Beberapa minggu terakhir ini berita tentang isolasi mandiri pasien Covid-19 semakin meningkat. Beberapa grup WA yang saya ikuti ada saja yang minta doa karena sedang isoman (isolasi mandiri). Bahkan ada keponakan bersama anak-istri, ayah-ibu mertua juga melakukan hal yang sama, karena terpapar Covid-19 ini.
Sudah hampir dua tahun sejak pandemi Covid-19 ini melanda dunia, ada rasa jenuh juga sampai kapan kita bebas pandemi. Semula daerah rumah saya yang sempat hijau bila dicek dari aplikasi PeduliLindungi, ternyata terjadi gelombang kedua pandemi.
Memang sudah banyak yang menduga akan terjadi gelombang kedua ini setelah lebaran, ditambah lagi adanya varian baru virus, yaitu varian Delta yang penularannya lebih cepat dan ganas.
Akibatnya berita duka silih berganti, doa mengantarkan sebagai penguat ditinggalkan yang wafat bertubi-tubi. Mereka-mereka yang meninggalkan kita ini tak terbatas usia, beberapa malah masih dewasa muda.
Jujur saya juga terbawa sedih sih. Sampai ada flier yang diedarkan dari grup WA bertajuk “Isolasi Mandiri Pasien Covid”
Walaupun saya dan keluarga tidak berharap harus melakukannya di rumah atau di mana pun, berikut saya bagikan informasi bagi teman-teman yang qadarullah harus isolasi mandiri.
Webinar untuk Awam Isolasi Mandiri Pasien Covid
Webinar gratis ini diselenggarakan oleh Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI dan RSUP Persahabatan pada hari Jumat, 2 Juli 2021, pk 13:00-15:00, dimajukan dari yang tertera pada flier.
Ada dua narasumber yang memberikan paparan yaitu:
dr. Heidy Agustin, SpP(K) dan Dr.dr. Erlina Burhan, MSc. SpK(K) dengan moderator Dr.dr.Fathiyah Isbaniah, SpP(K) M.Pd.Ked.
Berikut adalah judul-judul materi yang diberikan oleh para pakar tersebut.
1 – Isolasi Mandiri atau Rawat?
Pertama yang memberikan paparan adalah dr. Heidy Agustin, SpP(K).
Awalnya beliau memaparkan data dari WHO bahwa per tanggal 20 April 2021, kasus terkonfirmasi adalah 181.930.736, meninggal 3.945.832, dan yang sudah divaksin 2.950.194.832.
Sedangkan di Indonesia, kasus terkonfirmasi 2.203.108, data yang meninggal 58.993, kemudian yang sudah divaksin 42.403.535.
Yang membuat sedih adalah ada lonjakan kasus baru sebanyak 24.836 penderita.
Perlu kita fahami bahwa angka-angka di atas adalah jumlah jiwa, artinya kita sebenarnya balapan atau kejar-kejaran dengan waktu bagaimana caranya menekan agar tak terjadi lonjakan kasus baru.
Di sisi lain BOR atau bed occupation rate atau kapasitas penampungan tempat tidur di rumah sakit di banyak kota di seluruh Indonesia sudah melebihi kapasitas.
Banyak cerita duka, penderita yang sudah kritis tertolak dari rumah sakit karena tidak ada tempat untuk merawat.
Ciri-ciri Penyakit Covid dan Gejalanya
Seperti kita ketahui, Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang paru-paru. Menurut data, sekitar 73% penderita Covid mengalami gangguan pernapasan dari ringan hingga berat. Gejala penyakit Covid antara lain sesak napas, batuk, demam, gangguan pencernaan, sakit kepala, dan asomnia (hilangnya rasa pada indera pencecap). Hanya sekitar 4% yang tanpa gejala.
Selain itu virus Covid juga menyerang organ-organ tubuh lain yaitu:
- Otak: stroke, kejang, inflamasi otak
- Mata: konjungtivitis, inflamasi kornea
- Hidung: anosmia
- Kardiovaskular: pembekuan darah, vasokonstriksi pembuluh darah
- Hati: peningkatan enzim hati
- Intestinal: diare
- Ginjal: AKI, proteinurea
- Neurologis: GBS, ensefalitis, kejang, halusinasi, gangguan kesadaran
Gambaran dampak virus Covid ini memang menyeramkan sih ya…
Efek paling sering bagi penderita Covid adalah terserang pneumonia pada paru-parunya. Artinya paru-paru berisi cairan atau lesi yang menimbulkan sesak.
