Teman-teman lanjut lagi kisah perjalanan saya di pulau Penang, Malaysia. Jalan-jalan ini kami lakukan sebelum pandemi menyerang dunia. Jadi, selepas pagi itu menikmati suasana pantai dan pelabuhan di kota tua George Town, kami melanjutkan jalan-jalan pagi ke area Pecinan. Kami ingin menyambangi Peranakan Mansion dan siang harinya lanjut ke Bukit Bendera, sebuah tempat wisata di kawasan perbukitan pulau Penang.

Peranakan Mansion
Peranakan, merupakan komunitas terkemuka yang dikenal juga sebagai Babas dan Nyonyas. Mereka adalah etnis Tionghoa yang melebur, istilahnya akulturasi, dengan budaya Melayu. Istilah Peranakan umum digunakan di sekitar Semenanjung Malaka, yaitu di Penang, Malaysia, dan Singapura. Mereka mengadopsi budaya dari ras Melayu dan juga kolonial Inggris, dan menciptakan gaya hidup dan kebiasaan yang unik. Warisan budaya Peranakan bukan hanya pada bangunan atau style baju, tetapi juga pada kuliner dan bahasa.
Sejarah Peranakan Mansion
Peranakan Mansion adalah rumah khas Baba, saudagar kaya di masanya seabad yang lalu. Peranakan Mansion dulu bernama Hye Kee Chan, artinya Sea Remembrance Hall, dibangun tahun 1890-an. Rumah mewah ini dahulu milik kediaman sekaligus kantor Kapitan Cina bernama Chung Keng Quee. Awalnya Chung Keng Quee adalah anak petani dari provinsi Guan Dong di daratan Cina yang bermigrasi ke Penang, sama halnya dengan ribuan orang lain yang menjadi kuli tambang timah.
Chung Keng Quee terkenal karena beberapa metode penambangan yang menjadikannya pebisnis timah dan pemimpin organisasi rahasia Hai San di abad 19. Pada masa itu sudah biasa terjadi persaingan antar organisasi rahasia, bahkan sering menyebabkan bentrok dan kerusuhan.
Setelah berabad-abad kemudian, pewaris Peranakan Mansion memugar dan mengganti beberapa elemen bangunan yang mulai membusuk dan lapuk.
Rumah bergaya Straits Eclectic, awalnya dicat putih, menggabungkan desain Eropa dan Cina, dipenuhi dengan lebih dari 1.000 barang antik dan barang koleksi. Kalau diperhatikan rumah ini sungguh unik, dan memiliki berbagai aliran arsitektur China.
Mengunjungi Peranakan Mansion
Mengandalkan peta Google dan bantuan pocket wifi Mifi, tak sulit mencari Peranakan Mansion ini. Ada gapura yang dijaga oleh seorang penjaga. Poster sang pemilik rumah dan istrinya terpampang di sebelah pagar. Di balik pagar tampak beberapa bangunan berwarna hijau dan atap bangunan khas arsitektur Cina. Menurut beberapa penjelasan ada beberapa style arsitektur Cina di Peranakan Mansion. Saya tak terlalu ahli tentang arsitektur Cina, mungkin harus banyak mempelajari lagi, style-style yang dimaksud.
Di sebelah kiri, merupakan bangunan utama, beberapa orang ke luar masuk, rupanya Peranakan Mansion baru dibuka. Peranakan Mansion sekarang berfungsi sebagai Museum dengan mempertahankan gaya khas, gaya eklektik (tiruan dan tempelan), menggabungkan panel kayu berukir Cina dan ubin lantai Inggris dan barang besi Skotlandia.
Setelah membayar biaya masuk Museum, kami pun menikmati suasana rumah yang tampak rapi dan asri. Rumah ini dilengkapi dengan inner court (halaman dalam), sehingga bangunan dua lantai ini tetap baik sirkulasi udaranya dan tidak sumpek. Ruang bawah ada ruang makan besar dengan meja panjang lengkap dengan cutleries dan piring-cangkir porselen. Ukiran kayu dimana-mana.


