Pagi itu seorang teman sekelas zaman SMA IV Jakarta share gambar sebuah tabel yang bikin saya tersenyum. Kemudian tabel tersebut saya share lagi ke teman seangkatan sejurusan zaman kuliah. Dan share lagi ke grup sahabat sesama dosen yang anggotanya cuma berlima, eh…sekarang malah tinggal empat, karena Bu Dwinik salah seorang teman sudah wafat.
Pagi itu bertepatan dengan tanggal 29 Mei yang setiap tahun di Indonesia diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Dan…saya baru tahu dong, ada peringatan HLUN yang ternyata sudah dicanangkan sejak tahun 1996. Tema tahun ini adalah “Lansia Terawat Indonesia Bermartabat”.
Menjadi Lansia Sebuah Keniscayaan
Waktu itu ketika menjaga anak yang sakit di RS Muhammadiyah Bandung, di dinding kamar rawat inap tertera stiker kecil bertuliskan:
Bener juga ya, sejak zaman Rasulullah SAW sudah ada penjelasan bahwa kita harus percaya semua penyakit ada obatnya. Kecuali TUA.
Karena waktu itu saya masih MUDA, jadi fokus saya cuma memikirkan anak saya supaya sembuh. Rasanya si TUA itu masih jauh banget.
Tahun demi tahun berlalu, alhamdulillah, rasanya ya biasa saja sih.
Mungkin karena saya pun bekerja di luar rumah, jadi ya waktu berlalu, engga terlalu mikirin uban, keriput, dan berbagai penyakit yang sering saya dengar dari teman-teman sebaya.
Memang mata jadi harus memakai kacamata dobel fokus, baju-baju juga makin ke sini makin engga muat. Uban tertutup jilbab, keriput mungkin ada, tapi tidak diperhatikan, karena tertutup frame kacamata. Haha…
Semua orang kalau ada umur, memang menjadi tua, baik sehat maupun sakit.
Bila melihat hasil sensus penduduk Indonesia, maka Juni 2022 sudah mencapai 275,36 juta jiwa.
Dari jumlah tersebut, ada 190,83 juta jiwa (69,3%) penduduk Indonesia yang masuk kategori usia produktif (15-64 tahun).
Terdapat pula 84,53 juta jiwa (30,7%) penduduk yang masuk kategori usia tidak produktif. Rinciannya, sebanyak 67,16 juta jiwa (24,39%) penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan sebanyak 17,38 juta jiwa (6,31%) merupakan kelompok usia sudah tidak produktif (65 tahun ke atas).
Dengan komposisi jumlah penduduk tersebut di atas, maka rasio ketergantungan/beban tanggungan (depency ratio) adalah sebesar 44,3%. Hasil tersebut diperoleh dari jumlah penduduk usia tidak produktif dibagi jumlah penduduk usia produktif.
Angka ketergantungan sebesar 44,3%, artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sebanyak 44-45 jiwa penduduk usia tidak produktif.
Lah…berarti anak-cucu kita nanti, hampir setiap dua orang menanggung satu orang usia tidak produktif. Kalau usia tidak produktif tersebut anak-anak di bawah usia 15 tahun, wajar sih, kan anak-anak memang tanggung jawab orang tuanya.
Bagaimana dengan para sepuh di atas 65 tahun? Akan kah mereka menjadi tanggungan anak-anak mereka?
Banyak dibagi cerita tentang sandwich generation, yaitu ketika orang tua harus menanggung anak-anak dan orang tua lansia mereka.
Si orang tua lansia ini pun bisa jadi dulunya termasuk sandwich generation yang menanggung biaya ke atas dan ke bawah. Sebuah lingkaran tak berujung.
Di sisi lain, sekarang ini banyak tercetus para generasi kepepet atas-bawah ini bernazar tidak ingin di masa tuanya membebani anak dan cucu mereka.
Memang engga enak sih, ketika tenaga sudah berkurang, mata sudah rabun, mengalami gangguan kesehatan, tidak laku lagi untuk bekerja, dan tidak punya tabungan.
