Lompat ke konten

Jejak Pelestarian di Kompleks Situs Buyut Trusmi, Cirebon

buyut-trusmi

Artikel saya sebelum ini adalah berkunjung ke Masjid Merah Panjunan, yang merupakan masjid yang dilestarikan di Cirebon. Acara kunjungan tersebut kami lakukan setelah beres workshop bertajuk Heritage Tangible & Intangible yang diadakan di Gedung Negara Cirebon. Kami mengunjungi beberapa obyek wisata Cirebon yang merupakan obyek wisata budaya dan sejarah, antara lain Keraton Kasepuhan, Gua Sunyaragi, dan ke Kompleks Situs Buyut Trusmi. Kompleks Situs Buyut Trusmi merupakan sebuah kompleks bangunan kuno yang terletak di Kampung Dalem, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Secara geografis, Situs ini terletak di koordinat 06˚ 41’ 59,8’’ LS dan 108˚ 30’ 48’’ BT.

buyut trusmi
gerbang kawasan

Sejarah Buyut Trusmi

buyut trusmi
peta kompleks

Mendengar kata Trusmi di Cirebon, yang terbayang adalah batik Trusmi. Kawasan Trusmi memang terkenal dengan pengrajin batik dan di sana berderet-deret toko batik dari yang kecil hingga besar.
Apa kaitan antara batik Trusmi dan Situs Buyut Trusmi?

Memang Kompleks Situs Buyut Trusmi terletak di tengah-tengah kampung Batik Trusmi atau sekitar 6-7 km dari pusat kota Cirebon. Kompleks Kramat Buyut Trusmi didirikan sesepuh Trusmi sehingga sangat dihormati oleh masyarakat Cirebon dan sekitarnya.
Menurut kisah, Ki Buyut Trusmi adalah putra pertama Prabu Siliwangi. Sebelumnya ia bernama Pangeran Walangsungsang, atau Pangeran Cakrabuana, pendiri kerajaan Cirebon.
Kompleks Kramat Buyut Trusmi telah ada sebelum pembentukan keraton Kasepuhan dan Kanoman.
Hal ini berdasarkan temuan bahwa awal pembentukan Kasepuhan dan Kanoman pada tahun 1599 Saka (1677).
Sedangkan terbentuknya Kompleks Kramat Buyut Trusmi diawali setelah Ki Buyut Trusmi menyerahkan keraton yang sekarang menjadi Keraton Kasepuhan ke Sunan GunungJati. Ki Buyut kemudian pindah ke daerahTrusmi pada tahun 1470 dan membangun kompleks Kramat Buyut Trusmi pada tahun 1481. Buyut Trusmi dikemudian hari menyiarkan agama Islam di wilayah Cirebon dan wafat tahun 1559.

Pelestarian Kompleks Situs Buyut Trusmi

Indonesia kaya akan adat dan budaya. Ada ratusan adat, kepercayaan, dan ritual yang masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar. Seringkali sebutan “keramat” ditambahkan pada suatu bangunan atau kawasan sehingga masyarakat tidak berani mengutak-atik. Sama halnya dengan Kompleks Situs Buyut Trusmi.

Kata Terusemi berarti tanaman yang sudah habis kemudian tumbuh kembali. Asal-usul nama Trusmi berawal dari Putra Sunan Gunung Jati yang dititipkan kepada Ki Buyut Trusmi di pesantrennya. Ketika membersihkan taman yang berada di pesantren tersebut Putra Sunan Gunung Jati pun ikut membersihkan. Tanaman yang ada di taman tersebut dipotong habis oleh Putra Sunan Gunung Jati. Putra Sunan Gunung Jati merasa bersalah dengan kejadian itu. Lalu melakukan tafakur menghadap Yang Maha Kuasa meminta agar tanaman itu langsung tumbuh kembali. Do’a Putra Sunan Gunung Jati ini ternyata dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Seketika itu juga tanaman di taman itu kembali subur.

Masih ada versi lain tentang nama Trusmi tersebut. Ki Buyut Trusmi kemudian membangun masjid di lokasi yang kemudian berkembang menjadi Desa Trusmi. Di lokasi awal berdirinya Desa Trusmi kemudian disebut sebagai Tanah Keramat.

Asal-asul daerah tersebut menjadi pusat kerajinan batik bermula dari Sunan Gunung Jati mempunyai batik yang sudah agak lusuh. Sunan Gunung Jati meminta Ki Buyut Trusmi untuk membuat tiruan kain batiknya yang lusuh. Ki Buyut Trusmi pun menyanggupinya dan mengerjakannya. Ternyata batik yang dibuat oleh Ki Buyut Trusmi sama persis dengan batik yang lusuh milik Sunan Gunung Jati. Oleh karena itu, di kawasan ini berkembang masyarakatnya mengerti tentang batik.

