Komunikasi Melalui PECS Untuk Individu Berkebutuhan Khusus

hani

komunikasi melalui visual (PECS) untuk individu berkebutuhan khusus

Bara di usia enam tahunnya masih belum jelas bicaranya, sehingga kami mencoba komunikasi melalui visual agar bisa saling berinteraksi satu sama lain. Ide komunikasi melalui visual sudah pernah kami coba berdasarkan usulan dari adik saya, Dyah Puspita, seorang psikolog, dan pakar autisma. Waktu itu Bara belum terlalu respon dengan upaya kami mengajaknya berkomunikasi melalui gambar dan foto. Selain itu kami masih berharap ada perkembangan dengan terapi keterlambatan bicara yang diikutinya di sebuah klinik tumbuh kembang di Bandung.

Komunikasi Manusia Melalui Verbal dan Bahasa

Tema 1 Minggu 1 Cerita di awal bulan sesuai hasil voting adalah tentang Komunikasi. Banyak yang bisa diangkat tentang komunikasi ini, karena memang manusia sejatinya adalah mahluk sosial. Manusia mempunyai banyak cara untuk berkomunikasi, yang paling alamiah adalah berbicara dan berbahasa.

Mengikuti tabel tumbuh kembang anak, tabel Denver II, kami memang menyadari Bara ada keterlambatan sejak usia enam bulan. Bahkan di usia sembilan bulan, Bara sudah mengikuti serangkaian terapi. Tumbuh kembang anak memang harus dicermati oleh orang tua, sehingga sedapat mungkin dikejar ketertinggalan yang mungkin dialami.

Rangkaian keterlambatan tumbuh kembang motorik kasar Bara sejak usia yang masih sangat muda, ternyata merembet ke kemampuan bicaranya. Bara tidak autistik, secara sosial sangat baik, mau bergabung dengan orang lain, serta sangat ramah.

Berbagai informasi yang saya pelajari, penyebab speech delay atau keterlambatan bicara sangat luas dan kompleks, sehingga perlu diketahui tanda-tandanya agar mudah mendeteksi terjadinya keterlambatan bicara pada si Kecil.

Bicara merupakan bentuk verbal dari bahasa, dimana bahasa merupakan produksi konseptual dari komunikasi. Kemampuan bahasa mengandung unsur reseptif (memahami) dan ekspresif atau kemampuan untuk menyampaikan informasi perasaan, pikiran dan ide.

Berikut merupakan perkembangan si Kecil mulai 0-5 tahun menurut Milestones.

Tahap Perkembangan Si Kecil (Milestones)

  • Pada usia 0-6 bulan si Kecil sudah dapat memberikan respon reseptif seperti melirik jika ada suara, berekspresi seperti tertawa, cooing bersuara seperti aahh atau uuh.
  • Saat usia 9 bulan, cooing berubah menjadi babbling, mengucapkan bababababa, dadadada, mamamama atau papapapa, dapat mengucapkan mama dan papa walaupun belum jelas dan mulai dapat melambai.
  • Usia 12 bulan, si Kecil dapat mengikuti 1 perintah seperti ayo sini atau lihat, mulai menirukan suara dan intonasi suara, dapat mengucapkan 1 suku kata.
  • Pada usia 15 bulan, pengucapan suara meningkat menjadi 3 kata.
  • Saat memasuki usia 18 bulan, si Kecil mulai dapat menunjuk minimal 1 anggota tubuhnya, pengucapan kata meningkat menjadi 6 kata.
  • Usia 2 tahun, si Kecil mulai dapat menunjukkan gambar, mengikuti lebih dari 2 perintah, dapat merangkai kata dan dapat menyebutkan gambar.
  • Usia 2,5 tahun, si Kecil dapat menunjuk enam anggota tubuhnya, dapat melakukan 2 tindakan, setengah pembicaraannya dapat dimengerti.
  • Usia 3 tahun, si Kecil dapat mengetahui 2 kata sifat, mengenali 4 gambar, dan mengenal 1 warna dan seluruh pembicaraannya dapat dimengerti.
  • Pada usia 4 tahun, si Kecil mulai dapat memahami 4 kata, mengenal 4 warna dan seluruh pembicaraannya dapat dimengerti. 