Tampak tangga utama dengan pagar dari besi tempa, keahlian zaman itu, yang mungkin tak ada lagi tukang bisa menirunya sekarang. Tangga utama tidak boleh dilalui, sehingga untuk naik ke atas, kami harus naik dari tangga belakang, dengan terlebih dahulu melepas alas kaki.
Di atas, beberapa kamar dibiarkan dalam kondisi semula, sampai bedak dan kosmetik zaman dahulu pun masih rapi di meja rias. Kamar-kamar tersebut ditata mengelilingi halaman dalam, sehingga kita bisa melihat ruang bawah. Tampak orang mulai berdatangan, dan suasana Museum mulai ramai.


Kami pun turun dan masih menjejah dua bangunan lain yang ada di belakang rumah utama. Isinya merupakan ruang pamer berbagai pernak-pernik yang mencirikan budaya Cina waktu itu. Model kebaya, kalau di Indonesia bernama kebaya Encim. Berbagai taplak-taplak yang disulam indah dengan gaya sulam tusuk silang yang teramat kecil. Mencuri dengar grup sebelah yang disertai guide, menurut penjelasannya, taplak-taplak tersebut merupakan hasil sulaman menantu perempuan untuk sang Ibu Mertua. Kemudian dipamerkan sepatu-sepatu kecil, bukan sepatu anak-anak aslinya. Seperti kita ketahui dulu di Cina, telapak kaki anak perempuan usia 8 atau 9 tahun diremukkan dan diikat, sehingga di usia dewasa mereka akan memiliki kaki yang kecil dan tertekuk. Cantik di masa itu adalah perempuan yang kakinya kecil.


Selepas dari ruang pamer, kami masih lanjut ke bangunan sebelah, yaitu dapur. Peralatan dapur lengkap masa itu ada di sini. Panci-panci, alat masak, cetakan kue, hingga kompor berbentuk tungku masih ada dan dirawat bersih.
Dalam bayangan saya, rumah besar dengan kamar-kamar luas ini mestinya kalau anak-anaknya banyak, bisa main petak-umpet sepuasnya. Ternyata dalam catatan sejarah putra Chung Keng Quee hanya seorang, dan meninggal muda. Dalam perjalanan waktu, Peranakan Mansion diambil alih pengembang, direnovasi, dan didedikasikan untuk untuk budaya Peranakan Penang.
Peranakan Mansion
Alamat: 29, Church Street, 10200 Penang, Malaysia
Jam buka: pukul 09:30 – 17:00 (sekarang tutup sementara karena pandemi)
Tiket masuk: RM 20.00, anak-anak di bawah 6 tahun, free. Untuk rombongan lebih dari 5 orang disediakan tour guide, free.
Kuliner di Penang
Selepas dari Peranakan Mansion, waktu menunjukkan tengah hari, perut sudah mulai berontak. Cek Google Map, ada beberapa restoran. Perlu diketahui, tak mudah mencari makanan halal di Penang ini, terutama kami pas berada di kawasan Pecinan. Percampuran budaya, antara Cina-Melayu-India menciptakan aneka kuliner yang beraneka ragam juga. Ternyata di balik jalan, ada restoran vegetarian menu ala India. Ke sanalah kami melangkahkan kaki.

Restoran ini menyajikan menu prasmanan, kami boleh memilih beberapa menu. Saya dan suami memilih mihun dan lauk-pauknya, gorengan dan tumis sayur. Biasanya kami memilih lauk yang berbeda, supaya bisa saling cicip. Beberapa lauk gorengan yang kami pilih ternyata menipu mata, bentuk cincin yang terlihat lezat, ternyata paria goreng tepung. Tumis sayurnya pun kaya dengan bumbu khas India. Enak aja, sih, kami cocok-cocok saja dengan bumbu India atau Arab.
Kami ditawari pilihan minuman, suami memesan jus mentimun, sedang saya memesan Badam Milk (susu kacang almond) dingin. Ternyata ya…susu almondnya endez, lezat banged. Jauh lebih lezat daripada susu almond yang sering dijual di supermarket.
Tarif makan berdua waktu itu sekitar RM22.10.