Kompleks Situs Buyut Trusmi Sebagai Obyek Wisata

buyut trusmi
Kuta Hijab

Teman-teman, bila kalian berkunjung ke Trusmi untuk membeli batik, bisa saja mampir ke Kompleks Situs Buyut Trusmi. Sekarang ini Kompleks Situs Buyut Trusmi dirawat dan dikelola oleh keturunan Ki Buyut Trusmi. Semuanya berjumlah 17 orang yang terdiri dari 1 orang pemimpin, 4 orang kyai, 4 orang juru kunci, 4 orang kaum/pengelola mesjid, dan 4 orang pembantu/ kemit.

Sehubungan dengan kompleks Situs Buyut Trusmi juga menjadi tujuan wisata sejarah bagi yang berminat, maka ada acara tradisional yang masih tetap dilestarikan sampai sekarang. Acara-acara tersebut berupa, Arak-arakan, Memayu, Ganti Welit (atap dari daun kelapa), Mengganti Atap Sirap, dan Trusmian atau Selawean yaitu acara memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Kompleks Situs Ki Buyut Trusmi memiliki luas tanah sekitar 8.100 m² dan luas bangunan sekitar 500 m². Situs ini dibatasi oleh tembok bata merah setinggi kurang lebih 120 cm dan memiliki 2 gerbang sebagai pintu masuk di sebelah barat dan timur.

Begitu kita masuk di pintu gerbang ini dilengkapi bangunan cungkup dengan ukuran tinggi 4 meter beratap joglo dari bahan sirap. Setelah melewati gerbang terdapat tembok penghalang yang disebut Kuta Hijab. Tembok penghalang ini berfungsi sebagai aling-aling atau tirai untuk menghalangi pandangan.

buyut trusmi
Diterima oleh kerabat/ keturunan Ki Buyut Trusmi

Waktu itu kami diterima oleh kerabat keturunan Ki Buyut Trusmi di bangunan Bale Gede, yang ada di sebelah kiri gerbang. Bangunan yang menghadap ke timur ini berbentuk persegi panjang berukuran 5 x 3,25 m berlantai tegel. Bangunan beratap rumbia ini ditunjang dengan tiang kayu. Fungsi bangunan ini adalah sebagai ruang rapat.

masjid buyut trusmi
masjid dari arah jalan

Di seberang Bale Gede terdapat bangunan masjid berdenah persegi panjang, terdiri dua bagian. Bangunan di bagian barat merupakan bangunan lama yang berukuran 12 x 7 m. Lantai dari bahan keramik dan dinding berlapis batu pualam. Masjid terdiri dari dua bagian, yaitu masjid lama dan bangunan perluasan.

Seperti halnya hampir di semua masjid-masjid mula (masjid yang didirikan awal syiar Islam), selalu ada makam leluhur atau pemuka agama dan keturunannya. Demikian juga yang ada di kompleks Situs Buyut Trusmi. Agak masuk ke kompleks di sebelah kiri terdapat makam Buyut Trusmi yang wafat tahun 1559. Makam dibatasi tembok dengan pintu terbuka dengan sebutan Lawang Kepundung. Pintu ini diberi nama Lawang Kepundung karena di dekatnya terdapat Pohon Kepundung. Di kiri dan kanan Lawang Kepundung terdapat dua padasan. Pintu ini sangat rendah, agar orang yang ingin ziarah harus menunduk untuk menghormati yang sudah meninggal.

buyut trusmi
Jinem beratap welit (daun kelapa)

Masih ada bangunan-bangunan lain yang bisa digunakan para peziarah untuk beristirahat, mengaji dan berguru tentang Islam, yaitu Bangsal Jinem, Watu Padadaran, digunakan untuk menyimpan ajaran perintah melaksanakan sholat lima waktu yang 17 raka’at. Selain itu ada Balong Pekulahan, yang dulunya berfungsi sebagai tempat wudhu. Melihat kondisi kolam yang berair kehijauan, tentu saja sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat wudhu. Lalu ada bangunan Witana. Bangunan-bangunan tersebut beratap welit atau sirap, tepi atap lebih rendah daripada rata-rata bangunan pada umumnya.

buyut trusmi
Watu Padadaran
buyut trusmi
Balong Pekulahan

Dibandingkan dengan Masjid Merah Panjunan yang kami kunjungi sebelumnya, Kompleks Situs Buyut Trusmi memang memancarkan aura yang berbeda. Area makam keramat yang usianya ratusan tahun, balong yang airnya berwarna hijau, dan bangunan-bangunan beratap welit menambah suasana yang suram dari kompleks ini.
Barangkali memang demikian pendekatan pelestarian kompleks ini, menambahkan kesan muram dan keramat agar tetap lestari.

