Istilah diet intermittent fasting saya peroleh dari Dr. Arief Soemarjono, SpKFR, seorang dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di sebuah klinik di Bandung.
Waktu itu saya merasa nyeri di persendian lutut dan setelah rontgen di sebuah rumah sakit khusus di jalan Halmahera, memutuskan untuk menjalankan terapi saja di klinik lain. Tentang sakit di persendian, Osteo Arthritis (OA) ini nanti saya ceritakan di kesempatan lain ya…
Kali ini saya mau cerita tentang Diet Intermittent Fasting dulu.
Setelah mengamati hasil rontgen, maka hasil konsultasi dengan dokter Arief tersebut saya menetapkan salah satu pilihan terapi di klinik tersebut.
Selanjutnya dokter Arief malah menyampaikan pesan menohok, bahwa saya harus menurunkan berat badan. Teorinya berat badan berlebih akan membebani lutut, apalagi semakin bertambah usia, bantalan lutut pun semakin aus.
Padahal saya tuh “cuma” lebih berat 4 kg dari perhitungan tinggi badan dikurang 100 itu loh. Sementara menurut dokter saya disarankan menurunkan BB, 8 kg. Tadinya saya pikir, cincailah menurunkan BB 4 kg. Haha…
Karena saya diam saja waktu dokter menyarankan menurunkan BB, beliau membuat sketsa sederhana Diet IF (intermittent fasting). Paling lambat makan malam pukul 19:00 dan stop makan nasi dan karbo.
Apa itu Diet Intermittent Fasting
Sejak diberi pesan diet IF tersebut, saya kan langsung browsing dan googling. Terus seliweran deh di IG saya macam-macam pola diet IF, macam-macam menu, dan olahraga/senam bagi orang yang mengalami masalah pada lutut.
Menilik kata “intermittent” kalau dalam bahasa Inggris artinya berselang-seling, terputus-putus, yang terjadi antara sebentar.
Jadi sebetulnya Diet Intemittent Fasting adalah kita berpuasa sebentar. Kemudian hari, Intermittent Fasting ini menjadi salah satu program diet, yang berkaitan dengan menurunkan berat badan.
Namanya juga puasa, tentunya kita tidak makan apa-apa selama jam puasa tersebut. Hanya saja, kalau IF, kita masih diperbolehkan minum. Berbeda dengan puasa bulan Ramadan, tidak boleh makan-minum dan persyaratan lainnya.
Selain itu ada jam puasa istilahnya fasting window dan jam boleh makan istilahnya feeding window.
Nah, ada beberapa komposisi perbandingan fasting window dan feeding window ini yang bisa dipilih disesuaikan dengan daya tahan masing-masing saja.
- 12:12 = 12 jam fasting window berbanding 12 jam feeding window
- 14:10 = 14 jam fasting window berbanding 10 jam feeding window
- 16:8 = 16 jam fasting window berbanding 8 jam feeding window
Contohnya ambil yang 12:12 tersebut.
Dalam satu hari ada 24 jam, kita mulai sarapan pukul 07:00, kemudian makan siang seperti biasa, boleh ngemil rendah kalori. Lalu makan malam pukul 19:00.
Setelahnya engga boleh banget makan lagi. Apalagi ngemil keripik kentang sambil nonton drakor. It’s a big NO. Belum lagi diam-diam bikin mie instant tengah malem, mana di luar hujan deras pula.
Minum air anget aja banyak-banyak kalau perut kruyuk-kruyuk tengah malem.
Bagi yang kuat, bisa mencoba yang perbandingan 16:8 tersebut. Jadi 16 jam tidak makan, hanya minum saja. Baiknya minum rendah gula dan rendah kalori.
Contohnya kalau terakhir makan malam pukul 19:00, maka baru makan pagi pukul 11:00 siang. Ini bisa dianggap makan siang sekalian. Praktis seseorang hanya makan utama 2x sehari. Cara ini menurut teman-teman anak saya sangat efektif, karena berat badan cepat turun.
