Minggu, 4 Agustus 2019 yang lalu, kira-kira siang hari, tersiar kabar listrik padam. Awalnya saya tahu dari WhatsApp keluarga, lampu mati uy. Kemudian dari teman yang ada di kota lain di luar Bandung. Rupanya listrik belum nyala sampai beberapa jam kemudian. Saya jadi belajar, bagaimana menyikapi listrik padam tersebut.
Kebetulan saya dan suami sedang ada acara family gathering kampus suami di Mall Trans Studio Bandung. Memang sempat kondisi mall gelap gulita sekian hitungan, tak lama kemudian terang kembali. Suasana di arena bermain di lantai 3 pun gegap-gempita kembali.
Bahwa ternyata di luar sana listrik mati berkepanjangan saya baru tahu setelah keluar mall sore hari. Rupanya Mall besar ini dilengkapi genset, entah berapa ribu KWatt. Saya hanya mengamati, beberapa transaksi melalui mesin EDC ada kendala untuk beberapa bank. Itupun konsumen masih belum menyadari “bencana” yang mengintip di luar mall. Adanya sih, ngomel, transaksi terhambat…
Berbagai informasi dan foto seliweran di grup WA, kepoin twitter, dan keluhan di status Facebook.
Belajar dari Listrik Padam
Saya tinggal di kota Bandung. Dibandingkan dengan teman-teman di pulau-pulau lain di luar pulau Jawa, Bandung termasuk jarang ada giliran pemadaman listrik. Bedanya, bila ada jadwal giliran pemadaman listrik, mungkin kita bisa menyiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu.
Kejadian hari Minggu kemarin, masih simpang siur penyebab PLN drop berjam-jam. Ada info, akibat gangguan di sebuah pembangkit listrik di Paiton, di Jawa Timur, yang dampaknya merembet sampai ke seluruh pulau Jawa. Info terakhir, pohon sengon setinggi 9 meter yang menyebabkan terbakarnya kabel tegangan tinggi di sekitar Ungaran. Itu pun belum pasti sang Sengon tertuduhnya.
Listrik Bukan Keniscayaan
Listrik di rumah saya baru menyala sekitar pukul 22. Jadi hampir 10 jam listrik padam, tanpa ada penjelasan kapan listrik menyala. Kami ini hanya mampu bertukar kabar melalui media sosial. Udah nyala belum?
Jakarta sudah terang sejak pukul 18. Ternyata itu juga belum semua penduduk Jakarta. Bahkan ada yang menyala, sejam kemudian mati lagi.
Kita tuh selama ini menganggap listrik tinggal cetrek tombol langsung nyala. Ketika ternyata mati listrik masal, yang ada hanya mati gaya, ngomel ke PLN, ke pemerintah, dan banyak lagi omelan.
Kalau selesai mencuci lalu menjemur baju, kita tahu sumber mengeringkan baju adalah angin dan matahari. Semua datang sendiri secara alam.
Tapi listrik? Kita, apalagi saya, tidak pernah mengerti, pasokan PLN ke rumah itu sumbernya darimana? PLN memberitakan di berbagai portal berita online, alasan kenapa berbagai pembangkit tersebut drop.
Sudah membaca tiga kali, tetap saja saya masih samar-samar memahaminya. Kenapa listrik di rumah saya berasal dari pembangkit di Paiton? Selama ini saya menganggap sumbernya dari Jatiluhur, dong. Plis…kalau ada teman-teman yang mengerti, tolong beritahu saya, ya. Yang ada, adalah sikap survive yang harus saya tempuh.
Rumah Tangga Tanpa Listrik
Rumah tangga kekinian seperti ada di TV dan buku interior segalanya serba elektronik, kan ya …
Demi alasan kepraktisan kita memilih mengalihkan tenaga manual ke elektronik. Coba cek, peralatan rumah tangga apa saja yang memakai listrik.
Mesin cuci dan pengering, setrika, pengering rambut, oven, microwave, ricecooker, blender, juicer, mixer, food processor, lemari es, dispenser.
Kemudian perangkat lain: komputer PC, laptop, radio compo, perangkat audiovisual, AC, kipas angin, pompa, dan lain-lain. Belum lagi perangkat untuk menyimpan energi seperti power bank, lampu emergency, dan lain-lain. Kan kita harus mengisi power bank atau alat penyimpan energi tersebut dengan energi listrik sebelumnya supaya dapat berfungsi.
