Dress code atau aturan berbusana, adalah semacam perjanjian tak tertulis, bahkan sekarang tertulis, yang berkaitan dengan pakaian. Pakaian seperti aspek lain dari penampilan fisik manusia memiliki makna sosial dengan aturan yang berbeda pada situasi dan kesempatan berbeda. Pada beberapa kesempatan dress code ini membuat pusing, karena dipaksakan dan membutuhkan biaya.
Misalnya dalam suasana berkabung, secara tak tertulis sering dianggap harus berpakaian warna hitam bila akan datang melayat.
Bagi wanitanya seringkali dilengkapi dengan memakai kerudung.
Walaupun warna hitam sebagai lambang berkabung sekarang mulai bergeser ke warna putih.
Warna putih pun sering dipakai pada acara pengajian atau siraman menjelang pernikahan seseorang.
Dalam satu hari seseorang bisa beralih antara dua atau lebih kode pakaian.
Misalnya pakaian kerja dan pakaian rumah.
Atau pakaian kerja, tetapi pulang kerja akan ke pesta reuni.
Maka dengan melepas atau menambahkan beberapa asesoris…voila jadilah tampilan yang berbeda.
Seringkali pada sebuah undangan perkawinan tertera, kode pakaian yang dianjurkan. Misalnya batik, warna hijau, warna merah, bunga-bunga, formal, smart casual atau tema film tahun tertentu.
Dress code (aturan berbusana) menjadi sangat penting dan membuat gundah apabila seseorang ada di suatu kesempatan suatu waktu dengan pakaian yang tidak tepat.
Misalnya pada suatu pesta pernikahan, individu tersebut datang dengan celana jeans dan kaos oblong.
Bisa dipastikan semua mata memandang padanya.
Kecuali individu tersebut mempunyai nyali yang cukup teguh, dia tetap berada disana sampai pesta usai.
Seringkali yang bersangkutan beringsut akan beranjak pergi.
Aduh, saltum nih!
dress code batik
Saltum, atau salah kostum menjadi istilah sehari-hari bila seseorang memakai pakaian tidak tepat kode.
Masyarakat dan budaya yang berbeda akan memiliki norma-norma berpakaian yang berbeda meskipun gaya Barat umumnya diterima sebagai valid.
Bahkan dalam bahasa Belanda ada istilah “kleren macht mannen“, terjemahan bebasnya adalah pakaian menjadikanmu seseorang.
Orang jadi terbawa menilai seseorang dari caranya berpakaian. Kita jadi membedakan orang yang memakai sarung berpeci dengan orang yang memakai jas berdasi.
Tetapi, cobalah berkunjung ke Myanmar, sarung merupakan pakaian resmi.
Jadi tak apa kuliah ke kampus memakai sarung.
Bahkan di kota Bandung, ada ketentuan Rabu Nyunda.
Maka seluruh institusi, pemerintah kota, anak sekolah dan guru, akan memakai baju tradisional ke kantor dan sekolah.
Untuk anak laki-laki memakai baju pangsi, celana dan baju hitam dan ikat kepala. Sedangkan anak perempuan memakai rok panjang batik dan kebaya putih.
Untuk pegawai pria ada yang hanya memakai ikat kepala saja, sedangkan pakaian wanita lebih beragam, memakai kebaya warna-warni dan kain atau rok panjang kain tradisional.
Dress Code = Seragam?
Dress code sering identik sebagai pakaian seragam.
Sejak TK anak-anak sudah mulai diperkenalkan dengan kode pakaian ini.
Mana pakaian sekolah, pakaian olahraga, pakaian pramuka, pakaian Muslim dan lain-lain.
Barangkali sang Bunda menjadi sibuk menyiapkan seragam yang berbeda di hari-hari tertentu.
Bahkan sang Bunda sendiri tidak kalah sibuk bukan?
Pengajian A, kode pakaian warna dan model Z. Reuni teman kuliah tahun sekian, adalah kaos warna tertentu model Y.
Wisata ke Ankor Wat, Cambodia, dengan dresscode batik Indonesia
Pada suatu kesempatan wisata bersama teman-teman, selain booking tiket, hotel, browsing tempat makan halal, dan mencicil iuran, maka yang perlu dibicarakan adalah dress code.
Minimal warna baju.
Awalnya teman-teman pria heran, apa pentingnya, sih, mengatur dress code untuk jalan-jalan.
Jalan-jalan ya jalan-jalan saja. Akhirnya toh mereka turut apa ide teman-teman wanita yang heboh urusan warna baju.
Hari pertama, pilihan warna antara kuning ke merah.
Hari kedua, batik ngejreng.
Hari ketiga, dan seterusnya…
Hasilnya…
Foto wefie dan foto di obyek wisata menjadi keren.
Sudah jauh-jauh pergi berwisata, masak fotonya tidak keren, bukan?
Ayo…siapa yang pusing dengan dress code?
Hallo Ibu. Eh kok kebetulan saya jg abis nulis ttg isi lemari alias pakaian.
Dress code itu bukannya menyederhanakan cara berpakaian ya, tapi malah meribetkan. Makanya jadi muncul pakaian resmi dan tidak resmi.
Makanya, kalo mau ke luar itu kerasa banget harus persiapan pakaian yg eye catching ya. Bakal kecewa seumur umur kalo hasil fotonya jelek. haha, saya ngalamin ini sih dulu
Wah serunya pakai dress code di acara jalan-jalan bareng ya bunda, jadi makin cantik hasil fotonya bareng teman-teman dan makin seru liburannya
Hihihi emang kalo pas ada acara trus pake dress code tuh rasanya lebih nendang ya Bun. Palagi kalo bajunya tuh kece abis, jadi bikin makin pede berfoto hehe. BTW aku bela-belain nyari wajahnya Bunda di foto pas di Ankor Wat itu loh wkwkwk…. terniyat
setujuu banget, kl ada dress code jadi bawaannya mikir banget karena harus nyesuain sama semuanya. terimakasih ya atas informasinya!
Wah setuju banget dengan adanya dress code kita bisa nyesuaiin sama temen-temen, dan terlihat serasi saat foto bersama. thankyou informasinya!