Pengalaman Menggunakan Aplikasi Halodoc Saat Pandemi

hani

halodoc

Beberapa bulan yang lalu kalau tak salah ada lomba blog tentang aplikasi kesehatan. Saya lupa tepatnya, tetapi saat blogwalking di blog teman, saya sertakan komen bahwa berjanji akan unduh aplikasi kesehatan tersebut. Waktu berlalu, pandemi menyerang, lalu saya memang harus unduh aplikasi Halodoc. Sangat membantu di saat pandemi, sehingga tetap bisa konsultasi ke dokter.

Batuk

Ceritanya, seminggu sebelum marak beberapa kota ada peraturan bekerja dari rumah, saya batuk. Biasanya kalau batuk dan tak ada demam, saya berani hanya minum rebusan daun sirih dan daun saga saja. Paling banter, saya minum obat batuk hitam herbal dan mengunyah kencur.

Hari gini ya, siapa yang berani berlama-lama mengandalkan tubuh sendiri berjuang melawan penyakit kan. Tak ingin batuk semakin parah, saya cepat-cepat ke klinik Kimia Farma-Buah Batu. Saya datang Senin pagi, oleh suami dipesan mungkin bisa memakai kartu kesehatan yang dijamin oleh kantor suami. Ternyata kalau pagi, saya harusnya ke klinik perusahaan, di klinik Kimia Farma dilayani hanya sore hari. Kalau pun saya tetap berobat, saya didaftar sebagai pasien umum.

Oke. Saya memutuskan pagi itu juga berobat. Saya pikir sakitnya sekarang. Kalau sore, Bandung sering hujan. Apalagi di rumah ada balita.

Berobat

Pagi itu pasien tak banyak, saya hanya menunggu sebentar, langsung menemui ibu dokter. Setelah diperiksa, tekanan darah normal, cek tenggorokan. Ada radang. Ditanya batuk saya kering atau berdahak. Saya jawab, ngikil (bahasa Jawa). Maksudnya batuk kecil tapi sering, tak ada dahak. Saya diresepkan 3 macam obat, antibiotik, anti radang, dan sirup obat batuk. Setelah membayar dokter, saya melangkah ke apotik di ruang sebelah.

Biasanya nih, saya punya SOP sendiri perkara menebus resep obat. Saya cek dulu nama-nama obat, efek samping, harga, dan obat generik atau paten. Kalau ada generiknya, saya akan menawar, supaya resep diganti generik. Kalau berupa suplemen, saya menunda untuk menebusnya. Seringnya saya hanya menebus obat utamanya saja. Kalau ada antibiotik, saya hanya menebus antibiotik, yang lain tidak.

Menebus Resep

Ketika saya antri menebus resep, sudah saya niatkan di era pandemi ini, akan menebus semuanya dan tidak menawar. Kali ini, saya sok kaya. Saya tebus semuanya tanpa ba-bi-bu. Walaupun saya terkejut sangat dengan tagihannya. Komponen termahal adalah obat paten untuk antibiotik. Setara dengan harga tiket kereta-api Bandung-Surabaya.

Saya pun minum dengan teratur obat-obat tersebut. Bersamaan pula dengan keluarnya edaran kami sekeluarga harus bekerja dari rumah. Saya harus mengajar kelas online. Menyiapkan materi kuliah, ngeblog, buka media sosial. Mengurus rumah tangga berdua suami, leyeh-leyeh di sofa menonton film di provider yang open channel, dan main piano.

Ternyata obat habis, saya belum sembuh. Batuk kering meningkat menjadi batuk berdahak. Suami pun risau. Dia pun sedang batuk. Dia usul bagaimana kalau membeli antibiotik lagi atau ke dokter lagi. Tapi kan mana berani ke luar rumah? Kebayang saya antri di ruang praktek bersama pasien lain, sudah parno duluan…

Cling, lalu saya teringat aplikasi Halodoc itu.

Langkah Menggunakan Aplikasi Halodoc

Seperti biasanya kita unduh terlebih dahulu aplikasi Halodoc. Saya baru tahu ternyata memang keren aplikasi ini. Ini content writernya siapa ya? Terus ahli UX-nya siapa ya?

Userfriendly banget.