Tahapan perkembangan si Kecil menurut milestonesitu sebaiknya diperhatikan sehingga deteksi dan intervensi dini dapat dilakukan oleh tim kesehatan tumbuh kembang anak.

Mengingat kembali semua tahapan perkembangan bicara di atas, Bara memang sudah sampai tahap memahami dan mengerti apa yang kami bicarakan. Tetapi Bara belum mengucapkan kata-kata dengan benar.

Menghadapi Keterlambatan Bicara Pada Anak SPD

Pada suatu kesempatan konsultasi dengan dokter spesialis syaraf anak yang merawat Bara, ternyata sesi terapi wicara tidak perlu dilanjutkan. Padahal seperti saya tuliskan di awal paragraf, Bara belum ada perkembangan signifikan kemampuan bicaranya.

Sebetulnya kami cukup kebingungan, apa langkah selanjutnya?
Anak kan harus faham komunikasi.
Apa yang harus dilakukan orang tua untuk berkomunikasi dengan anak, sementara Bara tidak mengeluarkan sepatah kata pun?
Apa yang harus disampaikan oleh Bara, bila dia ingin sesuatu?

Sebagai informasi, Bara tidak tuli. Kami sudah pernah melakukan tes BERA (brainstem evoked response audiometry) dan hasilnya tidak ada masalah.
Bara suka sekali musik, pandai menari/ joget bila ada suara musik, akan ikut serta ngerecokin bila saya main piano. Pendek cerita, Bara bisa mendengar.

Menurut diagnosa dokter, Bara adalah anak SPD (sensory processing disorder), yaitu ada masalah ketidak seimbangan memroses sensor-sensor dalam dirinya, termasuk sensor penginderaan. Seperti kita ketahui ada tujuh lebih sensor pada tubuh manusia, yaitu sound, vision, tactile, taste, smell, proprioception, dan vestibular.
Bisa jadi Bara mendengar dan faham segala pembicaraan dan hiruk pikuk suara-suara, tetapi bingung menyampaikan melalui berbicara.

Itu sebabnya kami mencoba komunikasi melalui visual atau metode PECS, suatu metode berkomunikasi melalui bertukar gambar.

Metode PECS (Picture Exchange Communication System)

PECS (picture exchange communication system)
contoh ikon PECS

Picture Exchange Communication System (PECS) adalah suatu pendekatan untuk melatih interaksi sosial dengan menggunakan simbol-simbol seperti gambar, ikon, logo, dan foto. Picture Exchange Communication System (PECS) tidak membatasi anak untuk berinteraksi dengan siapapun. Setiap orang dapat dengan mudah memahami simbol PECS sehingga diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat berinteraksi dengan orang lain tidak hanya dengan keluarganya sendiri.

Umumnya memang PECS digunakan untuk berkomunikasi dengan individu autistik, tetapi tidak ada salahnya ikhtiar menerapkan pula metode ini pada Bara atau anak-anak berkebutuhan khusus lainnya.

Cara berkomunikasi melalui gambar sangat sederhana yaitu:

  • Bila orang tua/ orang lain ingin mengajak anak melakukan suatu aktifitas, orang tua mengambil gambar/ foto aktifitas tersebut dan menunjukkan kepada anak, sambil menyebutkan jenis aktifitasnya. Bisa juga di gambar tersebut ditambahkan tulisan, sehingga secara bertahap anak juga belajar membaca.
  • Karena anak belum berbicara jelas, maka anak diajarkan mengambil gambar yang diinginkan dan menunjuk atau memberikan gambar tersebut ke orang tua/ orang lain. Dengan demikian orang tua mengerti maksudnya dan anak tidak frustrasi.