Saya belum berani menerapkan metode 16:8 tersebut. Teman saya mencobanya, malah gliyengan dan deg-degan tengah malam, karena gula darah rendah. Menurut yang saya baca, diet intermittent fasting harus disesuaikan dengan usia sih. Sementara ini saya 12:12 saja dulu, kadang-kadang 14:10.
Manfaat Diet Intermittent Fasting
Setiap upaya diet adalah menjaga pola makan agar badan lebih sehat. Bahwa tujuan utama menurunkan berat badan belum tercapai, mungkin suatu saat. Kelak…
Itu pula yang saya rasakan bersama suami, sejak mengikuti pola makan IF ini. Badan terasa ringan dan tidur lebih nyenyak. Sebetulnya suami ya tidak ada masalah lutut, beliau menemani saya saja sih. Lagipula, sulit kan, saya diet sendirian, di sisi lain, menyiapkan makan buat keluarga.
Diet IF seperti yang banyak dishare di berbagai media sosial juga dibarengi dengan pilihan menu non-carbo atau rendah karbo.
Seperti yang saya tulis di awal artikel ini, bahwa Dr. Arief juga menyarankan stop makan nasi dan menggantinya dengan alpuket atau pisang, yang belum sepenuhnya kami terapkan.
Kami memang mencoba stop makan nasi, tetapi tetap makan karbo menggantinya dengan kentang, singkong, atau talas. Karbo masih perlu sih menurut saya, untuk energi.
Praktis kami stop beli beras deh…
Lalu kami makan apa sehari-hari?
Pagi kami sarapan buah, masih makan roti atau rebusan talas/singkong/ubi, dan minum teh hangat. Stop sarapan sepertinya sulit, karena saat sarapan tuh, paling enak buat ngobrol-ngobrol sama keluarga.
Selain itu saya suka banget bikin kue, cake, atau roti. Jadi aja, sulit banget menghilangkan sama sekali tidak makan karbo deh. Minum manis pun masih kadang-kadang.
Makan siang, pecel atau rebusan sayuran, dilengkapi protein hewani atau nabati. Protein ini bebas sih, bisa ayam bakar beli di warung Padang, ayam goreng, ikan panggang, bahkan daging steak. Haha…
Intinya makan pecel, ya sayuran doang, tidak pakai nasi. Bikin steak sendiri pun, daging dan sayuran saja, tanpa kentang. Dagingnya pun dipilih low fat.
Mirip-mirip lah sama diet Food Combining yang dulu terkenal. Tapi kombinasinya hanya sayuran-protein, bukan sayuran-karbo.
Malam, seperti anjuran dokter, terakhir makan pukul 19:00, menunya sama dengan yang dimakan siang hari.
Inilah contoh makan siang semangkok sapo tahu tanpa nasi atau sepiring lotek tanpa lontong/nasi.
Penutup
Mulai menjalani Diet Intermittent Fasting ini menjadi pola makan saya dan suami sehari-hari sejak enam bulan terakhir. So far sih fine-fine saja.
Badan terasa lebih ringan dan tetap sehat. Berat badan turun gak? Lumayan sih, turun 3 kg. Harus dibarengi dengan olah raga nih, supaya turunnya signifikan.
Rencananya kami akan tetap menjalankan IF ini, demi menjaga kesehatan lutut sih… Doakan kami teman-teman…
Pengakuan suami malah, sejak tidak makan nasi, perut jadi engga gendut. Sehingga pinggang lebih kecil dan celana terasa longgar. Belum diukur tepatnya sih berapa lingkar pinggangnya, tetapi beliau dengan bangga menunjukkan lingkar pinggang celana panjangnya yang kegedean.
Apa coba yang membuat berat menjalani diet IF ini?
Kalau ada teman-teman SMA datang dari Jakarta, main ke Bandung, lalu mengajak hang-out dari café ke café. Ini yang bikin berat.
