Pariwisata halal merupakan kajian apakah suatu destinasi wisata halal memberikan kenyamanan atau tidak ke wisatawan, terutama wisatawan Muslim.
Pernah tidak pada saat Anda sedang berwisata ketika tiba waktu shalat, Anda kesulitan mencari tempat shalat?
Atau ketika waktu makan, Anda bingung memilih makanan yang sesuai (= halal)?
Bisa dimaklumi bila kita sedang berada di luar negeri, di tempat yang mayoritas warganya non Muslim, warga Muslim kesulitan melakukan kegiatan sehari-harinya.
Bila terjadi di wilayah Indonesia yang mayoritas warganya pemeluk Islam, kita bisa mencari mushola atau masjid terdekat.
Sedangkan soal makanan, pilihan makanan halal lebih banyak, sehingga cukup memudahkan warga Muslim.
Sekolah Tinggi Pariwisata Enhaii Bandung pada tanggal 8 Desember 2016 yang lalu mengadakan seminar diseminasi penelitian tentang Wisata Halal.
Penelitian tersebut digagas oleh Enhaii Halal Tourism Center yang mulai dilakukan selama 6 bulan sebelumnya.
Ada 3 penelitian yang sedang dan telah dilakukan yaitu di Borobudur, Malang, dan Bandung.
Kesempatan kali ini adalah mempresentasikan hasil penelitian di Bandung.
Penelitian berjudul “Pemetaan Destinasi Pariwisata Halal di Kota Bandung” bertujuan sebagai bahan informasi dalam pengambilan keputusan bagi stakeholder di kota Bandung.
Indonesia sendiri mencanangkan menjadi destinasi wisata bagi 15 juta wisatawan.
Tentu saja kita harus membuka diri agar wisatawan baik Muslim maupun non Muslim merasa nyaman ketika berada di tempat-tempat wisata.
Jepang dan Thailand ternyata telah berani menyatakan bahwa negaranya ramah terhadap wisatawan Muslim.
Mereka mengundang travel agent yang merupakan agent of chance, menggali informasi, apa saja yang dibutuhkan oleh wisatawan Muslim.
Karena apa?
Ternyata wisatawan Muslim merupakan pangsa pasar yang terus meningkat jumlahnya.
Pada paparan hasil penelitian yang disampaikan oleh tim peneliti pada diseminasi tersebut dijelaskan bahwa ada 21 destinasi pariwisata halal di kota Bandung.
Pada penelitian tersebut, ke-21 destinasi tersebut diberi skor dan diurutkan menurut skor terbesar.
Ternyata, posisi pertama ada di wilayah Bandung Utara, yaitu di kawasan pondok pesantren Daarut Tauhid. Kawasan ini dianggap kawasan yang cocok sebagai area edukasi halal.
Posisi kedua ada di area Buahbatu, dikawasan pendidikan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI), sedangkan posisi ketiga di jalan Gatot Subroto, di area Trans Studio Mall, sebagai area rekreasi halal.
Apa sih kriteria pariwisata halal tersebut?
Proses menuju pariwisata halal cukup panjang, dan tiap wilayah kemungkinan menampilkan kriteria yang berbeda-beda.
Contohnya, suatu destinasi wisata bisa disebut halal atau tidak, minimal harus ada pasokan makanan halal, tempat ibadah yang layak, dan ketersediaan air bersih.
Bisa ditambahkan adanya bank syariah, kesenian dan budaya yang memenuhi syariat, dan lain-lain.
Nah, bagaimana sih proses makanan tersebut dinyatakan halal atau tidak?
Ini adalah sebuah ilustrasi pada sebuah penelitian untuk kasus warung makan Pecel Lele di Malang
Sebuah langkah yang namanya traceability system dilakukan pada warung-warung makan tersebut.
- Sumber bahan baku, dalam hal ini, lele.
Dibeli di pasar.
Lele di pasar diperoleh dari pemasok. - Cara memperoleh bahan baku.
Bagaimana lele tersebut didapat oleh pemasok? Dari peternak. - Bahan dasar pembuatan.
Dari peternak diperoleh informasi, bahwa lele diberi makan dengan pelet impor.
Untuk itu perlu dicari informasi lebih lengkap lagi, bahan dasar dari pelet tersebut. Pelet untuk pakan ternak, terutama pelet impor biasanya terbuat dari tulang-tulang babi.
Dari sini bisa dikembangkan industri pakan ternak yang terbuat dari nabati.
Dari satu kasus, makanan saja bisa timbul ide mengembangkan usaha kecil masyarakat untuk mendukung wisata halal tersebut.
Padahal ada beragam jenis makanan yang bisa diteliti tentang kehalalannya.
Pada diseminasi dipaparkan juga bahwa di Jawa Barat saja ada 189 ragam kuliner.
Terdiri dari 8 makanan pokok, kudapan, sambal2an, dan kripik.
Sedangkan 40 persennya didominasi oleh kudapan.
Oleh sebab itu perlu disosialisasikan standar resep bagi ragam makanan tersebut.
Bisa dibayangkan bila dikembangkan pada elemen-elemen wisata lainnya, maka industri wisata kita bisa semakin maju bukan?
seneng kalau semua kota bs membangun wisata halal, jadi mau travel kemanapun tenang dan nyaman…
betul Mbak Ophi. Makasih ya sudah mampir…
Terima kasih Mbak Hani atas partisipasinya menyebarkan informasi pariwisata halal Bandung.
CTDS STPB
Sama-sama pa Wisnu. Ikut senang bila bermanfaat…
Memang idealnya tempat wisata di Indonsia dibuat ramah wisatawan muslim, karena faktanya, mayoritas warga adalah muslim, sehingga dipastikan market destinasi wisata Indonesia ya muslim juga.