“Enak ya, anak-anak udah mentas. Bisa dong ngasih-ngasih”, demikian ujar seorang teman kepada teman lain.
Pada kesempatan lain, salah seorang dosen suami yang telah pensiun dengan nada gusar berkata:”Pantes Aa engga pernah kirim-kirim lagi, rupanya bikin rumah”.
Dua orang yang berbeda tetapi mempunyai nada yang sama, anak ketika sudah dewasa dan sudah ‘mentas’, harus ‘mengirimi’ orang tuanya.
Mentas dalam pengertian orang Jawa adalah sudah lepas dari orang tua. Bisa sudah lulus, sudah menikah atau sudah bekerja dan mampu.
Sedangkan ‘mengirimi’ tentu saja kaitannya kewajiban tak tertulis, bahwa anak harus mengirim sejumlah dana ke orang tuanya.
Di masyarakat kita ada semacam tuntutan bahwa anak harus membalas jasa orang tua dengan menanggung biaya hidup orang tua.
Apalagi orang tua yang sudah tidak bekerja lagi, sudah pensiun, atau bisa jadi memang diminta oleh anak untuk istirahat dan menikmati hidup di hari tua.
Saya yang mendengar kalimat-kalimat tadi ada semacam perasaan tidak tega ke anak-anak yang dikala harus menata hidupnya sendiri tetapi kok dituntut menanggung hidup orang tua. Memang sih tidak salah, wong namanya orang tua sendiri.
Dalam benak saya, kapan si anak akan berkembang kalau belum apa-apa sudah ‘kebebanan’.
Di satu sisi, kepikiran juga ya, takut bernasib seperti seorang Ibu yang dititipkan ke rumah lansia, karena putra-putrinya tidak ada biaya dan tempat untuk merawat sang Ibu.
Bonus Demografi dan Rentang Usia Produktif
Indonesia di tahun 2045 digadang-gadang akan memasuki Masa Indonesia Emas, yaitu bukan lagi negara berkembang. Menuju tahun emas tersebut Indonesia akan mengalami bonus demografi, yaitu keadaan jumlah masyarakat dengan usia produktif atau usia angkatan kerja lebih tinggi daripa usia nonproduktif. Bersamaan dengan itu menilik populasi Indonesia yang sekarang sudah mencapai lebih 270 juta jiwa, 70.72% adalah usia produktif, sedangkan 29.28% adalah usia nonproduktif (data tahun 2020).
Usia produktif, adalah rentang usia 15-64 tahun.
Nah, kan saya lalu berhitung nih. Saya dulu mempunyai anak di usia 26 dan 30 tahun, maka ketika anak-anak lulus kuliah di usia 24 tahun, saya umur 54 tahun.
Dalam periode yang sama, saya dan anak-anak sama-sama merupakan golongan masyarakat usia produktif. Berarti masih punya waktu untuk produktif, hingga dianggap negara tergolong masyarakat tidak produktif.
Lalu saya berandai-andai lagi. Eyang Putri saya wafat di usia 84 tahun, Mama wafat di usia 88 tahun, Ayah wafat usia 76 tahun. Kakek dari pihak Mama, wafat usia 81 tahun.
Walaupun umur adalah rahasia Allah swt, menurut penelitian, harapan hidup rakyat Indonesia semakin meningkat. Itu artinya populasi lansia akan meningkat, di tahun 2025 saja diprediksi 11.8 % atau sekitar 33juta-an penduduk.
Sepertinya masih jauh ya. Tetapi menua itu pasti. Sudah siap apa nih untuk hari tua, selain amal-amalan dan sehat tentu saja.
Apakah saya akan menggantungkan hidup ke anak, seperti mindset kebanyakan orang-orang?
Bisa tidak ya…walaupun sebagai senior citizen saya tetap mandiri, masih punya penghasilan sendiri gitu. Boleh saja kan, walaupun dianggap golongan masyarakat nonproduktif, tetapi tetap produktif. Keren, menurut saya, mah…
Menemukan Passion Melalui Menulis Buku dan Ngeblog
Kira-kira tahun 2013 karena jenuh dengan pekerjaan yang sudah digeluti sekian lama, saya mulai memikirkan untuk mempelajari hal-hal baru.
Saya menemukan passion dalam tulis menulis.
Setelah mengikuti pelatihan menulis buku di sebuah komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) saya berhasil menerbitkan buku solo dalam waktu empat bulan. Dalam perjalanan waktu, saya pun membuat blog untuk mempromosikan buku-buku yang saya tulis. Itulah blog TLD saya lahir dengan nama haniwidiatmoko, sesuai dengan nama pena. Beberapa buku lain kemudian terbit lebih ke arah buku nonfiksi.