Bahkan bagi penderita yang sudah sembuh, luka akibat virus tersebut meninggalkan semacam parut atau penebalan dinding paru yang dinamakan ground glass opacity.
Artinya paru-paru kita bila diteropong dari atas mirip bagian dasar gelas, menebal dan berkabut. Padahal paru-paru yang sehat harusnya bersih dan bening.
Komorbid Pada Penderita Covid
Banyak pendapat sembarangan yang menyatakan bahwa virus Covid tidak berbahaya, yang membuat sakit adalah penyakit penyerta atau komorbid.
Untuk lebih jelasnya komorbid atau penyakit penyerta adalah beberapa penyakit yang telah diderita oleh seseorang, yaitu:
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Penyakit kardiovaskular
- Geriatri
- Penyakit paru
- Penyakit ginjal
- Obesitas
- Penyakit syaraf
Ternyata menurut paparan dr. Heidy, justru Covid-19 ini paling banyak menyerang orang-orang yang menderita penyakit komorbid tersebut.
Masalahnya adalah virus-virus ini kan tidak pilih-pilih. Mana tahu, seseorang sehat atau mempunyai penyakit komorbid, bukan?
Apalagi ada persyaratan, untuk mendapatkan vaksinasi adalah orang-orang yang tidak mempunyai komorbid.
Jadi seolah-olah, bagi orang-orang yang mempunyai komorbid tidak ada perlindungan untuk menghadapi virus jahat ini.
Tes PCR untuk Menegakkan Diagnosis
Tes PCR dan swab merupakan alat ukur untuk menegakkan diagnosis seseorang benar-benar sakit setelah adanya gejala atau dugaan tertular virus.
Sebetulnya penjelasannya agak teknis, karena harus dilakukan tes berulang. Ada PCR1, PCR2. Tes setelah hari ke 14 (setelah isoman) atau mewaspadai sendiri gejala yang timbul. Ada bagusnya menyimpan Oxymeter di rumah untuk mengukur kadar oksigen di paru-paru.
Saran dokter, kalau memang sudah sembuh jangan bolak-balik tes PCR karena bisa setres sendiri, karena hasilnya mungkin akan positif. Hal ini karena di tubuh pasien masih ada virus, hanya saja tidak aktif.
Agak membingungkan sih bagi saya…
Ya memang Covid juga ada julukan sebagai penyakit seribu wajah, karena gejalanya yang berubah-ubah.
Klasifikasi Derajat Keparahan
Berikut adalah klasifikasi derajat keparahan yang menunjukkan seseorang hanya isolasi mandiri pasien Covid bila memang positif atau harus dibawa ke rumah sakit. Ada 5 klasifikasi keparahan:
Tanpa Gejala
Tanpa gejala sering disebut sebagai OTG (orang tanpa gejala).
Ketahuan sakit Covid setelah dilakukan tes Swab PCR atau Swab Antigen Positif
Ringan
Gejala ringan tanpa bukti pneumonia virus/ hipoksia
Demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, myalgia
Gejala tidak spesifik: nyeri tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual, muntah, anosmia (tidak bisa mencium bau), ageusia (tidak bisa merasakan rasa di lidah)
Gejala atipikal pada pasien tua
Sedang
Terbagi menurut pasien remaja-dewasa dan anak
Remaja-dewasa:
Tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat)
Tanpa pneumonia berat SpO2 >93%
Anak-anak:
Klinis pneumonia tidak berat
Tanpa pneumonia berat
Berat
Gejalanya tentu saja lebih berat daripada yang sedang.
Bagi remaja-dewasa, SpO2 <93% dan distres pernapasan berat.
Sedangkan bagi anak-anak selain gejala yang sama dengan gejala pada remaja-dewasa, juga disertai tidak mampu minum/menyusu, kehilangan kesadaran, dan kejang.
