Deteksi Demensia Alzheimer Agar Hidup Berkualitas

hani

pikun demensia alzheimer
demensia

Sebuah foto seorang ibu dibagikan oleh kakak saya ke kontak WhatsApp sambil menanyakan benarkah ibu itu seorang kerabat suami. Kakak saya takut salah orang, jadi mencek dulu. Tentu saja saya terkejut melihat foto tersebut, beliau adalah istri kakak suami. Mbak W ternyata tersesat dan lupa jalan pulang sehingga diantar oleh seseorang ke kantor polisi di Jakarta Selatan. Kakak saya merupakan relawan komunitas Alzheimer dan dia mendapatkan foto tersebut dari komunitas. Singkat cerita, mbak W akhirnya dijemput putranya dan dibawa pulang ke rumah di Depok. Kisah lain, baru-baru ini dishare juga di grup WhatsApp seorang ibu ada di rumah seorang dosen sebuah perguruan tinggi di Bandung. Ibu tersebut tak bisa berkomunikasi, hanya diam tak bisa menjelaskan jati dirinya. Berkat media sosial, akhirnya Ibu tersebut juga dijemput keluarganya. Lupa jalan pulang pada sebagian lansia dianggap sebagai hal wajar dan sering disebut pikun.

Antara Pelupa dan Pikun (Demensia Alzheimer)

Pikun sering menjadi sebutan bernada olok-olok ke lansia bahkan golongan yang lebih muda, bila lupa sesuatu.
“Pikun, Lu!”
“Kacamata di mana ya? Pikun, nih!”

Kita seringkali rancu konotasi antara lupa (pelupa) dan pikun. Padahal menurut dr.Rien, panggilan dari dr.S.B.Rianawati, Sp.K (K) pada sesi sharing Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia #ObatiPikun, beda antara pelupa dan pikun.

Kriteria Pelupa
Pelupa karena gangguan pemusatan perhatian sementara
Lupa nama orang yang jarang bertemu
Mengeluh sering lupa, tetapi dapat memberikan contoh hal yang dilupakan
Sesekali kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara
Ingat hal penting, pembicaraan tidak terganggu
Kehidupan sosial seperti biasa
Kadang kesulitan menentukan arah, tetapi tidak sampai tersesat

Kriteria Pikun
Pikun karena fungsi kognitif menurun disertai gangguan aktivitas keseharian
Lupa nama orang yang sering bertemu
Mengeluh lupa hanya bila ditanya, dan tidak bisa memberikan contoh hal yang dilupakan
Sering kesulitan menemukan kata yang tepat saat berbicara
Sering lupa hal penting, kemampuan bicara sangat terganggu
Kehilangan minat untuk aktivitas sosial
Tersesat, bahkan di lingkungan sekitar rumahnya

Dari paparan di atas jelas ada perbedaan antara pelupa dan pikun.
Pikun yang biasanya dijumpai pada individu berusia >65 tahun, ternyata ada kecenderungan penyandangnya berusia semakin muda. Bila tak diwaspadai, pikun ada kecenderungan menjadi penyakit Demensia Alzheimer, yang penyandangnya di dunia sekarang ini sudah mencapai 50 juta jiwa.

Demensia di Masa Pandemi CoViD-19

Paparan selanjutnya disampaikan oleh Dr. Junita Maja Pertiwi dari kelompok Neurobehavior, PERDOSSI. Akibat adanya pandemi, ternyata berdampak juga pada pada aktivitas keseharian para demensia.

Faktor Eksternal

  • Risiko terpapar CoViD-19
  • Risiko menjadi pasien CoViD-19
  • Risiko depresi
  • Risiko perburukan kognitif
  • Risiko perburukan perilaku
  • Risiko perburukan penyakit penyerta

Faktor Internal

  • Komunikasi verbal berkurang
  • Relasi keluarga berkutang
  • Proses berpikir terganggu
  • Perawatan diri terganggu
  • Higiene diri terganggu
  • Imbalans nutrient
  • Risiko cedera
  • Risiko infeksi
  • Inkontinensia
  • Konstipasi

Di Indonesia sendiri pikun yang disebabkan oleh Demensia Alzheimer diperkirakan sekitar satu juta penderita di tahun 2013. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat di tahun 2030, dan kemungkinan menjadi empat kali lipat pada tahun 2050.
Tentu saja hal ini menjadi permasalahan besar bagi negara karena Indonesia mengalami bonus demografi. Penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7.56%) pada tahun 2010, meningkat menjadi 25.9 juta jiwa (9.7%) di tahun 2019. Diperkirakan akan meningkat terus menjadi 48.2 juta jiwa (15.77%) di tahun 2035. Jumlah lansia yang terus meningkat tersebut dapat menjadi aset bangsa bila sehat dan produktif.
Sangat disayangkan bila lansia tersebut ternyata tidak sehat atau ada yang ODD, Orang Dengan Demensia (Alzheimer)

Deteksi Dini Pikun (Demensia Alzheimer) melalui Aplikasi E-MS Sahabat

aplikasi deteksi dini pikun (demensia alzheimer)
Aplikasi E-MS

Tanggal 21 September diperingati dunia sebagai Hari Alzheimer, seperti yang diberitakan pada sesi sharing Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia, hari Minggu, 20 September 2020 yang baru lalu.
Ada dua tema penting dalam rangka Program Kampanye Edukatif #ObatiPikun yang diadakan secara paralel, untuk para dokter dan untuk awam (termasuk media).

