Game-based learning adalah cara belajar melalui permainan. Artinya yang menjadi pokok adalah tujuan pembelajaran. Sedangkan game hanyalah alat sebagai sarana untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pembelajaran terjadi ketika anak memainkan game tersebut. Dalam game-based learning, game yang digunakan bisa digital atau non-digital.
Jenis-jenis Game untuk Proses Belajar
Setelah pembahasan saya tentang cara belajar di artikel sebelumnya, yaitu cara belajar tematik dan belajar berbasis proyek. Maka pembahasan kali ini adalah game-based learning.
Jenis-jenis gamenya ada game digital dan non-digital. Untuk non-digital bisa berwujud boardgame atau permainan fisik. Game yang digunakan juga bisa menggunakan game yang dirancang khusus untuk proses belajar, tetapi bisa juga menggunakan game umum yang dimanfaatkan untuk proses belajar tentang hal tertentu. Dalam game-based learning, dimungkinkan penggunaan simulasi.
Contoh game-based learning adalah Minecraft Edu, memanfaatkan game Minecraft yang disukai anak-anak sebagai alat belajar untuk berbagai hal seperti matematika, language art, sains, sejarah, budaya, dan computer science.
Walaupun jenis game ada dua yaitu digital dan non-digital, tetapi bisa juga hal-hal sehari-hari di lingkungan kita yang diarahkan mempelajarinya dengan cara bermain.
Cara ini disebut sebagai gamification, yatu menambahkan elemen-elemen game pada kegiatan non-game. Misalnya pada kegiatan pelatihan, parenting, atau pembelajaran yang serius.
Tujuan dari penambahan elemen game dalam kegiatan non-game adalah mendorong perilaku tertentu. Misalnya agar peserta semangat, membuat seru suasana, berkolaborasi dengan teman yang baru kenal, menumbuhkan sifat kompetisi, dan lain-lain.
Contoh Game Non-Digital
Game non-digital sering dianalogkan sebagai board games, yaitu permainan yang menggunakan papan. Walaupun tentu saja tidak terbatas pada board games saja.
Intinya game non-digital adalah melepaskan anak dari ketergantungan pada gadget. Bermain petak umpet, main bola, atau kejar-kejaran di lapangan bisa dikategorikan juga sebagai game non-digital.
Nah, berikut adalah beberapa board games dan game non-digital yang bisa menjadi landasan game-based learning, yaitu:
Ular Tangga
Permainan ini sangat populer sampai saat sekarang. Permainan ini bisa dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan papan yang mempunyai kotak-kotak bernomor disertai ular dan tangga.
Tujuan dari game ini adalah mengikuti berapa banyak angka dari dadu yang Anda kocok, mulai dari start (kotak paling bawah) sampai finish (kotak paling atas). Melalui permainan ini anak belajar berhitung, menunggu giliran, dan membaca perintah yang tertera pada papan permainan.
Candy Land
Candy Land adalah racing board game yang sederhana. Permainan ini tidak membutuhkan keahlian membaca atau berhitung, sehingga sangat cocok untuk menjadi pilihan permainan anak-anak anda yang masih berusia dini.
Monopoly
Monopoly adalah board game yang dibuat atas konsep ekonomi Monopoli. Si pemain harus bergerak di atas papan dengan aktivitas membeli atau menjual properti, mengembangkan properti yang dimiliki dengan membangun rumah dan hotel, tentunya dengan menggunakan uang palsu ala Monopoly.
Permainan ini ditengarai mengajarkan anak mengatur strategi investasi yang menjadi dasar berpikir ekonomi di dunia nyata nantinya.
Permainan ini sangat diminati sampai sekarang, bahkan dibuat versi mobile gamenya untuk para pemakai smartphone oleh salah satu aplikasi pesan instan populer pada saat ini.
