Ketika kehilangan dompet isi KTP dan SIM sekaligus, sebetulnya lebih ke kesal bakalan habis waktu untuk mengurus mendapatkannya kembali.
Waktu itu saya lalai, meninggalkan tas berisi dompet di ruang kelas sebuah kursus tempat saya mengajar les piano.
Daripada mengantuk menunggu murid di kelas, saya membawa ponsel dan menunggu di mobil sambil tidur-tidur ayam gitu. Pas jam mengajar barulah saya masuk kembali ke kelas, mengajar seperti biasa.
Entah malamnya atau keesokan harinya saya baru sadar, dompet tidak ada dalam tas.
Mengingat-ingat kembali, kapan saya mengeluarkan dompet, kapan saya meninggalkan tas, dan lain-lain.
Seingat saya saat ke luar kelas itu, ada seseorang sedang menelpon. Walaupun belum pernah melihat bapak ini, tapi saya mengira dia sedang menjemput murid yang les.
Pendek cerita, dompet tidak ada di tas, sama dengan hilang.
Walaupun saya lapor ke pengelola kursus, tapi kan manajemen tidak tahu-menahu. Saya tetap salah, naha atuh ninggalin tas…
Saya lupa apakah, bisa minta dicek ke rekaman CCTV di tempat kursus. Kalaupun bisa juga, sudah bablas juga kan dompetnya.
Harapan Dompet Ditemukan
Langkah selanjutnya kalau dompet hilang adalah mengurus hal-hal yang perlu diurus.
Sedang galau, mana dulu yang akan diurus, malam itu ada telepon ke rumah.
Masih zaman sih waktu itu ya telepon rumah.
Ada suara laki-laki yang menanyakan nama saya, katanya dia menemukan dompet ada KTP, SIM, dan kartu ATM di dalamnya. Sambil kegirangan, saya melambai memberi kode ke suami untuk mendekat.
Kira-kira begini dialog yang saya ingat…
Penelpon (P):”Halo ini dengan xxxxx (nama saya sesuai KTP)”
Saya (S):”Iya…”
P:”Mbak, ini ada dompet isi KTP, SIM, dan kartu ATM. Bisa ketemu di mana untuk mengembalikan?”
S:”Bapak ada di mana?”
P:”Saya di depan ATM Superindo Dago. Bisa ke sini engga?”
S:”Oh sebentar…” (saya antara deg-degan dompet ketemu, tapi kan malam-malam pukul 22:00-an, rundingan dulu dengan suami, mau mengantar tidak ke Dago. Jaraknya 11 km dari rumah saya).
In the meantime, sesebapak ini nyerocos yang menurut saya mulai aneh…
Gini…
P:”Mbak, nomor PIN nya berapa? Ini takut ada yang makai ATM-nya, jadi saya amankan”
Saya lupa, apa langkah saya berikutnya. Ngomel, langsung tutup, atau gimana.
Sepertinya suami yang berdiri dekat saya menguping langsung mengingatkan suruh tutup telepon, deh…
Logika bapak yang menelpon saya agak dodol sepertinya.
Langkah Mengurus Surat Penting Yang Hilang
Keesokan harinya saya ke kantor polisi Kecamatan Lengkong untuk lapor kehilangan dompet.
Lalu saya ke bank untuk lapor ATM hilang, memblokir dan membuat kartu baru. Ada yang langsung dapat kartu kalau tidak perlu ada nama saya tercetak di kartu. Ada pula yang menunggu seminggu karena peraturan banknya seperti itu.
Bagaimana dengan KTP dan SIM?
Ternyata mengurus SIM hilang lebih mudah daripada mengurus KTP hilang.
Mengurus SIM Hilang
Tadinya saya ke kantor polisi Polrestabes jalan Jawa Bandung, lapor kalau SIM hilang.
Ternyata kalau ke sini, saya harus daftar sebagai pembuat SIM baru, pakai tes segala.
Lah…
Lalu ada seseorang entah calo, entah sebagai apa, menyarankan saya mencari mobil SIM Keliling yang hari itu buka.
Cek ke koran Pikiran Rakyat, hari itu, SIM Keliling ada di Jalan Jenderal Sudirman. Momotoran saya uber deh mobil SIM Keliling yang sedang mangkal tersebut.
Untungnya…masih yaa untung, saya selalu memfotokopi surat-surat penting, KTP dan SIM.
Fotokopian SIM inilah yang saya sodorkan ke petugas pas pendaftaran di mobil SIM Keliling.
Walaupun harusnya fungsi mobil SIM Keliling ini untuk memperpanjang masa berlaku SIM sebelum atau pas tanggal jatuh tempo, tapi ternyata menerima juga kasus seperti saya.
Apalagi dari bukti fotokopi SIM ini tanggal masa berlakunya masih jauh.
Sip…lah, setelah mengikuti prosedur perpanjangan SIM, membayar biaya perpanjangan, foto, sidik jari, siang itu juga saya sudah memperoleh kembali salah satu kartu identitas diri.
Mengurus KTP Hilang
Berbeda dengan mengurus SIM hilang, ternyata mengurus KTP hilang lebih panjang prosedurnya.
Waktu itu, selain lapor polisi sebelumnya itu, saya harus minta surat serbaguna ke Ketua RT, Ketua RW, Kelurahan, lalu ke Kecamatan.
Dan ini engga bisa sehari selesai lho. Pak RT ada di rumah engga. Bu RW ada di rumah engga… dst…
Di kecamatan ini saya mendapatkan secarik kertas sebagai tanda bukti diri yang sifatnya sementara.
Di kertas tersebut ada keterangan KTP akan selesai dalam waktu tertentu, dan masa berlaku kertas tersebut juga hanya sekian bulan.
Akibatnya untuk urusan bank, saya memakai SIM saja dulu, karena bank kurang berkenan dengan tanda bukti KTP sementara.
Bisa sih waktu itu pakai SIM. Tapi beberapa bulan kemudian ternyata saya ditelepon bank, untuk memperbarui bukti diri. Bank tetap meminta KTP sebagai bukti diri yang sah.
Penutup
Sejak saya kehilangan dompet isi KTP dan SIM tersebut saya menyikapi kedua kartu tersebut berbeda. SIM tetap saya simpan di dompet seperti biasa. Sedangkan KTP saya sembunyikan, saya simpan bersama dengan kartu kredit, kartu BPJS, dan kartu-kartu lain untuk diskon toko, di dompet terpisah.
Memang jadi ada dua dompet sih. Tapi kecil kok dompet khusus kartu tersebut, seukuran kartu nama kan.
Soalnya mengurus kehilangan KTP ternyata lebih repot kan…
Untungnya lagi sih, kartu kredit waktu itu tidak saya satukan di dompet. Kalau engga kan yang ngambil udah belanja kalik…
Dari semua kehilangan tersebut ada yang saya merasa kehilangan yang tak tergantikan sih.
Yaitu foto kedua anak yang saya simpan di dompet. Foto tersebut ketika anak saya masih balita, sang kakak usia sekitar 3.5 tahun memeluk adiknya yang baru lahir.
Itu mah foto kenangan yang indaaah banget…
Mana waktu dompet saya hilang itu, anak-anak sudah SMA. Haha…udah enggak lucu lagi…
Artikel ini ditulis dalam rangka minggu tema 1 Minggu 1 Cerita, “HILANG”