Kritis
Pasien kritis terjadi hal-hal berikut:
ARDS, yaitu putih seluruh paru
Sepsis, yaitu virusnya sangat banyak
Syok sepsis, syok akibat virus
Alur Penatalaksanaan Pasien Covid
Berikut adalah diagram, apa yang harus dilakukan terhadap pasien Covid
Dari alur penatalaksanaan tersebut dapat dilihat bahwa seseorang dirujuk ke rumah sakit bila di tahap sedang, berat, dan kritis. Sedangkan pada tahap tanpa gejala dan gejala ringan, cukup isolasi mandiri di rumah atau di tempat lain yang terpisah dari orang sehat. Lagian, rumah sakit penuh juga sih…
2 – Isolasi Mandiri Saat Terinfeksi Covid-19: Apa yang Harus Saya Lakukan?
Selanjutnya presentasi dari Dr.dr. Erlina Burhan, MSc. SpK(K), yang diawali dengan kondisi di lapangan per 20 Juni, bahwa di 24 Kabupaten/Kota di Indonesia rata-rata BOR >90%.
Tertinggi di Jakarta, diikuti oleh Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan DIY. Angka ini sudah melebihi yang disarankan WHO, yaitu sekitar 75%.
Kali ini dokter Erlina memaparkan dari mana asal muasal seseorang terpapar virus Covid ini.
Ternyata ada bisa disebabkan hal-hal berikut:
- Makan bersama
- Menghadiri acara pemakaman
- Rapat tatap muka
- Olahraga bersama
- Foto bersama lepas masker
- Acara pernikahan
- Kunjungan rumah
- Transportasi umum
- Kunjungan ke mall dan tempat umum lainnya
Sekarang ini virus Covid telah bermutasi dan mempunyai daya penularan yang lebih cepat, sehingga memang harus mematuhi protokol kesehatan bukan hanya 3M saja tetapi 5M, deh…
- Memakai masker. Informasi terakhir bahkan, kita harus memakai masker dobel, yaitu masker medis, kemudian lapisan luar masker kain.
- Menjaga jarak
- Mencuci tangan
- Menghindari kerumunan
- Mengurangi mobilitas
Menurut dr. Erlina, memang karakter virus itu secara alami bermutasi. Bedanya ada yang bermutasi ringan, jadi cuekin aja, tetapi ada yang bermutasi yang justru lebih berbahaya.
Virus Covid yang terakhir terdeteksi sudah menjadi beberapa varian, yaitu Alpha, Beta, Gamma, Epsilon, Iota, dan Delta. Bahkan baru tadi baca di berita online, sudah ada varian Kappa.
Duuuh…mosok sih, kita membiarkan sampai ke varian Omega (abjad terakhir/ ke-24 huruf Yunani).
Ancaman Baru Virus Covid Varian Delta
Sekarang ini yang paling banyak di Indonesia adalah varian Delta, yang menyerang penderita dewasa muda dan anak-anak, jadi bukan lagi menyerang orang tua dan komorbid saja.
Biasanya bila seseorang kena virus, maka sistem imun tubuhnya akan melawan virus tersebut. Tetapi varian Delta mempunyai kekhasan yang bisa mengelabui sistem imun tubuh kita sehingga menjadi sakit.
Penularan di rumah tangga, 60% lebih tinggi ditularkan oleh varian Delta daripada varian Alpha.
Varian Delta juga yang menyebabkan tingginya okupansi rumah sakit.
Nah, menurut dr. Erlina kalau engga mau ada mutasi-mutasian lagi virus Covid ini ya harus dicegah. Caranya yaitu menjaga imun tubuh agar tidak tertular dan ikut vaksinasi.
Menurut data per tanggal 26 Juni 2021, penduduk Indonesia baru 40.349.049 yang divaksinasi, dari target 80 juta.
Padahal untuk mencapai herd immunity, harusnya 70% dari penduduk Indonesia yang sudah divaksin, yaitu sekitar 180-an juta.
Masih jauh ya kita…
Jangan dibandingkan atuh ya dengan Singapura, Jerman, Perancis, Amerika, yang sudah boleh jalan-jalan biasa, bahkan lepas masker. Ya kalik, mereka sudah 80% penduduknya divaksin.
Bahkan Cina sudah lebih dari 1 milyar penduduk yang divaksin.