Sekarang lanjut ke mana?
Sesuai rencana kami akan ke Penang Hills (Bukit Penang), atau nama lainnya Bukit Bendera.
Ada apa sih di sana, kok, sepertinya amat terkenal.
Sebetulnya ada bus khusus ke sana dan harganya terjangkau. Berhubung kami malas untuk jalan kaki lagi ke halte bus, apalagi matahari mulai terik. Kami pun memesan Grab saja, tarifnya pun tak mahal RM 6.00. Kalau bus kan RM 2.00 per orang.
Bukit Bendera (Penang Hill)
Kesalahan kami waktu itu adalah, kami tak mencari tahu lebih banyak tentang Penang Hill. Mungkin reviewnya standar saja, rata-rata menuliskan Penang Hill menjadi tujuan utama wisata setelah George Town Kota Lama dan sekitarnya.
Sesampainya di Penang Hill, ternyata ramainya tak kira-kira. Orang antri mengular panjangnya bukan kepalang. Mana kami salah antri pula.
Jadi ada dua macam antrian.
Antri membeli tiket seharga RM 30.00 (RM 12.00 untuk warga lokal) yang disertai jam untuk masuk ke antrian berikutnya. Sebetulnya kita bisa membayar lebih bila ingin lebih cepat. Tetapi melihat antrian sedemikian panjang, sepertinya tak banyak menolong mau ikut jalur Fast Track. Di papan pengumuman ada petunjuk no antrian dan jam kapan harus bersiap di antrian menuju lorong untuk naik ke Penang Hill.
Nah, antrian pertama yang beli tiket saja udah mengular. Ditambah menunggu untuk masuk antrian kedua, sekian jam. Antri kedua juga menunggu sekian jam.
Rupanya hari Senin di awal Desember tersebut adalah hari pertama liburan akhir tahun sekolah-sekolah di Penang. Akibatnya pengunjung pembludak. Sebetulnya ada apa saja di Penang Hill sampai bikin penasaran?

Kereta Miring (Penang Hill Railway)

Untuk naik ke puncak Penang Hill, yang sering disebut sebagai Bukit Bendera, setinggi 833 m dpl ini harus naik kereta khusus. Keistimewaan jalur yang dibangun sekitar tahun 1906 hingga 1923 ini, jalur kereta tersebut miring mengikuti kecuraman bukit. Relnya khusus, supaya kereta tidak meluncur kembali ke bawah. Akibatnya bentuk keretanya pun dirancang susunan bangkunya bertingkat-tingkat, seperti tangga.
Perjalanan dari bawah ke atas, hanya 20 menit dong sodara-sodara. Padahal antrinya berjam-jam.
Jadi rasanya gimana gitu…


Pemandangan dari Puncak Penang Hill

Sesampainya di atas, kita bisa melihat keseluruhan George Town dari atas bukit, termasuk jembatan yang menyeberang ke main land (Malaysia). Masih ada aktivitas di pelataran di puncak Penang Hill ini, misalnya digambar oleh ilustrator, berfoto di Gembok Cinta, naik kereta keliling, atau ke view deck supaya bisa melihat pemandangan 3600.
Kami tidak mencoba semuanya, selain harus membayar lagi, waktu juga sudah menunjukkan pukul 16. Kami masih harus antri lagi untuk naik ke kereta untuk turun ke bawah. Astaga…
Selama antri banyak anak-anak balita yang kelelahan digendong oleh orang tua mereka, sebagian tertidur.