Omah Gedhe Buyut Trusmi

omah gedhe buyut trusmi
kiri, kompleks situs – kanan, permukiman

Ketika kami memasuki kawasan melalui gerbang kawasan, Situs Buyut Trusmi terletak di kanan jalan. Di kiri jalan ada area permukiman yang bila ditilik dari bentuk dan materialnya mirip dengan di dalam kompleks situs. Waktu itu kami memang meninjau terlebih dahulu area permukiman sebelum diizinkan memasuki kompleks situs. Untuk masuk ke area permukiman harus melalui gerbang yang beratap rendah.

omah gedhe
gerbang rendah

Ada sebuah rumah besar yang menarik perhatian kami dan tampaknya memang dirawat. Kami diizinkan masuk untuk melihat-lihat walaupun tidak lama.

Menurut yang saya pelajari, rumah tersebut bernama Omah Gedhe, yang merupakan rumah tinggal Kyai Kabuyutan Trusmi. Ciri khas adanya Balai Panjang (berupa susunan kayu jati menyerupai bangku panjang dengan 6 tiang penyangga yang langsung terhubung ke tanah). Bale panjang memiliki makna spiritual, sehingga harus diletakkan pada orientasi memanjang Timur-Barat. Bahkan ketika memindahkan harus disertai dengan ritual khusus.

omah gedhe
omah gedhe (kanan)
omah gedhe
bagian dalam rumah

Susunan masa Omah Gede terdiri dari Bale Panjang, Ruang Utama Kuncen, Sumur, Serambi, tempat penyimpanan beras (Lumbung). Seluruh bangunan di Omah Gedhe menggunakan bahan penutup atap dari welit. Konstruksi pada Lumbung menggunakan sistem pasak dan memiliki kemiringan tertentu.

omah gedhe
sumur
omah gedhe
lumbung

Demikianlah sekilas kunjungan ke Kompleks Situs Buyut Trusmi, Cirebon. Kearifan lokal memang terasa di kompleks ini yang berkaitan dengan tradisi, yaitu Memayu dan Penggantian Atap Sirap. Memayu adalah mengganti atap welit yang dilakukan setiap dua tahun sekali dan disesuaikan dengan kalender Islam, yaitu tanggal 20 Dzulhijah. Ketrampilan welit, yaitu merangkai daun kelapa menjadi penting dalam hal ini, karena sudah jarang orang yang mempunyai ketrampilan merangkai welit.

Sumber:

Muhammad Al Mujabuddawat, 2015, KOMPLEKS SITUS KI BUYUT TRUSMI CIREBON: Tinjauan Bangunan Kuna, Balai Arkeologi Ambon-Indonesia
Pretty Meggierty Rosantika, 2017, RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP WISATA BUDAYA PERKAMPUNGAN BATIK TRUSMIKABUPATENCIREBON, IPB
Nafiah Solikhah, KAJIAN SIGNIFIKANSI BUDAYA KABUYUTAN TRUSMI, Cirebon, JawaBarat, Bagian Sejarah dan Pemugaran, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanegara

Bandung, 21 Januari 2020

45 tanggapan pada “Jejak Pelestarian di Kompleks Situs Buyut Trusmi, Cirebon”

  1. baru tau kalau di Cirebon juga ada situs budaya. maklum aku belum pernah mampir ke Cirebon, taunya cuma batik sama rengginang padahal banyak temen asli Cirebon.
    itu masuk ke dalamnya harus ijin ke penduduk disana ya kak? atau bisa langsung masuk?

  2. Aku pernah mampir ke Cirebon pas ke makam Sunan Gunung jati dsb hehehe tapi belum pernah berkunjung ke komplek situs seperti ini. Sejarahnya banyak juga ya. Bisa jadi masih banyak masyarakat belum tau juga nih, mesti lebih sering diekspos di media ini 🙂 Omah Gedhe luas juga ya, unik gitu. Lalu ada sumur, anak2 mandi ceria di sana… Seru kalau bisa lihat langsung di sana nih.

    1. Seru sekali perjalanannya.
      Aku memang pernah mendengar nama Batik Trusmi, tapi sejarahnya tidak tahu sama sekali. Untung mampir ke postingan ini, jadi bisa nambah sedikit pengetahuan deh.

      Ada waktu berkunjungnya nggak kalau mau mampir ke situs ini?