Demensia adalah suatu sindrom gangguan penurunan fisik otak yang dapat memengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Munculnya penyakit demensia Alzheimer merupakan penyerta dari penyakit vaskular, hipertensi, metabolik, diabetes, dislipidemia, pasca cedera kepala, pendidikan rendah, dan depresi.
Mengikat dampaknya yang tidak main-main, maka PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) dan disupport oleh PT. Eisai Indonesia meluncurkan aplikasi E-MS (E-Memory Screening) sebagai alat deteksi dini demensia. Cara unduhnya mudah, kita tinggal cek di Google Play atau App Store, cari keywordnya EMS Sahabat dan install ke smartphone.

Pencegahan Pikun (Demensia Alzheimer)

Deteksi dini dan memahami gejalanya pikun amatlah penting sehingga dapat dilakukan pencegahan dan bila ada penyakit penyerta dapat diobati, agar pikun tidak bertambah parah.

Untuk memerbaiki fungsi kognitif dan efektif meningkatkan kualitas hidup, kita dapat melakukan pencegahan dengan berolahraga, bermain kata atau angka, membaca buku cerita, menggambar, mewarnai, membuat karya seni, bermain musik, memasak, dan berkreasi. Jangan lupa juga mengonsumsi asupan gizi seimbang dan hindari junk food.

pencegahan demensia alzheimer
pencegahan pikun

Dengan demikian, semakin bertambahnya usia kita tak perlu cemas dan tetap bisa produktif agar hidup lebih berkualitas.

Semoga bermanfaat.

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

Tags

28 pemikiran pada “Deteksi Demensia Alzheimer Agar Hidup Berkualitas”

  1. Wow, ada e-memory screening. Eh tapi gimana caranya biar enak nyobain (mungkin) ke orang tua kita ya bun? Hihihi. Demensia ini juga gak harus orang tua ya. Kita yg muda aja bisa terindikasi demensia juga.

    Balas
  2. aku auto takut juga mba Hani waktu ada webinar soal Alzheimer dan juga soal demensia yg bisa menyerang anak-anak muda sepertiku, blm usia 30 duhhhh jauhkan dari potensi kepikunan dalam diri ini

    Balas
  3. Ya Allah auto keinget sama nenekku yang saat itu juga pikun. Meninggal pas di rumah kami. Sempet ngotot minta dipulangin ke kampung halaman, cuman kita boongin puter2in di sekitar rumah, beliau percaya kalau rumah kami saat itu ya rumahnya beliau juga di kampung halaman. dua hari kemudian beliau meninggal 🙁
    Jadi sedih kalau inget penyakit ini. Jadi kepikir juga gimana tuh anak-anak muda yang ternyata bisa juga menderita demensia juga.

    Balas
    • Kadang dalam berbicara memang orang suka melebihkan sesuatu alias hiperbola. Sehingga kata pikun mudah sekali dilontarkan. Ternyata untuk mendeteksi dimensia alzheimer lebih dini ada aplikasinya. Meskipun masih di umur 20an, coba install aplikasi ini enggak masalah kan….

      Balas
  4. Apa kabar nanti kalau kita tua renta ya? Semoga terhindar dari penyakit pikun. Terimakasih kak sudah ingetin untuk rajin olahraga, konsumsi sayuran buah dan makanan sehat dan yang saya catet adalah sering stimulasi otak kita.

    Balas
  5. Beberapa kerabat saya saat ini menderita pikun. Pikun diawal memang sepintas seperti lucu. Seperti Uwa saya yang tidak ingat nama anak-anaknya. Lama-lama saya jadi kasihan juga. Terutama Uwa istri yang mengurusi. Bahkan untuk BAB pun sudah lupa lokasi kamar mandi di rumahnya.
    Terkadang saya pun takut, jika panjang umur dan mengalami tua. Takutnya merepotkan karena pikun. Amit-amit.

    Balas
  6. Beberapa kerabat saya saat ini menderita pikun. Pikun diawal memang sepintas seperti lucu. Seperti Uwa saya yang tidak ingat nama anak-anaknya. Lama-lama saya jadi kasihan juga. Terutama Uwa istri yang mengurusi. Bahkan untuk BAB pun sudah lupa lokasi kamar mandi di rumahnya.