Contoh:

  • Mama Bara mengajak Bara tidur dan sebelumnya harus gosok gigi terlebih dahulu, BAK ke kamar mandi. Maka Mama Bara akan menunjukkan foto Bara atau foto anak sedang menggosok gigi, imej anak BAK, dan foto Bara sedang tidur.
  • Tentunya sambil memperlihatkan gambar-gambar tersebut juga sambil berbicara dan menjelaskan urutan kegiatannya.
  • Tanpa banyak protes, Bara sangat koperatif, dan langsung menuju kamar mandi. Berbeda misalnya, kami langsung menggandeng sambil bilang:”Bara yuk pipis lalu gosok gigi. Mau tidur!”. Bara akan menunjukkan ekspresi menolak, uring-uringan, bahkan menangis.

komunikasi melalui visual untuk special needs
kumpulan gambar dan foto sebagai media komunikasi

Setelah beberapa kali memraktekkan komunikasi melalui visual ini, tidak ada lagi drama bila kami akan melakukan sesuatu dengan melibatkan Bara. Bila ke luar rumah, kami membawa serta aneka gambar sebesar kartu nama ini, untuk menunjukkan kami mau ngapain aja. Album kartu nama ini kami menyebutnya “album ngobrol“.

Kesimpulan

Tujuan komunikasi melalui visual menggunakan metode PECS ini adalah membuat anak happy dan tidak frustrasi. Kebayang kan ya, anak ingin menyampaikan sesuatu, tapi masih bingung mau ngomong apa, sementara yang diajak ngomong juga tidak mengerti. Berlama-lama tebak-tebak berhadiah seperti ini akan menyebabkan anak frustrasi, rewel, bahkan bisa malah tantrum. Efeknya adalah orang tua turut frustrasi akhirnya marah-marah ke anak.

Beberapa kasus yang diceritakan oleh bu Dyah Puspita, anak lebih happy, lebih tenang karena bisa berkomunikasi walaupun melalui pertukaran gambar (picture exchanges). Bahkan beberapa anak malah bisa berbicara seperti anak-anak lainnya dan akhirnya tidak memerlukan lagi gambar-gambar yang awalnya merupakan media berkomunikasi.

Hal itu pula yang menjadi langkah kami menerapkan metode PECS dalam berkomunikasi dengan Bara, semacam batu loncatan menuju Bara berbicara lancar. Amin.

Semoga bermanfaat.

Sumber:
https://www.nutriclub.co.id/article-balita/stimulasi/tumbuh-kembang-anak/tanda-keterlambatan-bicara-pada-balita
https://www.researchgate.net/publication/335040332_Program_PECS_Picture_Exchange_Communication_System_untuk_Meningkatkan_Kemampuan_Berbicara_Terstruktur_pada_Anak_Autis

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

Tags

4 pemikiran pada “Komunikasi Melalui PECS Untuk Individu Berkebutuhan Khusus”

  1. Macam-macam cara berkomunikasi. Bara mungkin lebih suka komunikasi melalui visual. Pernah ada yang bilang, bagaimana pun bentuk komunikasinya, yang penting kedua belah pihak sama-sama mengerti maksud yang dibicarakan.

    Hai Bara, tetap semangat kids…

    Balas
  2. Semangat buat Bara dan semua yang mencintainya!
    Istilah yang baru saya kenal ini, komunikasi melalui visual PECS untuk individu berkebutuhan khusus. Semoga metode “album ngobrol” ini bisa membantu Bara dan menjadikannya batu loncatan agar lancar bicara.

    Balas
  3. Masalah komunikasi ini memang susah-susah gampang, ya. Terutama untuk anak apalagi berkebutuhan khusus seperti ini. Harus paham juga milestone anak, supaya bisa mengerti apa yang harus dilakukan jika ternyata ada keterlambatan atau yang lainnya.

    Balas

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status