  3. wah aku baru tahu tempat ini. waktu ke cirebon dulu waktunya terbatas jadi cuma ke keraton, gua sunyaragi, n mesjid agung plus kulineran aja. bahkan belanja batik jg dilewat krna sudah waktunya pulang. kapan2 mampir ke situr buyut trusmi kalo main ke cirebon lagi 🙂

  4. Cirebon itu islami sekali. Sepertinya keluarga trah Trusmi ini punya andil besar sekali untuk membuat lingkungan sekitarnya jadi begitu islami.
    Teh, kalau mau ke situsnya Buyut Trusmi ini, parkir mobilnya di mana?

  5. Saya baru tau mengenai situs keramat Ki Buyut Trusmi ini. Tau aja kalau orang awam membaca kata Trusmi, konotasinya langsung ke sebuah pasar yang dipenuhi toko kain batik khas cirebonan. Ternyata di dalam kawasannya, ada situs keramat begini.

  6. Wah aku baru tau kak situs budaya ini, waktu ke Cirebon belum sempat kesini aku hehe. Btw, ini sama dengan Batik Trusmi yang terkenal di Cirebon itu bukan sih kak?

  7. Berkunjung ke sini sungguh membuka wawasan dan pengetahuan akan sejarah masa lalu ya Mbak. Saya jadi ingin berkunjung ke Trusmi.

    1. Banyak wisata budaya ternyata di Cirebon. Selain keraton Kasepuhan, ada Kanoman, dan Kacirebonan. Masjidnya juga ada yg heritage…

  8. Cirebon ini memang khas banget dengan wisata budaya. Sayang sekali tempat ini terlewatkan
    Aku suka design batik Cirebon Mega mendung
    Ternyata pusat budaya dan banyak yang jual itu di Trusmi ya

  9. Mba Hani. Kalo di Medan saya sering ketemu toko yang tulisannya “batik Trusmi” eh rupanya itu dari Cirebon ya.. baru tau Trusmi itu tempat. Saya pikir batik Trusmi itu semacam merk/label.

    Komplek situs budaya “Trusmi” juga rapi amat ya Mba. Kesan religius nya langsung tertangkap

  10. Uniknya Cirebon itu, bangunannya nggak ketinggalan pake gapura yang mirip sama kraton. Hampir semuanya menggunakan gapura seperti itu. Tempat2 yg bersejarah seperti itu emang perlu dilestarikan

  11. setahu saya Trusmi adalah jenis batik yang terkenal dari cirebon. ternyata ini adalah nama salah satu tokoh yang cukup legendaris. Suatu saat bila ziarah wali, saya akan usahakan mengunjungi makam beliau…

  12. wah sejarah situs Trusmi lengkap juga ya ternyata… tak pikir cuma nama desa dan batik ternyata ada sejarahnya..besok kalo ke cirebon mau sy lihat drh situs Trusmi ini..

  13. Oalah aku baru tau loh mba Hani ternyata ada situs sejarahnya juga. Karena selama ini aku cuma taunya kalo ke Cirebon ya mampir hunting batik di Trusmi. Tau gitu sekalian wisata historis yaa

  14. Tempat ini bisa dijadikan sbg tempat wisata edukasi nih. Terutama untuk anak sekolah, biar lebih dekat dengan budaya dan sejarah yg kadang masih suka diremehkan.

  15. Aku kalo ke sini cuma bisa sampe ke butik batiknya. Ini aja bisa seharian dari satu butik ke butik lain. Maklum, sambil anter mamah yang emang demen banget sama batik. Padahal pengen juga mampir ke sini

    1. Ini juga kalo engga sama rombongan engga ke situs. Tapi pulang dari situs yaa mampir juga kok ke toko batiknya. Sekali dayung…hehe….

  16. Wah Cirebon aku belum pernah ke museum cagar budayanya, yang masih tak terlupakan pembuat dan penjual batik berjejeran ,hampir semua rumah membatik, walaupun ga membeli batik tapi tiap rumah yang Jual batik itu, selalu menyediakan makanan yg dapat dicicipi pengunjung yg datang walau tidak membeli ehehe.

  17. Maa syaa Allah luar biasa sekali situs bersejarah ini. Aku juga sebenarnya tau Trusmi ini nama batik ternyata baru tau ada nama tempat wisata dengan nama sama

  18. Ternyata ada situs sejarah budaya ya di Cirebon? Sekilas rumahnya mirip rumah-rumah di Bali ya? Kebetulan saya belum pernah khusus ke Cirebon sih, paling numpang lewat saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

DMCA.com Protection Status