Akhirnya hidup jadi tergantung pada anak-anak. Iya kalau anak berkecukupan. Kalau anak ternyata masih merintis karier, rasanya gimana gitu kaaan…
Belum lagi, ada saja keluarga yang anaknya special needs atau qadarullah tidak berputra. Pasangan atau individu seperti ini di masa tua jelas tidak bisa menggantungkan hidup pada anak.
Bagaimana bisa menjadi lansia bahagia kalau gini, kan…
Peran Pemerintah Mengangkat Harkat Lansia
Pencanangan Hari Lanjut Usia Nasional awalnya adalah atas prakarsa Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat, seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Indonesia, yaitu ketua BPUPKI 1945.
Beliau sangat menghormati dan mengapresiasi peran serta kontribusi para lanjut usia, terutama dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia mencanangkan Hari Lanjut Usia Nasional.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lansia itu ada empat tahapan yaitu:
• Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
• Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
• Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
• Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI (2019) klasifikasi lansia terdiri dari:
• Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
• Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
• Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
• Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
• Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Ternyata usia 45 tahun sudah masuk Pra Lansia loh…
Nah loh…siapa ini teman-teman di sini yang sudah masuk Pra Lansia?
Peran pemerintah untuk mengangkat harkat lansia ini bukan hanya memperingati setiap tanggal 29 Mei, tetapi dibarengi dengan program-program yang memerhatikan golongan ini.
Apalagi di tengah kesadaran akan hidup sehat dan asupan gizi yang lebih baik, maka lansia ini kemungkinan lebih panjang umur lagi.
Tinggal sekarang, bagaimana kiatnya menjadi lansia bahagia, bukan?
Sesuai dengan Strategi Nasional Kelanjutusiaan, pemerintah mencanangkan 5 (lima) strategi yaitu:
• Peningkatan perlindungan sosial
• Peningkatan derajat kesehatan lanjut usia
• Pembangunan lingkungan ramah lanjut usia
• Penguatan kelembagaan program kelanjutusiaan
• Pemenuhan terhadap hak lanjut usia demi menciptakan lansia mandiri, sejahtera, serta bermartabat
Sebuah e-book PDF yang dibagikan oleh situs kemkes.go.id berjudul “Buku Kesehatan Lanjut Usia” bisa didownload di sini.
Buku “Kesehatan Lanjut Usia” dan lembar masalah kesehatan
Buku ini semacam buku KIA (Kesehatan Ibu Anak) yang sering dibawa ke Posyandu atau Puskesmas.
Sudah beberapa tahun terakhir ini di kompleks perumahan tempat saya tinggal, selain ada pengumuman timbang balita di Posyandu Alamanda, ada pula pengumuman untuk cek kesehatan bagi para lansia.
Menjadi Lansia Yang Produktif
Memang tidak semua orang bisa menjadi tua, sehingga menjadi tua itu sebuah privilege.
Beberapa hak-hak istimewa yang bisa diperoleh lansia di Indonesia, contohnya sebagai berikut:
- Reduksi 20% untuk tiket KAI. Beberapa perusahan travel swasta ada juga yang memberikan reduksi seperti ini
- Tempat duduk khusus di moda transportasi
- Jalur khusus bebas antrian bagi lansia di beberapa bandara
- Keringanan PBB 25% bagi rumah pensiunan yang dibuktikan dengan SK Pensiun
- Layanan khusus lansia di Posyandu dan Puskesmas
- Dll
Menjadi lansia yang produktif memang perlu persiapan panjang jauh hari sebelumnya, sehingga ketika tiba saatnya tidak kaget lagi.
Sering dengar kan begitu pensiun atau purnabakti lalu bingung mau ngapain, akhirnya terkena post power syndrome. Lalu pelan-pelan menggerogoti kesehatan.