Waktu itu saya belum menemukan komunitas ngeblog yang pas, sehingga belajar ngeblog sendiri dari buku-buku dan banyak salah. Banyak istilah baru dalam perblogan bila saya ingin memonetize blog. Walaupun sebelumnya saya sudah punya beberapa blog, tetapi masih berupa blog gratisan, dan secara umum masih berupa diary virtual.
Pertama kali mendapatkan honor dari ngeblog sebesar tigaratus ribu dari hasil tulisan yang dimuat di blog merupakan pengalaman tak terlupakan.
Namanya juga mendapat honor, maka hal tersebut menjadi penyemangat dalam menulis.
Ternyata saya semakin asyik ngeblog, sehingga membuat lagi dua blog baru dengan niche berbeda. Walaupun demikian sampai sekarang saya masih sesekali menulis buku, antologi, atau bunga rampai.
Masih ada keinginan menambah skill dalam menulis buku, terutama buku nonfiksi. Sehingga mengikuti sertifikasi penulis buku nonfiksi. Ketentuan baru sekarang, penerbit hanya mau bekerja sama dengan penulis buku nonfiksi yang sudah punya sertifikat penulis buku nonfiksi.
Di antara teman-teman sebaya atau teman sejawat di tempat kerja, masih sedikit yang punya hobi menulis dan aktif ngeblog. Sepertinya teman-teman saya juga tidak tahu, kalau ngeblog bisa dapat cuan.
Menyiapkan Side Hustle Untuk Masa Depan
Istilah side hustle bagi saya merupakan istilah baru. Sebelumnya lebih sering dengar istilah side job, sih.
Perbedaannya bila side job, kita masih punya atasan seperti halnya pekerjaan utama. Misalnya sebagai pengajar di perguruan tinggi, saya juga pernah punya side job sebagai instruktur piano klasik untuk anak di sebuah kursus musik. Jadi punya atasan pemilik kursus.
Sedangkan side hustle, merupakan pekerjaan sampingan juga, tetapi memberi kebebasan untuk memutuskan seberapa banyak kita ingin bekerja dan menghasilkan.
Berbekal bahwa kelak tidak ingin merepotkan anak-anak dengan harus menanggung masa tua saya. Ada keinginan saya tetap mempunyai penghasilan sendiri, walaupun sudah pensiun kelak.
Sejak dua tahun ini karena adanya pandemi, selain harus mengajar secara online, maka waktu di luar itu, bisa dipakai untuk update blog. Saya pun mendaftarkan blog-blog saya ke beberapa marketplace backlink dan sesekali mendapat pesanan menulis artikel.
Berkat mencantumkan email dan no WA di blog, ada juga yang menawarkan kerjasama untuk sponsor post atau content placement. Adanya jaringan internet memudahkan saya tetap bisa aktif dan berkarya dari rumah.
Nah, akhir-akhir ini di antara teman-teman blogger, beberapa di antaranya mulai mempunyai blog lebih dari satu juga. Istilahnya ternak blog. Yakali, bukan domba saya yang bisa diternak.
Menarik nih, saya mulai mempertimbangkan menyiapkan side hustle untuk masa depan yaitu ternak blog.
Apa saja nih yang perlu saya siapkan untuk mulai ternak blog?
Membuat Blog
Namanya juga mau ternak blog. Tentu saja membuat blog. Jangan lupa, lebih disarankan blog top level domain (TLD). Itu lho yang akhirannya .com, .id, .net, .my.id, .xyz, dan lain-lain.
Sampai hari ini saya baru punya tiga blog, yaitu haniwidiatmoko.com, garis.my.id, dan brguna.xyz.
Maklum saya belum punya ilmunya, kalau ditanya kenapa domainnya beda-beda. Maksudnya, kenapa kok tidak semua .com. Saya masih harus belajar mencari nama yang eyecatching dan menarik.
Malah beberapa teman membeli domain-domain kadaluarsa yang diaktifkan kembali. Istilahnya expired domain. Untuk ini saya masih harus tanya-tanya nih, belinya di mana?…
Mencari Hosting
Berhubung saya suka belajar hal-hal baru, maka saya tidak fanatik hanya pada satu platform saja. Platform yang populer Blogger maupun WordPress, saya coba saja dua-duanya.
Untuk platform WordPress tentu saja harus berlangganan hosting bersahabat bagi saya yang agak gaptek seperti halnya Sahabat Hosting.
