Rumah Menara Sumba – Indonesia terkenal dengan istilah zamrud khatulistiwa, selain kaya dengan keanekaragaman flora dan fauna, juga kaya dengan keanekaragaman adat dan budaya. Salah satu ciri khas dari budaya suatu daerah adalah rumah tradisionalnya. Rumah Joglo sering banget, kan, kita lihat bentuk rumah dan dengar istilahnya. Rumah Gadang? Sudah tahu juga pasti. Iya, itu rumah tradisional dari Minangkabau.
Boleh dibilang dari Sabang sampai Merauke mempunyai bentuk rumah tradisional yang unik dan eksotis. Mungkin banyak yang belum tahu rumah tradisional bernama Rumah Menara di pulau Sumba. Sebuah pulau seluas 10.710 km2 di selatan pulau Flores.
Rumah Menara Sumba
Hmm…dari namanya, yang terbayang pasti sesuatu yang tinggi menjulang. Rumah Menara adalah rumah adat di pulau Sumba, dengan desain bagian tengahnya tinggi ditopang oleh empat kolom.
Rumah Menara dalam bahasa asli suku Sumba bernama Uma Bokulu, berarti rumah besar atau disebut juga Uma Mbatangu, berarti rumah menara. Secara filosofi, rumah-rumah adat suku Sumba yang dibuat tinggi bagian atapnya, adalah sebagai ruang komunikasi dengan Marapu. Marapu merupakan kepercayaan akan roh-roh leluhur yang masih sangat kuat di pulau Sumba.
Sebetulnya desainnya sederhana, berbentuk segiempat, dengan kolom empat buah sebagai penopang atap bagian tengah. Kemudian melebar dengan ukuran yang kira-kira sama modulnya, sehingga membentuk keteraturan 12 kolom sekeliling rumah. Dinding rumah di keliling bangunan tak berjendela. Sedangkan rumah merupakan rumah panggung, dengan bagian bawah rumah sebagai kandang ternak atau untuk menyimpan alat pertanian.
Bagian tengah di antara keempat kolom tersebut, berfungsi sebagai dapur. Menurut filisofi warga Sumba, area ini sekaligus berfungsi menghangatkan rumah.
Uniknya bila mengamati denah Rumah Menara, pembagian area berdasarkan gender. Jadi ada area untuk perempuan, dan ada area untuk laki-laki. Begitu pula pintu keluar-masuk dan teras rumah, pintu dan teras untuk perempuan berbeda dengan laki-laki.
Seperti halnya banyak bangunan tradisional di Indonesia, Rumah Menara di Sumba struktur utamanya terbuat dari kayu, sedangkan lantai dan dinding merupakan susunan bambu bulat atau kayu. Atapnya terbuat dari ilalang. Tinggi Rumah Menara secara keseluruhan antara 10 hingga mencapai 14 meter. Berarti hampir setinggi rumah modern tiga lantai.
Padahal teknologi membangunnya masih memakai metode tradisional, dengan cara bergotong-royong.
Bila dilihat dari kosmologi secara vertikal, Rumah Menara terbagi menjadi tiga bagian. Bagian atas (atap) adalah dunia atas (sacred). Bagian badan rumah adalah dunia tengah, tempat aktivitas manusia (profane). Sedangkan bagian bawah merupakan bagian kotor.
Kampung Adat Praijing, sumber: LPPM Universitas Kristen Petra
Rumah Menara di Kampung Adat Ratenggaro, sumber: skygrapher
Rumah Menara di Kampung Adat Prailiu, sumber: indonesia.biz.id
Nah, bagaimana caranya teman-teman blogger bisa mengamati keeksotisan Rumah Menara di Sumba ini?
Paket Hemat Jalan-jalan ke Sumba Bersama Amabel Travel
Teman-teman, katanya, nih, orang yang tidak pernah jalan-jalan itu sama saja hanya membaca selembar halaman buku.
Ingin kan keliling Indonesia, menyambangi tempat wisata yang indah dan aneka ragam jenis wisata.
Selain menabung tentunya kita harus cermat mencari biro perjalanan yang terjangkau dan bertanggungjawab.
Ternyata ada paket hemat tour bersama Amabel Travel. Di halaman pertama websitenya saja sudah ada banner: “Yuk Kepoin Jadwal Kita”…”Harga Mulai dari 100ribuah Loh”
Berarti dalam satu tahun Amabel Travel sudah punya jadwal fix. Nah, kita yang masih aktif bekerja, bisa menyesuaikan dengan jadwal cuti.
Salah satu destinasinya tentu saja ada Mutiara Indonesia bernama Sumba.
Ada pilihan paket Tour Sumba 4D3N, ternyata biayanya Rp. 2.900.000,-, berarti kan tidak sampai 3 juta rupiah.
MURAH!
Sip. Dari sini ke mana lagi ya?
Nah, teman blogger Ayo Keliling Indonesia bersama Amabel Tour & Travel.
Sumber:
amabeltravel.com
Woow .. sangat unik sekali bentuk dan fungsi rumah menara di Sumba ini 👍 !
Pengin banget bisa kesampaian ngerasain berada di dalam rumah itu dan berbincang dengan penduduk di ruang khusus laki-laki disana, sambil bertanya keunikan budaya dan tradisi disana.
Semoga kelak terlaksana.
Amiiin. Saya sih ingin merasakan berkumpul mengelilingi dapur…
Sambil nyeruput kopi…
Makasih ya sudah mampir
Bunda Hani, rumahnya unik sekali yaa. Saya belum pernah ke Sumba 😍😍
Oh iyaa.. Kalau pakai Amabel paket 3juta kurang ya Bunda, cukup murah ya? 😊
Wah, ini info baru nih buat saya. Apalagi sy belum kenal budaya Sumba juga. Kalau di tempat sy paling rumah panggung, terus pagarnya dibentuk seperti motif Tapis, gitu kali ya
Wah Bunda Hani abis jalan-jalan ya. Semoga saya berkesempatan ke sana juga ya. *emak butuh piknik 😂
Ini dia artikel yang menang.. Memang keren.. Selamat jalan-jalan ya Mbak 😍😍
Saya menikmati sekali membaca artikel travelling ini mbak Hani. Nggak heran ya, bisa jadi jawara.
Sukses ya, Mbak Hani ^_^
Unik ya, atap rumah menara di di Sumba. Dibuat tinggi sekali. Pasti ada maksudnya dibuat setinggi itu, ya, Mbak?
Waaah….paparan ttg rumah adat yg menawan, ga salah klo juri memilohnya jadi juara. S3lamat ya Mba Hani
Wah, saya kira beneran menara Bun.. ternyata karena bentuknya yang menjulang ya dinamakan rumah menara …. hehe… aiih kapan saya bisa ke sini ya?
Kereen bunda hani. Selamat yaaa
Bentuk rumahnya sangat unik ya,bu.
Jadi pengen pergi kesana. Semoga ada kesempatan dan rejekinya, amin 😇
Pengin lihat langsung Bun. Mupeng jalan2 ke sana😊
Rumahnya unik ya, Bun. Yang membuat rumah ini semakin istimewa adalah filosofi bagian demi bagiannya itu. Memang tidak salahlah Indonesia ini memang kaya banget dengan budaya. Beda daerah, beda lagi filosofi rumah masyarakatnya. Hal itu membuatku semakin bangga aja jadi warga negara Indonesia ini. Doakan ya, Bun. Suatu saat pengen jugalah menjejakkan kaki di tanah Sumba ini. Tfs, Bunda Hani.