Terpaksa deh cheating, ikut makan-makan…
Besoknya kembali lagi Diet Intermittent Fasting…
Semoga bermanfaat.
Sumber:
https://pharmaconic.com/intermittent-fasting-and-its-possible-health-benefits/
Artikel ini diikutkan tantangan 1Minggu1Cerita minggu ke-1 tahun 2024 “MEMULAI”
Yang berat ya, disiplinnya itu. Kalau puasa Ramadan kan, mending. Karena jalanin bareng. Kalau diet gini harus komitmen kenceng dari dalam diri
Aku jg lagi 12:12 nih mbak. Sama tabata karena ada adenomiosisi akhirnya dokter menyuruh aku untuk hidup sehat dn turunkan BB. alhamdulillah cm disuruh turun 2 kg dr 67 Kg hehehe tp itu jg luar biasa berjuangnya krn g blh makan gula. Pdhl aku pecinta manis.
Beneran ini tuh informatif banget. Sering-sering ya mbak bikin kaya gini. Cus langsugn pingin cobain diet intermitten nich.
Saya mempraktekkan intermittent fasting setelah food combining selama sekitar lima tahun lebih. Awal-awalnya cukup berat, apalagi saya memadukan keduanya. Tapi alhamdulilah, setelah 12 tahun menjalankan kedua tipe diet ini, program diet saya bisa dibilang sangat berhasil. Dari BB yang sempat 75kg sekarang sudah 55-56kg.
Meskipun pencapaian ini berproses, turunnya pelan-pelan, tapi yang pasti tidak yoyo. Ini yang menurut saya sangat penting untuk dicapai juga. Saya gak mau hasil diet yang drastis tapi kemudian balik lagi bahkan lebih berat dari BB sebelumnya. Alhamdulillah sekarang, meski terkadang cheating, BB saya stabil.
IF ini kalau dijalankan secara rutin dampaknya bagus ya kak buat badan. Daku kadang² menerapkannya, apalagi semisal lagi M-nya datang alias malas hehe
Diet Intermittent Fasting ini mirip dengan skema puasa yang dijalankan gerejaku dulu. Bedanya, tidak ada window fasting dan window feeding, cuma masih boleh minum air putih selama berpuasa dan tentukan sendiri mau makan pagi/siang/malam yang di-skip.
Sama, mbak. Aku juga susah skip sarapan karena sarapan adalah momen makan favoritku. Nikmat banget memulai hari dengan makanan dan secangkir kopi panas.
Aku akan mudah berpuasa atau diet saat traveling karena pikiran akan terdistraksi dengan kegiatan berjalan kaki dan melihat-lihat. Saat sehari-hari kerja di balik meja begini, sering jenuh, wah… ngemil adalah pelarian tercepat hahaha. Anw, lekas pulih dan sehat kembali mbak.
wah patut dicobain nih buat nurunin berat badan. ternyata walo cuma 4 kg yang namanya lewat dari BB standar ya gak bisa cincai ya 🙂
Belum kebayang rasanya gimana puasa makan dan bisa minum saja selama 16 jam
Wah diet IF, aku pernah ngejalanin sekitar 6 bulan. Dan iya deh, BB aku turun banyak. Dari yang sekitar 75 kiloan jadi 57 kilo. Berapa kilo tuh? 18 kilo ya. Enak banget kerasa di badannya. Ringan. Dan migren2 sama pegel2 yang biasa kerasa jadi hilang. Kepengen deh sekarang bisa gitu lagi. Tapi huhuhu, sekarang agak susah untuk skip makan pagi. ☹️
Lutut ku juga sudah mulai nyeri2, sudah konsultasi ke dokter di puskesmas, tapi belum ada perubahan. Mungkin saya harus coba diet ini ya, maklum usia sudah 49 tahun.
Ternyata diet ini harus disiplin ya, terutama mengatur konsumsi karbo nya.
Terima kasih atas informasinya ya mba