Atuhlah euy, geura divaksin deh…
Sementara ini engga usah pilih-pilih vaksin juga sih.
Lebih baik divaksin daripada tidak divaksin
Kapan Harus Isolasi Mandiri
Berikut siapa-siapa saja yang harus isolasi mandiri:
- Jika dinyatakan positif Covid melalui PCR walaupun tanpa gejala dan tidak ada sesak. Tetapi bila sesak napas (lebih dari 24 kali dalam 1 menit), saturasi oksigen < 94% maka harus dibawa ke rumah sakit.
- Jika kontak erat dengan pasien Covid
- Jika kontak erat dengan pasien bergejala Covid
Jadi tidak perlu menunggu hasil PCR, pokokna mah, isoman aja deh.
Nah, tetapi isoman atau isolasi mandiri pasien Covid di rumah ya ada syaratnya juga.
Bisa dilakukan bila di rumah ada ruang sendiri terpisah dari orang lain, dan tidak ada bayi-lansia-orang dengan sistem imun rendah serta tidak ada orang dengan komorbid.
Berat banget yah…
Mana, jarang kan di rumah ada kamar terpisah gitu.
Kalau tidak ada, harus segera menghubungi Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Sekarang ini beberapa pemerintah daerah dan kota telah menyiapkan fasilitas, misalnya pengusaha hotel atau sekolah yang untuk sementara dialih-fungsikan menjadi tempat-tempat untuk isoman, selama 10-14 hari.
To-do-List yang dilakukan Saat Isolasi Mandiri
Nah, isoman bukannya engga ngapa-ngapain lho ya…
Berikut hal-hal yang bisa dilakukan selama isoman selain tentu saja hal-hal sehari-hari yang biasa dilakukan di rumah pada saat isolasi mandiri pasien Covid.
- Buka jendela kamar agar matahari dan udara segar mengalir ke dalam ruangan
- Berjemur matahari antara 10-15 menita antara jam 10:00-13:00
- Pakai masker saat bertemu keluarga di rumah
- Rutin cuci tangan dengan air mengalir dan pakai hand sanitizer
- Olahraga rutin 3-5 kali seminggu
- Makan makanan bergizi 3X sehari
- Pisahkan cucian kotor
- Bersihkan kamar
- Cuci alat makan terpisah
- Periksa suhu tubuh dan saturasi oksigen pagi dan malam
- Tidur di ruangan terpisah dengan anggota keluarga lain
Obat/Suplemen yang Perlu Diminum
- Vitamin C, 500 mg, 2X sehari
- Vitamin D, 400-1000 IU, sekali sehari
- Lanjutkan obat-obatan untuk penyakit penyerta
- Obat-obatan herbal yang teregistrasi BPOM
- Khusus gejala ringan bisa minum obat anti virus atas resep dokter
- Bila ada gejala bisa minum paracetamol
Ada yang menarik pada sesi tanya-jawab sesudah para narasumber tersebut selesai presentasi, yaitu membahas obat yang sedang viral: Ivermectin.
Perlu diketahui Ivermectin adalah obat cacing atau parasit untuk manusia dan hewan. Obat ini masih uji klinis di 8 rumah sakit, jadi harap masyarakat bersabar, kapan rilis, apakah obat ini memang ampuh untuk virus Covid atau tidak. Intinya Ivermectin ditemui bermanfaat untuk mencegah replikasi virus.
Jangan sampai juga lho, mentang-mentang obatnya sudah ada lalu kita tidak mau vaksin dan tidak menerapkan protokol kesehatan 5M.
Atuh euy, itu mah muter-muter aja engga ada ujungnya.
Kesimpulan
Virus, kuman, bakteri, entah sejak kapan ada di muka bumi. Salah satu cara agar kita terlindungi adalah dengan melakukan vaksinasi, seperti yang dilakukan pada anak-anak yaitu imunisasi untuk DPT untuk melawan virus difteri-partusis-tetanus. Begitu pula dengan virus Covid-19, yang nyata-nyata masih ada menjelang dua tahun ini. Ada prediksi bahkan, kita masih harus berperilaku melakukan 5M ini hingga 5 tahun ke depan, bila melihat perilaku orang-orang sekitar kita yang masih abai terhadap adanya virus.