Di e-book “Buku Kesehatan Lanjut Usia” halaman 59 tertera beberapa hal yang bisa disiapkan memasuki masa pra lansia/lansia agar tetap produktif, sebagai berikut:
- Menerima sebagai proses alamiah
- Meningkatkan kesabaran, berpikir positif dan optimis
- Tetap setia pada pasangan yang sah, dan meningkatkan hubungan dalam keluarga
- Mempersiapkan tempat tinggal yang aman dan nyaman
- Mempersiapkan dana untuk biaya hidup dan kesehatan
- Meningkatkan kesehatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat
Penutup
Menjadi lansia bahagia, banyak jalan untuk menjadi lansia yang produktif. Ada lansia yang memang harus produktif karena tuntutan keadaan. Tapi ada pula yang secara finansial sudah cukup, lansia golongan ini hanya ingin tetap produktif saja.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), persentase lansia yang bekerja di dalam negeri mencapai 52,55% pada 2022. BPS menyebut, ada berbagai alasan yang melatarbelakangi lansia tetap bekerja. Salah satunya karena mereka harus memenuhi kebutuhan hidup.
Selain itu, mereka tak memiliki pendapatan non-kerja, seperti jaminan pensiun.
Baru-baru ini malah di IG dan media online heboh dengan sebuah iklan lowongan kerja dari Boga Group untuk lansia. Boga Group membuka peluang bagi individu yang berusia 60 tahun ke atas untuk bergabung sebagai tenaga kerja.
Mungkin meniru di Jepang atau Eropa, di sana sudah biasa melihat para lansia tetap bekerja di semua lini lapangan kerja. Berbeda dengan di Indonesia, yang banyak lapangan kerja sangat dibatasi usia.
Menjadi lansia bahagia yang ingin tetap produktif, menurut saya sih, jangan berhenti belajar. Banyak sekali ilmu baru di tengah dunia yang serba digital ini. Tentunya lansia engga boleh gaptek juga, sih…
Kalian bisa menekuni hobi, bahkan mencoba hobi baru, belajar fotografi dan video dengan ponsel, belajar menulis, berolahraga bersama, menjalin silaturahmi, dan banyak lagi.
menuju lansia bahagia
Bagaimana dengan teman blogger? Masih tetap aktif ngeblog kan?
Semoga bermanfaat.
Sumber:
https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/BUKU%20LANJUT%20USIA%20-%20Indonesia.pdf
https://www.geriatri.id/artikel/2190/heboh-boga-group-buka-lowongan-kerja-khusus-lansia
https://www.detik.com/jatim/berita/d-7363095/tema-dan-logo-hari-lanjut-usia-nasional-2024
Saya sudah masuk tua, pra lansia nih…
Meski kalau perasaan masih muda aja. Haha!
Betul, kalau di kampung lansia identik dengan mendekatkan diri pada Allah alias perbanyak ibadahnya.
Ibu saya menghabiskan waktunya dengan ikut komunitas mengaji, sholawat, dan sejenisnya. Saya persilahkan, selama positif. Sebagaimana saya juga terus menjalankan hobi dan kegiatan lainnya selama itu membawa kebaikan
Lansia jumlahnya banyak juga. Sepakat, bahwa peringatan hari lansia bukan hanya seremonial saja, tapi harus dibarengi program yang berpihak pada lansia. Mudah-mudahan negara bisa ambil bagian.
Saya baru tahu juga kalo ada Hari Lanjut Usia Nasional setelah membaca tulisan ini. Tapi memang benar saat ini masih sangat ditemui tentang sandwich generation. Tp menurut ku tidak masalah, toh orang tua kita sendiri.