Jenga
Permainan ini menguji mental pemainnya untuk berpikir secara strategis. Selama permainan, para pemain mempunyai giliran untuk mengambil satu blok kayu dari menara kayu yang terdiri dari 54 blok. Setiap blok yang diambil harus ditaruh kembali ke sisi paling atas, menutupi bagian atas agar seimbang namun juga tetap menjaga kestabilan bagian bawah yang bloknya telah di ambil.
Boggle
Bagi Anda yang familiar dengan Scrabble, Boggle mungkin bisa menjadi alternatif permainan selain Scrabble. Boggle adalah word game yang didesain untuk bisa dimainkan dengan menggunakan dadu-dadu kecil berhuruf, dimana para pemain bisa merangkai kata-kata dari huruf-huruf yang berdekatan.
Mouse Trap
Board game ini sangat menarik dan bisa dimainkan sampai dengan empat pemain. Para pemain harus bekerja sama membangun perangkap tikus di atas papan permainan. Ketika perangkap tikus telah dibuat, para pemain harus memainkan tikus dengan melangkah sampai ke garis finish dan menghindari perangkap yang sudah dibuat.
Twister
Twister adalah permainan yang menguji keahlian fisik dan bisa dimainkan di atas karpet plastik besar. Karpet ini mempunyai 4 baris yang berisi lingkaran warna-warni di setiap barisnya. Para pemain harus mengikuti instruksi dimana mereka harus menaruh kaki dan tangan di lingkaran warna-warni yang tersedia.
Blokus
Blokus bisa dimainkan oleh dua orang sampai dua pemain. Permainan ini menyajikan board yang terbagi sampai dengan 20 baris dan 20 kolom dengan total 400 kotak kecil dimana para pemain harus melengkapi kotak-kotak tersebut dengan blok warna-warni seperti tetris.
Fireball Island
Permainan ini sangat unik dan menarik karena tampilan papan tiga dimensinya membuat para pemain seakan-akan berada di dalam sebuah miniatur pulau kecil. Tujuannya sederhana, para pemain harus mengontrol sepanjang jalan di pulau dan menghindari rintangan fireball.
Trouble
Trouble adalah board game dimana para pemain bisa berkompetisi untuk bisa menjadi yang pertama mengurutkan 4 biji kecil warna-warni di papan permainan. Biji ini bergerak sesuai dengan dadu yang diputar di tengah-tengah papan permainan.
Penutup
Dari 10 daftar Board Game di atas, bisa dipilih mana yang paling sesuai dengan usia anak. Perlu diingat bahwa game-based learning ini sebaiknya didampingi atau diawasi oleh orang tua atau guru pendamping.
Pada saat bermain ini bisa disisipkan pesan-pesan bagi anak-anak terutama dalah strategi bermain tersebut.
Sebagai hiburan, game ditujukan untuk membuat senang dan bahagia. Efek game, baik pada saat memainkan maupun setelah bermain harus berdampak semangat dan kebahagiaan. Anak menjadi lebih bersemangat menjalani harinya dan menjalani kegiatan-kegiatan lainnya.
Jika game membuat anak marah-marah dan tidak bisa mengontrol diri, berarti game tidak berfungsi dengan benar. Jika di luar sesi main game anak menjadi kurang konsentrasi dan lebih emosional, berarti dampak game buruk buat anak sehingga perlu dikoreksi.
Semoga bermanfaat.
Sy sebagai seorang pendidik seringkali memanfaatkan game sebagai penghilang kejenuhan belajar siswa. Membangkitkan semangat belajar mereka kembali. Makasih game2 di atas sudah dijelaskan. Insha allah akan dicoba sesuai kebutuhan.
Dari semua jenis games itu, saya paling suka permainan monopoli. Asyik saja gitu kayak mainin duit beneran, hahaha.
Bermain adalah dunia anak… dan ini yang saya coba pelajari juga kembali, karena dari bermain rupanya anak dapat menyerap banyak hal dengan baik…
Permainan saat ini masih enak dipakai di saat longgar waktu. Monopoli salah satunya mulai jaman kecil dahulu