Dr.dr. Erlina Burhan pada akhir presentasinya menjelaskan biarkan virus bermutasi, karena memang karakter alam virus bermutasi. Kitalah manusia ini yang juga harus turut bermutasi, menjagi agen perubahan, mengajak teman-teman, keluarga, tetangga, karyawan, orang lewat, untuk tetap menerapkan 5M.
Ajak juga dan jelaskan ke sekitar kita untuk mendaftar mengikuti program vaksin yang mulai dibuka di banyak tempat untuk usia 12 tahun ke atas. Bahkan uji coba klinis, mungkin akan diterapkan juga ke anak-anak dan perempuan hamil.
Semoga bermanfaat! Sehat-sehat yah…
Saya juga sempat isoman Bund karena terpapar covid akhir bulan mei kemarin, alhamdulillah bisa melewati masa kritis hingga akhirnya bisa membaik dan sembuh. Memang harus benar2 mengikuti prokes meskipun isoman di rumah, biar tidak menularkan ke anggota keluarga yang lain.
Mematuhi prokes selama isolasi dan disiplin dalam mengkonsumsi vitamin, memenuhi asupan gizi dan waktu isolasi sesuai anjuran, insya Allah akan membuat proses penyembuhan dapat berjalan baik, dan cepat. Terima kasih sharingnya Bunda, bisa menjadi referensi buat kita semua.
Lengkap banget teh artikelnya. Nuhun pisan. Lebih enak dibaca daripada yang sering beredar. Duh tapi semoga saya dan keluarga juga tidak perlu menerapkan hanya jadi pengetahuan saja. Heuheu.
Kerem teh informasinya lengkap dan ga menakut-nakuti. Jadi untuk pengetahuan yang bagus dishare ke kerabat dan keluarga. Semoga Allah lindungi kita selalu ya teh.. aamiin..
Alhamdulillah, kami masih 5M sampai hari ini. Tapi qadarullah akhirnya sudah disambangi Covid. Cuma tetep waspada karena lingkungan rumah dan tempat kerja suami banyak yg positif. Untuk stock vitamin kami selalu ada vit C, D, E dan B. Yang C sama D ini rutin, kalau E dan B kita kasih jarak konsumsi. Semoga dengan mengetahui protokol isoman jadi makin banyak yg paham dan dapat mengurangi kepadatan di RS.
Wah makasih teeh infonya lengkap bangeet. Aku pun di rumah udah ngestok vit C dan D nih buat rutin diminum. Semoga kita semua terjaga yaa dr covid
Aku bacanya berasa ikut seminarnya teh.
Semoga yang sedang isoman lekas diberi kesembuhan. Tulisannya sangat bermanfaat. Turut berduka cita yang paling dalam buat keluarga yang kehilangan anggota keluarga karena covid 19, semoga selalu diberi ketabahan. Sedih rasanya melihat kondisi saat ini apalagi lihat antrian jenazah di TPU bahkan ada di salah satu RS, jenazah masih antri dilorong RS untuk di urus ke pemakamkan.
Semoga varian Delta ini terakhir teh jangan sampai Kappa.
Semoga yang belum vaksin menyegrakan diri, tidak pilih-pilih vaksin ini kapan ya, atau ketakutan tingkat tinggi sampai gak mau vaksin.
Setuju, selalu terapkan 5M. Semoga pandemi lekas berlalu. Aamiin.
Terima kasih informasinya yah. Kadang-kadang bingung juga yah kalau ada yang perlu Isoman, apa yang perlu dilakukan. Tulisan ini membantu banget.
Alhamdulillah lebih detil baca ttg Covid dari artikel ini. Yang gejala ringan aja sebenarnya lumayan ya. Ya semoga semua disembuhkan dari Covid ini
Paksu kena semingguan lalu. masuk gejala ringan. Alhamdulillah ada paracetamol, berjemur dan konsumsi vitamin, makan sehat. Sekarang sudah ok, tinggal sisa separuh anosmia.
Lengkap sekali infonya. Memang ada tahapan penanganan jika ternyata positif Covid-19 dan lebih baik jika tidak bergejala atau ringan kalau memungkinkan isoman di rumah saja lebih aman dan nyaman.