Tak ada batasan usia ya sebenarnya untuk produktif. Begitu juga dengan lansia, masih dapat menyalurkan kreativitasnya, dan yang terpenting tetap jaga kesehatan
Wah iya, saya belum ngurus privilege 20 % untuk tiket KAI
Hahaha ternyata asyik juga ya jadi lansia
Selain privilege, saya sekarang bebas
Dulu, sewaktu masih muda dan menjadi anak, saya harus belajar
Ketika menjadi istri dan ibu, saya harus bangun pagi untuk bangunin anak, masak dll agar mobilitas anggota keluarga bisa lancar
Sekarang mah bebas, mau tidur seharian gak ada yang ngelarang 😀
Impianku adalah bisa menua dengan sehat dan tetap produktif. Juga bisa tetap mendampingi pasangan, melihat anak tumbuh dewasa dengan baik. Senangnya, makin ke sini kayaknya kesadaran hidup sehat itu udah makin meningkat, kalau pas lagi olahraga di taman kota, sering banget ketemu oma opa yang olahraga bareng, biasanya tergabung dalam komunitas lansia gitu deh. Senang lihatnya
pengiijn banget tetap aktif bahagia syalala walau udah beranjak lansia.
juga makin semangat tobat dan mendekatkan diri pada-NYA
Uban dan keriput adalah friendly reminder yg cespleng
Mengingat usia membuat saya merasakan haru. Sejak mulai biasakan jalan kaki pagi hari di area pesawahan, saya mulai suka flashback ke belakang.
Soalnya kalau jalan kaki dan menyatu dengan alam, rasanya waktu jadi melambat dan banyak kenangan masa kecil di kampung halaman. Jadi terasa banget kalau usia saya sudah lumayan lama, hehe.
Menjadi lansia bukan halangan untuk terus produktif ya mbak
Tetap harus belajar meski sudah usia lanjut
Wah ibuku berarti sudah jadi pra lansia nih. Kalau lansia di sekitar rumahku masih produktif banget sih ikut pengajian, kadang kerja sambilan juga bikin kue
Menjadi tua itu adalah sebuah keniscayaan dan ternyata saya sudah masuk pra lansia hik hik. Yang penting kita bisa menjalaninya dengan bahagia dan tetap produktif
Menjadi lansia yang bahagia adalah salah satu impian saya. Selain itu saya juga tetap ingin produktif meskipun sudah lansia karena dengan beraktivitas fisik akan membuat kesehatan tetap terjaga.
Meskipun kita tua, kita harus tetap sehat, produktif dan terus belajar.umur hanyalah pengingat diri
Seneng banget karena lansia zaman sekarang diperhatikan sama pemerintah.
Ibuku setiap hari Rabu di minggu ke 2 dan 4 juga dapat pemeriksaan kesehatan gratis dan makanan bergizi. Alhamdulillah..
wah sudah termasuk tua nih, dan bahkan masuk pralansia. tetapi memang sih kalau bisa tua nnati kita tetap sehat,produktif dan bahagia. Tidak merepotkan banyak orang terutama anak-anak.
Saya sudah masuk usia tua. Rencananya akan banyak belajar di usia tua karena masih terbiasa begitu. Kelas boga ini sangat menarik. Perlu banyak dibagikan ke sekitar kita yang sudag cukup usia untuk mendaftarkan diri.
harapan kita pastinya bisa menjalani hari tua dengan nyaman, sehat dan tidak pikun ya, mbak. tapi semua itu tidak bisa instan sebenarnya harus diusahakan dari muda kayak rajin berolahraga, selalu mengasah otak dan juga ngumpulin dana pensiun
usia saya udah masuk USIA TUA dari gambar di wa grupnya teh, wkwkwkwk. tapi ternyata belum masuk kategori berdasarkan WHO atau Kemenkes, hihihi. tapi tetep sih yaaa udah mau masuk middle age.
Bicara soal post power syndrome, alhamdulillah baik ibu dan ayah saya tidak mengalami hal itu pasca pensiun. ibu tetap aktif di masjid dan olahraga, sesekali menengok dan ditengok cucu lalu ngajak mancing, hehehe. sementara ayah masih mengajar di kampus. lalu bagaimana dengan saya? Mungkin tetap ngeblog, ngedrawing, menjahit, bikin kue dan melanjutkan usaha yang dirintis. karena bener kata Teteh, tetep produktif di usia lanjut itu harus sih, apalagi soal financial kan ya. jangan sampai bergantung pada anak anak kelak
Terima kasih utk informasinya