Emosional anak usia dini – Keluarga adalah lingkungan pertama yang menuntut anak supaya mampu menyesuaikan diri dengan baik sejalan dengan usia dan kematangannya. Pola asuh orang tua memiliki peran besar dalam memberi pengaruh pada pendidikan anak.
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, yang memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons rangsangan dari lingkungannya. Masa ini merupakan saat yang paling tepat untuk meletakkan dasar pertama dan utama dalam mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, spiritual, konsep diri, dan kemandirian.
Hakikat Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki batasan usia tertentu, karakteristik yang unik, dan berada pada
suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan berikutnya.
Menurut definisi ini anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada pada proses pertumbuhan dan perkembangan, anak usia dini menjadi 0-3 tahun, 3-5 tahun, dan 6-8 tahun.
Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah individu yang unik yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, sosio- emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah usia 0 sampai 6 tahun yang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, dan perkembangan yang sangat fundamental untuk perkembangan selanjutnya. Pada usia dini disebut dengan golden age, karena pada masa ini masa emas yang sangat menentukan bagaimana kehidupan anak selanjutnya.
Macam-macam Pola Asuh Orang Tua
Setiap keluarga menerapkan polah asuh yang berbeda-beda. Ada bermacam-macam pola asuhan orang tua. Secara umum Hurlock membagi tiga macam pola asuhan diantaranya:
1 – Pola asuhan Authoritarian (otoriter)
Dengan ciri-ciri orang tua memaksakan kehendak pada anak, mengontrol tingkah laku anak secara ketat, memberi hukuman fisik jika anak bertindak tidak sesuai dengan keinginan orang tuas, kehendak anak banyak diatur orang tua.
Pada pola asuh jenis ini biasanya anak-anak tidak memiliki kebebasan untuk menentukan keputusan, bahkan untuk dirinya sendiri karena semua keputusan berada di tangan orang tua dan dibuat oleh orang tua, sementara anak harus mematuhinya tanpa ada kesempatan untuk menolak ataupun mengemukakan pendapat.
Ciri khas pola asuh ini diantaranya adalah kekuasaan orang tua dominan jika tidak boleh dikatakan mutlak, anak yang tidak mematuhi orang tua akan mendapatkan hukuman yang keras, pendapat anak tidak didengarkan sehingga anak tidak memiliki eksistensi di rumah, tingkah laku anak dikontrol dengan sangat ketat.
2 – Pola asuh Authoritative (Demokratis)
Pola asuh ini menggunakan pendekatan rasional dan demokratis. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan yang realistis. Tentu saja tidak semata-mata menuruti keinginan anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak menghargai kebutuhan yang penting bagi kehidupannya.
Orang tua juga melakukan pengawasan terhadap aktifitas anak. Anak-anak diberi kebebasan untuk berarktifitas dan bergaul dengan teman-temannya. Orang tua memberikan kebebasan disertai tanggung jawab, bahwa sang anak bisa melakukan kegiatan dan bersosialiasi dengan yang lainya. Penugasan dan tuntutan tanggung jawab dilakukan secara wajar.
Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis ini, biasanya menawarkan berbagai kehangatan dan menerima tingkah laku asertif anak mengenai peraturan, norma, dan nilai-nilai yang dianut dan mau bernegosiasi dengan anak. Dengan aturan yang jelas dan konsisten, anak-anak akan belajar mengetahui apa yang diinginkan dan diharapkan orang tua.
3 – Pola asuh Permissif
Pada jenis pola asuh ini orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak. Cirinya orang tua bersikap longgar, tidak terlalu memberi bimbingan dan kontrol, perhatian pun terkesan kurang. Kendali anak sepenuhnya terdapat pada anak itu sendiri. Anak dapat mempelajari banyak hal melalui pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, termasuk juga belajar tentang kepribadian.
Kesimpulan
Jika pola asuh yang diterapkan oleh orang tua itu positif maka dampak yang muncul pada anak pun akan positif, akan tetapi sebaliknya jika pola asuh yang diterapkan negatif maka dampak pada perkembangan emosional anak pun akan negatif. Pada dasarnya setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi yang terbaik dari anak-anak lain.
Orang tua harus tepat memilih dan menerapkan pola asuh terhadap anaknya, agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya. Gaya pengasuhan orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi pada perkembangan emosional anak.
Gaya pengasuhan orang tua yang baik akan membawa pengaruh positif, akan tetapi sebaliknya apabila gaya pengasuhan orang tua tidak baik maka dampak nya akan negatif.
Semoga bermanfaat.