Pastinya saya akan mencari hosting murah yang:
Pelayanannya ramah dan ada Customer Support 24/7
Perlindungan keamanan website, anti spam, dan anti hacker
Jaminan 30 hari uang kembali bila konsumen tidak puas dengan layanan provider
Layanan desain web, conten writer, dan pengerjaan cepat
Membangun usaha melalui internet bagi saya merupakan langkah yang paling cocok, dibanding membuka usaha yang padat modal dan harus menyiapkan sarana-prasarana fisik.
Membangun usaha padat modal, minimal saya harus membangun atau sewa tempat yang biayanya tidak murah. Kemudian memprodusi dan memasarkan.
Nah, sangat berbeda bila membangun usaha melalui internet dengan membuat website atau blog. Di zaman serba digital sekarang ini peluang melalui internet dan online sangat besar.
Di SAHABAT HOSTING ada beberapa pilihan layanan, yaitu:
- Cloud Hosting: Hosting dengan SSD berperforma tinggi dalam infrastuktur cloud
- WordPress Hosting: mengoptimalkan performa website kita dengan WordPress hosting
- Domain Register: ratusan pilihan domain yang bisa dipilih mulai dari Rp 10.000,- saja
- Web Design: layanan website desain profesional dengan harga terjangkau
Lengkap banget yah layanan Sahabat Hosting nih. Apalagi data centernya yang berada di Dallas, London, dan Singapore menjamin kecepatan dan keamanan data konsumen.
Bergabung Dengan Komunitas
Bergabung dengan komunitas ngeblog tuh membantu banget. Selalu ada ilmu yang dishare oleh sesama teman. Bisa dari obrolan, menjawab pertanyaan yang dilempar ke forum, atau memang ada sesi sharing dari sesama anggota grup.
Saya memang agak terlambat bergabung ke komunitas ngeblog. Walaupun blog sudah aktif sejak 2014, tetapi bisa lumayan menghasilkan baru sejak tahun 2020.
Tuh, lamanya kalau belajar sendiri.
Menariknya lagi bila bergabung dengan komunitas, seolah tidak ada sekat tua-muda, nubi-juara lomba. Semua saling berbagi.
Komunitas blog ada beberapa macam, ada yang khusus membahas SEO, adsense, just blogwalking, atau pertemanan. Ada pula yang membuka kelas blogging, ada yang free ada pula yang berbayar
Menyiapkan Tim Penulis
Misalnya nanti blog saya lebih dari 5, waduh seperti balon saja. Balonku ada lima. Sepertinya tidak mungkin saya sendirian yang menulis artikelnya.
Sebelum menulis, dianjurkan mencari dulu keywords atau kata kunci yang sedang tren di masyarakat. Akan lebih solid sepertinya kalau saya punya tim atau menghire penulis konten. Saya membayangkan memilih penulis yang tulisannya berkualitas merupakan tantangan baru nantinya.
Masih banyak yang harus saya pelajari untuk sampai mengelola banyak blog ini menjadi semacam perusahaan.
Membuat Rencana Anggaran
Saya belajar dari seorang penulis yang juga blogger, bahwa blogger harus membuat juga rencana anggaran. Harus dicatat dengan benar uang yang masuk dari artikel-artikel, apakah artikel sponsor yang ditulis sendiri, atau artikel content placement yang saya tinggal publish.
Dari pendapatan yang masuk, harus disisihkan untuk memperpanjang hosting, domain, upgrade theme, upgrade blogging, dan biaya-biaya lainnya.
Terus terang, saya baru rajin mencatat mulai tahun 2020, total penghasilan bersih ‘baru’ 12 jutaan. Sedangkan di tahun 2021, meningkat menjadi 20 jutaan. Memang ya, ini penghasilan satu tahun, belum penghasilan per bulan. Mudah-mudahan, tahun 2022 meningkat, bisa penghasilan per bulan ya…
Sedekah Ilmu
Seorang teman penulis curhat di Facebooknya, bahwa dia dicemooh orang lain, ngapain capek-capek kerja menulis buku ajar. Usia segini (maksudnya sudah paruh baya seperti saya), main saja sama cucu, menikmati hidup.
Orang yang komen itu tidak tahu sih, bahwa menulis itu justru nikmat banget. Kan kata para ahli juga, menulis itu bisa mencegah pikun, lho… Menulis buku, blog, adalah sharing, bersedekah ilmu.