Kami mengulang lagi perjalan ke bawah naik kereta. Sesampainya di bawah, segera memesan Grab untuk kembali ke hotel.
Guess what, tahu gitu, kami ke Museum lain saja di George Town.
Pengalaman…
Bandung, 5 Maret 2020

Duuh saya galfok sama lantainya mbak🙈, suka melihat lantai kaya berornamen gitu, bisanya cuma melihat belum bisa membelinya😆
Kalau dengar Penang tuh yang pertama kuingat adalah pusat pengobatan berbiaya terjangkau dengan kualitas bagus. Nah, Bukit Bendara ini apakah salah satu pusat pengobatan itu, Bun?
Baca tulisan ini jadi kepengen juga eksplor daerah ini. Baca soal antrian menuju ke Penang Hill, eh kok ya jadi keingetan ya sama antrian di Dufan? Antrinya bisa sampai lebih dari dua jam, eh naik wahananya cuma 15 menit? Hahaha …
Perjalanan yang menarik. Seger lihat pemandangannya. Apa lagi mengamati arsitektur dan budaya yang berbed dengan kita. Suatu hal yang baru dan bisa menjadi inspirasi.
Saya juga senang kalau berkunjung ke tempat wisata yang menyimpan banyak sejarah, benar-benar bisa terpesona dengan kehidupan zaman dulu. Keren uslasannya Bunda, semoga suatu saat nanti bisa berkunjung ke sana.
Arsitekturnya bagus yaa dan terawat sekali seperti’y tempat’y. Gatau kenapa saya jd teringat Istana Maimun di Medan waktu lihat foto bagian dalamnya. Hehe. Seru bisa jalan2 mengunjungi tempat wisata budaya seperti itu..
Nah…pengen nih ke Medan. Belum jelajah Sumatera nih kami. Nanti deh tunggu tiket pesawat turun harga…
Sepertinya saya pernah lihat lokasi Peranakan Mansion di salah satu acara reality TV tentang fotografi, dia jadi lokasinya. Menarik ya, sampai saya ingat karena dekornya agak otentik. Seru mba sharingnya, jadi tahu sedikit tentang Peranakan
wah aku baru tau seni tapestry, menyulam untuk Ibu mertua ya. itu kereta curamnya baru ya sampe antri berjam-jam gitu. jadi Mbak Hani antri dua kali ya? krn untuk pulangnya hanya bs naik kereta jg gabisa naik grab?
tp emg anak2 pasti demen naik kereta miring begituu
Iya antri 2X. Untuk turun ke bawah dari bukit yaa cuma ada kereta miring itu. Baru deh naik grab ke hotel. Lelah duh…
Wah,melihat pemandangan seperti ini jadi pengen jalan2. Tapi jangankan di situasi wabah seperti ini, sedang tidak wabah pun sulit menemukan waktu buat traveling. Ih pengen nyobain kereta nya juga looh, mudahan satu saat yaa, bisa. Amiinn
Asik dan seru banget perjalanannya di Penang ya mb hani. Berkesan banget. Saya paling tertarik dengan wisata kulinernya, terutama minuman almondnya bikin penasaran saya suka banget. Pemandangannya juga indah banget yaa. Semoga pas ke Penang bisa wisata ke sana juga.
wahhh… cantik bgt bu pemandangan dr penang hill. smoga pendemi corona lekas berakhir biar bs traveling lg
Seru sekali menyimak cerita jalan-jalan Bunda Hani. Ikut terkesan lihat-lihat foto-foto rumah peranakan masion. Otentik sekali dari bangunan, ukiran hingga perabotannya.
Bagus banget… Keliatab antik, khas jamannya. Kalo mau ke situ, harus pas nggak masa liburan mungkin ya, biar ga terlalu rame dan gak antri lama 😂
Bagus sekali penang hill ya bu..
Lihat ini jadi pengen jalan jalan. Smg covid cpt berlalu
Pare gorengnya mirip donat ya mom l.. kalo yg digulung itu kaya makanan kita itu ya? darlung pandan hehe
Pengen nyobain Penang Hill, mbak. Rasanya memori ke Malaysia beberapa tahun lalu, kembali lagi.. Makasi ya mbak.. Udah mengingatkan saya, masa-masa indah waktu belum ada si bayi itu, hehe.
Jadi kangen wisata kuliner di Penang!