Seperti kakakku (sudah vaksin dari Maret) bulan lalu gejala sedang, dia survivor kanker akhirnya saat masuk IGD diminta rawat inap..sepuluh hari setelah itu tes lagi negatif, diperbolehkan pulang lanjut isoman di rumah. Suaminya (sudah vaksin juga) juga sama, beda RS tapi karena penuh. Kedua anaknya satu positif OTG, satu negatif. Alhamdulillah mereka sedang pemulihan di rumah
Semoga kita sehat selalu:)
Aku pernah swap antigen Alhamdulillah negatif. Memang yang aku takutkan itu penyakit bawaan sih mbak. mengingat aku punya hipertensi. Semoga kita semua dijauhkan dari Covid-19 ya mbak dan ga pake acara isoman. Aamiin
Mba Haniii ini lengkaaapp kaapp banget!
Bisa aku forward artikel ini ke sodaraku yg sedang isoman
karena yaaa, pasien covid pastinya panik dan bingung
banyak info simpang siur yg beredar plus berita dukacita yg ga brenti2
semangaaattt semuanyaaaa
kemarin aku isoman mbak hani, rasanya beraaaat sekali. padahal aku gejalanya ringan, hanya anosmia, batuk, pusing, mual. checlist isoman itu yg kulakukan hanya makan, tidur dan berjemur beberapa kali. buat olahraganya rasanya berat sekali. alhamdulillah hari ini bisa juga melewati semua. semoga kita diberikan kesehatan lahir dan batin ya mbak.
Artikelnya bermanfaat sekali ini. Lengkap, penjelasannya enak dibaca dan mudah dipahami. Semoga makin banyak warga negara kita yang sadar untuk segera vaksin ya. Supaya Indonesia bisa sehat lagi dan terbebas dari pandemi yang nggak kelar-kelar ini..
Wah jadi terbantu mendapatkan informasi lengkap tentang isoman dan tahu kapan harus isoman atau justru harus ke fasilitas kesehatan terdekat, apalagi akhir-akhir ini penyebaran varian delta sangat cepat, sehingga kita harus memiliki imunitas yang baik apalagi jumlah yang sudah divaksin masih belum banyak.
Banyak informasi yang beredar soal isoman ini, tapi membaca artikelnya Bunda Hani, rasanya kayak mak cling, lebih mendapat pencerahan. Semoga semua yang sakit baik di rumah sakit maupun sedang isoman segera sembuh, dan semoga kita semua disehatkan.
Alhamdulillah, setelah membaca artikel ini menambah wawasan tentang percovidan. Syukur di daerah kami belum ditemui kasus covid. Terima kasih telah berbagi, Mbak Hani. Selamat malam. Salam sehat buat keluarga di sana ya.
Awal Cov-19 datang masih yang individu, kalaupun tertular biasanya dari tekan setempat kerja. Kini, sudah menular menjadi sebuah cluster.
Semakin seram yaa…rasanya.
Smeoga info ini bisa semakin banyak yang membaca, karena sangat edukatif sekali dengan bahasa yang mudah dipahami.
Aku ijin share ke twitter yaa, kak..
Semoga kita semua dijauhkan dari c19 yang terjangkit cepat disembuhkan, sedih kalo sampe orang terdekat terkena ini.
Alhamdulillah ada tulisan lengkap prosedur isoman, bisa direferensikan buat teman-teman lain yang sedang membutuhkan. Jujur aku juga clueless kalau harus menghadapi sendiri, info2 penting harus disimpan supaya nggak bingung.
Sejujurnya sudah lelah juga dengan pandemi yang belum usai. Apalagi sekarang ada Varian baru delta yang lebih ganas. Berita kematian pun sering dijumpai, hampir setiap hari ada kabar tentang ini.
Makasih sharing tentang isomannya Mba. Lengkap sekali semoga banyak yang terbantu saat mencari informasi dengan membaca blog post ini
isolasi mandiri jadi pilihan saat ini ya mbak
tapi memang harus ada persiapan dan melihat kondisinya ya mbak
Harus hati hati ya kita… Informasi keren nih aku jd tau apa yang harus di siapin di p3k rumah