Berkat komunitas dan pertemanan, saya diminta berkolaborasi dengan teman bloger lain untuk sharing pelatihan tips menulis artikel review. Nantinya peserta pelatihan diminta untuk mereview UMKM atau produk-produk teman sendiri.
Ada rasa bersyukur, lega, bahwa bisa berkarya melalui tulisan, bahkan sharing tentang blogging. Hal-hal seperti ini memberikan kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan materi. Ya syukurnya nambah kalau ada imbalan, kan malah bisa bersedekah fisik.
Penutup
Berselancar di dunia maya sudah menjadi bagian dari perilaku saya sehari-hari. Seringkali harus mencari data untuk menulis artikel yang kejar tayang, atau mencari key word yang sedang tren.
Mendalami ngeblog dengan segala printilannya merupakan tantangan menarik untuk selalu update hal-hal baru. Saya pun bisa berpenghasilan dari internet dengan mudah di tengah pandemi.
Dalam beberapa tahun ke depan, saya akan menyusul teman-teman yang satu demi satu sudah pensiun. Sebelum mereka pensiun, bila saya tanya ke teman-teman tersebut, apa yang mereka siapkan menjelang pensiun. Rata-rata menjawab, no idea, tidak tahu mau ngapain, dan mungkin satu-satunya harapan, menggantungkan hidup ke anak.
Ada juga sih, teman yang bermodal kuat, akan membuka usaha, minimarket atau cafe. Tapi itu pun biasanya sudah dirintis jauh hari sebelumnya.
InsyaAllah, langkah saya sudah tetap, masih semangat menulis, memperbanyak blog dan mengelolanya supaya bisa menghasilkan. Nah, hasilnya untuk jalan-jalan menikmati masa pensiun, lalu hasil jalan-jalan saya tuliskan dalam blog berniche travel.
Mantap kan…
Semoga semesta mendukung dan doakan sehat yah teman-teman…
Teman-teman side hustle apa nih yang sudah kalian siapkan untuk menambah penghasilan? Jangan ragu bergabung bersama Sahabat Hosting sesuai dengan tema tahun ini ‘2gether We Grow, Embracing the Distance‘. Pas banget di era serba kolaborasi sekarang ini.
Wah sama nih mbak. 😁 saya juga mulai mempersiapkan pensiun dini dengan ternak blog. Pinginnya sih pensiun sebelum usia 60. (Etapi suami pinginnya ternak kambing)
Saya juga sedang menyiapkan side hustle nih. Untuk persiapan masa depan yang lebih cerah. Bismillah. Ternyata menulis selain bisa untuk mencurahkan gundah juga menjadi sumber rejeki yang menyenangkan.
Benar nih, Bund. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu. Kalo versi saya: mulai saja dulu, terus belajar, dan sempurnakan kemudian. Maka, saya bersyukur kenal dengan dunia blogging ketika anak masih batita. Rempong, gapp. Tidak nunggu anak saya gede dulu tapi sudah mulai melangkah dari sekarang. Yes, side hustle; blogging dan menulis novel kalau versi saya. Insyaallah, berusaha tetap produktif 🙂
Keren banget tulisannya kk. Sangat menginspirasi. Saya yg nyubi ini jadi makin banyak belajar. Trims
Setuju, Bun, saya juga gak mau anak-anak menjadi sandwich generation. Biarlah mereka mengurusi kehidupannya sendiri dan menikmati hasil jerih payahnya. Maka dari itu saya lebih memilih side hustle di bidang kepenulisan. Menulis di blog dan buku non fiksi. Mudah-mudahan bisa menambah penghasilan terus dan bisa buat jalan-jalan ya, Bun … Aamiin.
Terima kasih banyak bunda Hani atas motivasinya melalui tulisan ini. Ada banyak ilmu saya dapatkan. Saya pengen pelan-pelan terus belajar jadi blogger profesional dari para senior. salah satunya, bunda Hani. Salam hormat🙏
Terima kasih mb Ribka. Tulisan mb Ribka juga memotivasi, terutama tentang self love dan rasa syukur.
setuju banget bahwa pensiun harus dipikirkan sejak saat ini, dan jalan penulis itu luas salah satunya ngeblog atau nulis buku. Aku salut sama yang punya banyak blog dan rajin ngisi konten, padahal aku satu aja udah puyeng hehe. Dunia digital luas, maka yang bisa memanfaatkan insyaAllah peluang rezekinya makin mantap. Semoga masa tua kita selalu sehat, dan kuat financialnya biar nggak merepotkan anak-anak. Biarlah anak-anak pergi dengan impiannya tanpa terbebani dengan “balas budi” karena menafkahi anak adalah memang kewajiban orangtua. Terimakasih tulisannya yang mengispirasi ini mba Hani.
