman-teman, tempat-tempat yang pernah dikunjungi. Menulis review buku-buku yang pernah dibaca pun bagus juga.
6 – Mencoba hal baru
Novelis George Eliot berkata, “Tidak pernah ada kata terlambat untuk menjadi dirimu yang sebenarnya.”
Ikuti kursus online, kursus bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Bisa juga melakukan riset untuk novel, mencoba hobby baru, belajar memasak, fotografi, musik, melukis, dan lain-lain. Lakukan hal-hal tersebut di luar jam kantor atau di akhir minggu untuk mengusir kejenuhan dan sebagai mood booster.
Adakalanya hobby baru atau ketrampilan baru dan ternyata menghasilkan, bahkan menjadi titik balik untuk resign dari tempat kerja yang itu-itu saja.
7 – Mendekatkan diri pada Sang Pencipta
Usia 40 tahun memang istimewa. Di usia ini, manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia benar-benar telah meninggalkan masa mudanya dan melangkah ke masa dewasa yang sebenar-benarnya.
“…Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa: ‘Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir terus sampai kepada anak-cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim’
(QS. Al-Ahqaf:15)
Mendekatkan diri pada sang Pencipta adalah sebaik-baiknya mengurangi rasa kecemasan dan menyisakan rasa pasrah bahwa bertambah usia memang sudah biasa.
Nah, teman-teman, jadi tidak perlu khawatir dan cemas bila usiamu mendekati 40 tahunan, ya. Ikuti saja seperti quote berikut:
Age is just a number
Bandung, 15 Mei 2020
Terima kasih mak sharenya. Bermanfaat banget bagi saya untuk persiapan usia 40. semoga semakin meningkat umur kita, kehidupan makin berkah dan bermanfaat. dan yang paling penting menjadi bahagiaa😊😊
Alhamdulillah saya udh 44 dan justru di usia ini menemukan passion baru dan bertemu komunitas yg sesuai hobi tulis menulis
Terima kasih sharenya mbak hani. MEski saat ini belum mencapai fase itu, tetapi waktu terus berjalan. Akan ada masanya menuju ke sana. Dengan begini kan jadi punya persiapan sejak awal.
Sering-sering berpikir “age is just a number” juga bisa jadi penyemangat diri untuk terus bergerak, berkarya dan ingin mencoba hal yang baru ya, Bun. Saya juga udah memasuki kepala 4, gak ingin ngerasa selalu cemas dengan cara menyibukkan diri menulis, berkebun atau sekedar main ke alam.
Sudah sudah melewati angka 40 Bund. Alhamdulillah, sudah mulai belajar mempersiapkan diri untuk melewatinya. Anak2 yang sudah beranjak remaja, kita ajak diskusi tentang pentingnya saling menyayangi dan menjaga orang tua dan saudaranya, dengan harapan, kelak kita sudah tidak mampu lagi, sang kakak akan memggantikan peran menjaga adik2nya. Memang sudah mulai timbul rasa cemas, terutama masalah kesehatan.
Saya justru mulai rutin senam setelah menjelang 40 th, dan menulis juga saat memasuki usia 40, hehehe. Semoga belum terlambat untuk memulainya dan sehat2 selalu ya Bund.
Makasih mbak Hani, udah beberpa kali baca tulisan seperti ini. Tapi kok ya emosi kadang masih belum mudah dikendalikan. Terima kasih kutipan suratnya yang makin menguatkan untuk lebih mendekat padaNya
Benar juga bunda. Toh, usia hanyalah sebuah angka. Seperti bunda Hani, mba dian yang masih semangat dan produktif menulis. Pun ada juga tetangga saya usia 50 ke atas masih menyibukkan diri mengajar anak-anak di kelas. Semua tergantung bagaimana kitanya aja ya bunda…
Sehat terus ya bunda panutanku..
Akuuu sedang menuju ke sana. Meskipun di satu sisi sebenarnya aku merasa mulai dapat berdamai dengan diri sendiri. Tapi kadang mikir juga ternyata udah 35+, udah gak muda lagi, tapi kok masih gini-gini aja, hehehe. Ya intinya memang penerimaan diri itu penting. Nanti kalau udah 40 aku mau gabung 40+ biar bisa ikutan sharing.
wah usia 40, lumayan horor yaa.. siap2 3 tahun lagi saya masuk kepala 4 nih, semoga dimudahkan dan dilancarkan serta sehat jasmani rohani, makin bisa berbagi lebih banyak pengalaman hidup biar bisa belajar banyak jg dari pengalaman teman2 yg lain.
makasih tipsnya bunda, buat bekal saya beberapa tahun nanti ini. Btw, saya pernah ada saudara yang mengalami kecemasan akut, dia jauh dari ortu dan saudara. Tapi alhamdulillah sudah mulai teratasi dengan cara mirip yang bunda tulis ini, masyaallah ^_^