Menentukan Arah Kiblat Di Mana Saja Tanpa Ribet

hani

menentukan arah kiblat

Arah kiblat sangat penting bagi umat Muslim karena merupakan arah hadap kita shalat. Itu sebabnya menentukan arah kiblat perlu kehati-hatian terutama saat bepergian ke luar kota.
Bagi saya sebagai pengajar di program studi Arsitektur, penentuan arah kiblat selalu harus diingatkan ke mahasiswa bila merancang masjid atau letak mushala.
Di Indonesia arah kiblat tidak tepat ke arah Barat tetapi miring kira-kira 25 derajat ke arah Utara, tergantung dari masing-masing wilayah. Mudah bila kita menggambarkannya mengikuti peta lokasi, tetapi tentunya sulit bila kita berada di suatu tempat baru yang tidak ada penanda arah kiblat.

Sejarah Arah Kiblat

Teman-teman tahu tidak, awalnya arah kiblat itu tidak ke Makkah, ke Kakbah, tetapi ke Masjid Al-Aqsha di Palestina/ Jerusalem.

Hal ini dijelaskan pada ayat berikut:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”

[QS 2:144]

Ayat di atas merupakan ayat ke 144 surat Al Baqarah yang turun ketika Rasulullah saw, sedang melaksanakan shalat lohor di Masjid Bani Salamah di Madinah. Waktu itu arah kiblat ke Masjid Al-Aqsha di Palestina/ Jerusalem.
Masjid Al-Aqsha menjadi kiblat pertama umat Islam selama kurang lebih 17 bulan setelah hijrah, yang kemudian dialihkan ke Kakbah di Masjidil Harram Makkah.

Sedangkan Masjid Bani Salamah kemudian menjadi bernama Masjid Qiblatain. Masjid Qiblatain sendiri artinya dua kiblat, karena selain mihrab menuju ke arah kiblat yang sekarang, yaitu ke Masjidil Haram, ada mihrab sebagai pengingat, bahwa kiblat pernah arahnya ke Al-Aqsha.

Adapun Jami’ Al Aqsha atau Masjid Al Qibli merupakan masjid yang didirikan atas perintah Umar bin Khaththab, dipercaya untuk melaksanakan shalat jamaah saat berkunjung ke Jerusalem.

Masjid Al-Aqsha atau Bukit Bait Suci sejatinya adalah sebuah kompleks seluas 144.000 m2 yang merupakan tempat suci bagi 3 agama di dunia, yaitu Kristen, Yahudi dan Islam. Di kompleks tersebut berdiri beberapa bangunan penting, yaitu: Jami’ Al Aqsha atau disebut Masjid Al Qilbi dengan kubah biru keperakan, Kubah Shakhrah atau sering disebut Dome of the Rock dengan kubah keemasan, kemudian beberapa situs-situs lainnya.
Kita sering keliru dengan Dome of the Rock ini, sebuah bangunan segi delapan berkubah emas yang dikira adalah masjid Al-Aqsha.

3d-alaqsha arah kiblat
Kompleks Al Aqsha dan sekitarnya

Penentuan Arah Kiblat

Awalnya penentuan arah kiblat berdasarkan perhitungan astrologi dan dihitung secara rumit, dengan menggunakan trigonometri tingkat lanjut.

Itu sebabnya di Indonesia pun pernah terjadi kekeliruan, menentukan arah kiblat ke arah matahari terbenam. Padahal sesuai dengan ilmu falak, arah matahari terbenam berubah arah dari bulan Maret ke September. Akibatnya pernah harus dilakukan kalibrasi ulang pada masjid-masjid arah kiblat dan letak mihrab yang tepat.

Bila kita bepergian seringkali kita bingung ke mana arah kiblat di tempat baru tersebut. Bisa saja kita mengandalkan masjid terdekat, salat di masjid sekalian. Kalau menginap di hotel, tanya ke room boy, arah kiblat yang tepat.

Kesimpulan

Zaman semakin maju, kita pun sekarang bisa menentukan arah kiblat di mana saja tanpa ribet yaitu melalui aplikasi yang disemat di ponsel android kita.
Hal ini sangat membantu bila bepergian ke daerah-daerah yang sulit menemukan masjid atau sesama Muslim untuk menanyakan arah kiblat.
Melalui ponsel dengan penanda arah kiblat biasanya juga dilengkapi dengan penanda waktu sholat, dengan demikian kita tetap bisa melaksanakan ibadah sholat sesuai dengan kewajiban kita sebagai kaum Muslimin.

Semoga bermanfaat.

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

Tags

3 pemikiran pada “Menentukan Arah Kiblat Di Mana Saja Tanpa Ribet”

  1. Dulu kalau di Indonesia gampangnya tuk ingat kiblat ingat arah barat jadi tinggal cari matahari dan serong sedikit, tapi sejak tinggal di wilayah barat baru sadar gak bisa pakai arah barat spt di Indonesia. Jadi memang lbh aman pake aplikasi di hp

    Balas
  2. Nah iya, Bun, sekarang zaman semakin maju. Kita bisa menggunakan teknologi untuk membantu keperluan kita sehari-hari seperti mencari arah kiblat. Saya dan keluarga kalau bepergian suka memanfaatkan ponsel atau jam yang ada kompas/penunjuk arah kiblatnya ketika hendak salat. Terutama di tempat yang tidak ada musala-nya.

    Balas
  3. Iya kak. Nggak khawatir salah arah kiblat lagi kalau kemana-mana sekarang tu. Udah bisa menentukan arahnya pake teknologi. Hehehe

    Balas

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status