So sweet Mbak Hani, tidak mau membebani anak2nya dan membuat mereka jadi sandwich generation. Semoga sukses terus ngeblognya ya.
Amiiin…Kangen kopdar ke Malang lagi nih. Pandemi jadi engga kemana-mana deh
Semangat Kak Hani, semoga aja Ipeh juga masuk dalam bagian lansia yang masih eksis di masa-masa anak masuk usia produktif. Aku juga kepengen ikut aktif ngeblog kak, biar nanti tetap semangat nulis meskipun udah pensiun
Betuul Mba. Nulis itu nggak terbatas umur dan ilmunya ngalir terus. Semangaat Mba, semoga planningnya lancar dan berhasill
Saya pengen juga sih menerbitkan buku. Kemarin diajakin collab gak mau. Agak nyesel sih. Moga di kesempatan berikutnya bisa. Amin
Suka sama judul nya.. bener banget.. siapapun, kapanpun, dan bagaimana pun semua berhak untuk memulai usaha lewat internet.. termasuk aku.. setelah resign dunia pendidikan, fokus dirumah momong anak, eh ternyata hapi jadi kantor utama
Sekarang eranya digital, jadi saya juga memutuskan untuk mulai ternak blog, walau belum terlalu banyak. Kalo nggak sekarang, kapan lagi kaaan. Banyak usaha dimulai dari internet. Betul banget. Eranya teknologi canggih, kita juga kudu beradaptasi. BTW, saya jadi tau perbedaan side job dan side hustle…..
Saya doakan bloklgnya lebih dari 5 Bu hehehe ayo ternak blog. Keren nih menulis buku dalam untuk 4 bulan aja. Benar-benar produktif . sekarang pun masih usia produktif. Selamat anaknya sudah mentas ya Bu bagi orang Jawa saya paham betul dengan istilah mentas ini. Hehehe. .
Terima kasih doanya. Jadi semangat deh ternak…haha…
MasyaAllah bunda hani ini luar biasa inspirasinya ya. tiada kata terlambat utuk memulai ya bun. suami saya yg dunianya usaha juga bilang, banyak seniornya yang usia pensiun bukan mikirin nanti pensiun mau ngapain tapi apalagi yang bisa dikerjakan untuk semakin produktif. dan internet itu nyata sekali ya untuk membangun usaha
Keren nih dengan para senior citizen yang jalani saja hidup, tetap produktif. Ga ada istilah power syndrome. Sip…
Meskipun sekarang usia terbilang muda, tetapi penting untuk mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang dilakukan saat sudah terbilang tidak produktif lagi ya. Kalau di sini rata-rata pensiun kemudian bangun usaha seperti jualan atau buka fotokopi di rumah. Tapi tentunya bukan mereka saja yang melakukan usaha tersebut, tetap ada bantuan dari pihak keluarga.
sy juga seperti itu mbak Hani, memilih untuk menulis karena ingin meninggalkan jejak dan tetap produktif walaupun sudah pensiun. akhir tahun lalu mulai serius belajar ngblog. Masih banyak PR yang harus dipelajari secara sy masih baru di dunia blog ini
Senang deh kalau udah ketemu sama passion yaa Mba Hani,, nulis buku, nulis artikel blog, menghandle blog lebih dari satu, rasanya bisa udah cukup deh buat persiapan pensiun ya,, setuju ama Mba Hani,, sebisa mgkin kita ga ngerepotin anak2 lg ya di masa depan
Wuiiih kereeen nih mbak. Setuju banget mbak dengan idenya. Jalan-jalan post blog, post sosmed, makan, nginap semua bisa dijadikan konten yang insyallah akan mencukupi biaya pensiun ya mbak. Keren nih mbak …
Wah keren nih udah punya rencana ternak blog. Saya baru punya beberapa blog, tapi gak keurus. Mungkin karena kurang konsisten nulisnya juga sih.
Wah nernak blog buat hari tua ya. Mau juga dong. Makanya sekarang lagi belajar nih. Semoga kesampaian ya mbak. Aaamin
Saya sedang mencoba ternak blog nih Mbak. Agak keteterann karena menulis sendiri. Kayaknya memang enak kalau punya tim sendiri. Kalau lihat penghasilannya, masih lebih dari cukup.
membngun blog di era saat ini susah si, krna harus bersaing dg media besar. Masalahnya keyword bnyak yg diambil, walaupun isi artikelnya kadang gak jelas masuk pageone :v