Saya mencoba membeli obat mandiri, membeli lagi obat antibiotik yang saya minum sebelumnya. Niat saya digagalkan oleh aplikasi. Ya kaliik antibiotik harus pakai resep, ya tidak bisa saya beli seenaknya. Atau saya harus mengunggah resep.

aplikasi halodoc
langkah konsultasi di Halodoc
aplikasi halodoc
langkah konsultasi di Halodoc hingga menebus resep

Begini langkah-langkahnya:

  • Buka aplikasi Halodoc
  • Pilih Chat dengan Dokter
  • Pilih dokter: dokter umum, dokter spesialis
  • Bila telah memilih dokter, kita diminta membayar biaya konsultasi melalui GoPay. Dokter Umum dan Dokter Spesialis berbeda ya biayanya.
  • Setelah pembayaran Oke, akan terbuka chatting. Silakan sampaikan keluhan dan berkonsultasi
  • Dokter akan memberikan diagnosanya, memberi resep, dan saran kesehatan lainnya
  • Ada baiknya memberikan data obat-obatan yang pernah dikonsumsi sebelumnya. Supaya diagnosa lebih terarah
  • Setelah konsultasi dokter akan memberi jadwal untuk konsultasi ulang bila diperlukan
  • Setelah selesai konsultasi, kita bisa memilih obat yang diresepkan, apakah akan ditebus semua atau sebagian
  • Membayar dengan GoPay biaya obatnya
  • Menunggu obat dikirim dengan GoJek

Nah, teman-teman begitulah pengalaman menggunakan Halodoc. Alhamdulillah, setelah konsultasi di Halodoc, batuk saya berkurang. Dokter meresepkan sirup obat batuk dan anti alergi. Hawa dingin Bandung dan sering hujan rupanya membuat saya alergi. Selain minum obat dokter saya pun rajin jalan keliling kompleks dan berjemur tiap pagi.

Adakah pengalaman teman-teman menggunakan aplikasi kesehatan juga? Boleh share review Halodoc di kolom komen. Semoga sehat terus ya dan semoga pandemi virus segera berlalu. Amin…

Bandung, 3 April 2020

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

Tags

11 pemikiran pada “Pengalaman Menggunakan Aplikasi Halodoc Saat Pandemi”

  1. saya belum pernah coba aplikasi ini, cuma kalau buat situasi pademic memang perlu apapun lewat online untuk pengiriman ya.

    Balas
    • Iya membantu banget Koh. Asal jelas chat pada saat konsultasinya, diagnosanya Oke aja kok. Walaupun kita diminta ke dokter juga sih bila belum sembuh. Alhamdulillah cocok, sembuh…

      Balas
  2. Wah, sangat membantu sekali yaa ada aplikasi semacam ini. Sangat memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. Saya belum pernah mencoba sih, krn selama ini masih memakai alur berobat pakai BPJS. Tapi sy mendukung adanya aplikasi semacam ini yg sangat membantu.

    Balas
  3. sejak Halodoc ada saya sudah punya aplikasinya. Yang paling sering beli obat untuk nebulizer kalau anak-anak kambuh asmanya. Karena kalau nyetok banyak takut ga kepake dan ga bagus lagi, jadi belinya mendadak aja secukupnya. Jam 10 malam pun diantar oleh ojol kalau beli di Halodoc.
    Selain itu suami paling suka beli vitamin terus dikirm ke kantor..ribet kalau mampir apotik katanya hihi . Memang praktis Halodoc ini

    Balas
    • Iya…aku baru tahu ini. Pandemi beres, kayaknya aku msh nih kalo perlu obat, ke Halodoc aja. Praktis dan lebih murah…hehe…

      Balas
  4. Aku juga punya aplikasinya bunda, alhamdulilah urusan tanya soal kesehatan dan beli obat jadi semakin mudah. Ga perlu kemana-mana, dari rumah aja lebih aman

    Balas
  5. Wah saya jadi terpikir untuk berkonsultasi juga dengan dokter melalui aplikasi ini. Tapi pembayaranbya hanya pakai gopay ya? Trus sesi konsultasinya dibatasi kah?

    Balas
  6. Saya belum punya aplikasinya Mbak, tapi sepertinya sangat membantu sekali ya untuk cek kesehatan. Apalagi dimasa pandemi, jadi harus mikir 2x kalau mau berobat ke rumah sakit. Semoga sehat2 selalu ya Mbak.

    Balas
  7. Pertama menggunakan Halodoc di bulan Des 2020 untuk booking tes swab antigen. Praktis dan mudah, payment via GoPay hanya dalam waktu beberapa menit sudah terkonfirmasi jadwal dan sempat ubah jadwal juga tanpa kendala.

    Namun kedua kalinya, di 6 Januari 2021, saya booking lagi untuk tes swab antigen di tempat yang berbeda (kali ini di Kimia Farma). Setelah 2 jam menunggu tidak kunjung ada konfirmasi, dan saya ubah jadwal untuk besoknya. Lebih dari 12 jam tidak ada konfirmasi, chat dan email tidak dibalas. Sampai sekarang masih menunggu follow-up dari Halodoc. Kecewa karena tidak ada respon yang cepat untuk solusi permasalahan.

    Balas

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status