    Balas
  7. Alhamdulillah pas tes di aplikasi EMS nya memori saya gak bermasalah kok Mba Hani hehe… soalnya saya suka lupa di mana naro kunci kontak kendaraan, kacamata, hp, dompet. Padahal kacamatanya udah dipake lho haha

    Balas
  8. jadi pikun dan pelupa itu beda ya Bun? Saya kira pelupa itu awal mula dari pikun. Saya pernah punya saudara yang ciri-cirinya demensia ini, sering diolok-olok karena memang kurang menjaga kebersihan. Nice postingan bunda, trima kasih infonya

    Balas
  9. Mbak, untung istri kakak suami mbak Hani bisa ditemukan ya..
    Ibunya temanku, sebelumnya tinggal di Sumut, putrinya pindah ke Jakarta beliau ikut…ada penurunan fungsi kognitif dan lainnya. Dan akhirnya demensia. Suatu waktu keluar sendiri dari rumah cuma ke warung tetangga dan tersesat….enggak ketemu sampai sekarang (sudah beberapa tahun) hiks
    memang deteksi dini pikun alias demensia ini penting agar bisa diatasi segera ya

    Balas
    • Innalillahi…sedih ya Mbak. Suka ada aja cerita lansia tersesat. Ayahnya guru kenalan adikku di Jakarta. Pergi, kok ga pulang². Ditemukan 2 ato 3 hr kemudian, kecemplung got. Dah wafat…😭😭

      Balas
    • Ya Allah… berarti hilang ya mbak? Duh.. semoga cukup dengan gejala pelupa saja jangan yang lebih parah dari itu. Dan noted untuk tulisan mbak Hani yang ini: melakukan pencegahan dengan berolahraga, bermain kata atau angka, membaca buku cerita, menggambar, mewarnai, membuat karya seni, bermain musik, memasak, dan berkreasi. Jangan lupa juga mengonsumsi asupan gizi seimbang dan hindari junk food.

      Nah, dengan mengetahui bagaimana mencegah kita bisa mengikuti langkah2 tersebut supaya terhindar dari pikun

      Balas
  10. auto intropeksi sendiri, yaaah saya pelupa orangnya. apakah ini karena faktor usia atau karena emak kebiasan multitasking? hehehe. tapi soal pikun atau demensia, ayah mertua pernah ngalamin pikun selama 2 minggu, beliau lupa si a b c d dan bahkan ga tau diri sendiri. tapi itu hanya berlangsung 2 minggu. dokter hanya kasih resep antidepresan. apa kasusnya terjadi karena stress di usia lanjut? saya juga kurang tau karena bapak gak dibawa ke psikiater

    Balas
  11. Aku pelupa kayaknya. Bukan pikun. Berdasarkan ciri-cirinya. Hehe.. wah perlu dicoba nih aplikasi E-MS (E-Memory Screening). makasih Bu informasi di tulisan ini

    Balas
  12. Saya jg mulai pelupa, terutama nama seseorang. Stlh fokus & butuh waktu baru ingat lagi. Tp perlu latihan sesuai anjuran, biar ga makin parah. Maklum udah lewat 60 th nih..heheehe
    ..Hatur nuhun informasinya.

    Balas
  13. Mbak Hani, aku jadi inget papa di rumah juga jadi kognitifnya menurun gitu. kalau ga disuruh kata mamah ga mau makan, cuma diem aja tidur…tapi alhamdulillah akhirnya kemarin sebelum psbb ditengokin cucu2nya agak mending. bisa dicoba nih aplikasinya

    Balas
  14. aku juga ikutan webinar di hari Alzheimer ini dan semoga kita semua dijauhkan ya dari penyakit pikun ini serta jadi selektif sama lifestyle sejak muda biar ga kena demensia jg

    Balas
  15. Baca dari tulisan mbak Hani aq akhirnya tau beda pelupa dan pikun. Q pikir dulu sama, karena ada ketakutan aq akan begitu (pikun), tapi ternyata aq ini pelupa. Hehe

    Balas
  16. Kalau kata seniorku, salah satu tips yang bisa digunakan untuk mengetahui ada penurunan daya ingat adalah dengan rutin menyetir sendiri. Suatu ketika kita merasa kok konsentrasi susah dan refleks mulai agak terganggu, maka sudah waktunya untuk periksa.

    Balas
  17. Ada bibinya ibu saya saat ini sudah sepuh banget. Dia hanya kehilangan ketajaman penglihatannya saja. Tapi masih ingat kalau saya adalah yuni anak keponakannya. Bahkan di kala saya merantau beberapa waktu lalu.

    Mungkin benar. Kita harus benar-benar memperhatikan asupan makanan kita. Orang dulu mana kenal dengan junk food. Iya kan mbak?

    Kadang, saya suka nggak habis pikir sih kalau pikun dijadikan joke. Lupa sesuatu saja sudah bilang pikun. Lantas, saya bertanya dalam hati, “memang dia segitu inginnya menjadi pikun”

    Hehehe

    Balas
  18. Ping-balik: Tulisan Minggu #39 2020 - 1 Minggu 1 Cerita
  19. Ping-balik: √Penuh Cinta Mendampingi Lansia | Hani Widiatmoko
  20. Ping-balik: √Daftar Jasa Perawat Lansia Bulanan di Jakarta yang Tepercaya

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status