Menyikapi Listrik Padam
Mengamat teman-teman di media sosial tentang listrik padam berkepanjangan tersebut. Ada langkah-langkah darurat yang ternyata perlu kita siapkan secara mandiri.
- Pastikan cadangan penyimpan energi, seperti power bank, lampu emergency, dan lilin selalu sedia di rumah.
- Pastikan ponsel selalu terisi penuh dan sedia senter di dalam tas.
- Pastikan semua anggota keluarga mampu menanak nasi tanpa rice cooker.
- Pastikan segera menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan peralatan yang memakai listrik. Bila ada pekerjaan tulisan dengan laptop, cepat selesaikan. Anggap saja, besok bakalan mati lagi PLN selama berjam-jam.
Sebetulnya ini adalah hanya sikap kita mengatasi listrik padam di rumah.
Tentu saja harus ada sikap lain bila kita sedang dalam perjalanan yang memakai listrik. Misalnya, bagaimana menyikapi bila listrik padam di:
- Sedang di dalam lift di gedung tinggi. Biasanya gedung tinggi punya energi cadangan, seperti genset untuk mengoperasikan lift dan lampu-lampu di tempat penting saja.
- Sedang di dalam kereta LRT, KRL, MRT, dan lain-lain. Seperti kita tahu, banyak warga kota yang terjebak di dalam terowongan MRT ketika listrik tiba-tiba padam. Dan mereka harus berjalan kaki meyusuri terowongan untuk menyelematkan diri. Kemudian banyak teman-teman kita, ketika KRL tiba-tiba berhenti karena listrik padam, mereka turun dari KRL di antah berantah jauh dari mana-mana.
- Sedangkan berkendaraan di tengah lalu-lintas, kemudian traffic light mati. Kebayang macetnya, kan.
Masih banyak masalah-masalah lain yang merembet akibat padamnya listrik tersebut. Bahkan industri-industri yang mengandalkan listrik harus berpikir keras mempunyai cadangan energi bila sewaktu-waktu listrik padam. Hal seperti ini bisa-bisa menyebabkan biaya operasional menjadi bengkak, karena harus membeli genset untuk keadaan darurat.
Sepertinya masih banyak pekerjaan rumah kita untuk mengatasi kepadaman listrik masal begini dalam skala kota bahkan nasional. Kita masih harus banyak belajar dari listrik padam selama lebih dari 10 jam tersebut.
Bandung, 8 Agustus 2019
Benar banget banyak pelajaran yang bisa diambil ya mbak, walau pemerintah juga harus belajar dan komit mengganti rugi
Nah, iya. Belum tahu nih seberapa besar ganti ruginya. Konon tidak sesuai harapan…
Hidup di era serba digital ini mau gak mau akan banyak memerlukan listrik sebagai bahan bakarmya. Bener bgt skrg aku jadi penuhin power bank, sedia batere, lampu darurat, dan lilin. Hihii
Sudah disiapkan diisi power bank, batere, dan lilin, sekarang malah giliran sulit air nih Mbak…
Kemarau panjang, apa boleh buat…
Nah iya, yang serem itu mati listrik waktu dalam lift. Seneb pastinya…
Semoga nggak mati listrik lama2 lagi ya mbak
Iya. Mudah-mudahan engga ada acara mati listik lama-lama lagi. Makasih sudah mampir…
Di daerah sebenarnya sering mati listrik loh mbaa.. Tp kalo di jakarta sekitarnya yg nyeremin itu mati lampu pas naik lift hiii ngeri ya
Iya. Teman saya malah pernah cerita di daerah mati listrik 10 hari. Duh…
Di kota besar, mati listrik 10 jam udah seperti bencana deh…
Pemerintah dan pihak PLN pasti sekarang berusaha meningkatkan efisiensi produksi dan belajar dari pengalaman mati listrik itu. Tapi masyarakat belajar juga nggak ya, soal: 1) harus hemat listrik, kalau nggak perlu nggak usah dinyalakan; 2) jangan mencuri listrik atau memodifikasi alat ukur listrik PLN; 3) biasakan aktivitas tanpa listrik untuk anak seperti baca buku atau bercerita/mengobrol lisan. Percuma PLN harus berbenah kalau masyarakat tetap sama saja.
Hemat listrik, nah…PR banget untuk membiasakan mindset seperti itu. Apa-apa sekarang pakai listrik, termasuk peralatan rumah tangga nih. Katanya pas mati listrik yl, banyak ibu-ibu yang belajar lagi memasak nasi tanpa rice cooker.
Makasih ya sudah mampir…