Ketika Bara memasuki usia 6 bulan, Mama Bara pun mencari berbagai informasi tentang pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI. Bermacam buku resep dikumpulkan, menyiapkan peralatan makan yang lucu dan aman, bahkan kursi makan yang pas. Salah satu buku yang menarik bagi saya adalah buku mengenai BLW atau Baby Led Weaning. Berkali-kali Mama Bara membahas tentang BLW. Penasaran, saya pun mencari tahu apa yang dimaksud dengan BLW ini.
Metode Baby Led Weaning
Berbeda dengan pemberian makanan padat pertama bagi bayi yang biasanya disuapi memakai sendok atau tangan ibu. Maka metode Baby Led Weaning (BLW) adalah memberikan kesempatan pada bayi untuk makan sendiri.
Biasanya di usia sekitar 6 bulan, bayi sudah bisa menggenggam dan meraih benda-benda di sekitarnya. Oleh sebab itu melalui metoda ini bayi diberikan makanan yang mudah digenggam dan mudah dikunyah. Makanan yang diberikan berupa sayuran yang dikukus dan dipotong kecil sepanjang jari, supaya mudah digenggam dan dimakan langsung. Bisa juga berupa buah-buahan yang dipotong memanjang.
Metode BLW awalnya diperkenalkan oleh Gill Rapley sekitar 10-15 tahun yang lalu. Tujuannya adalah membangun pola makan yang sehat dan baik sedini mungkin. Dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mengeksplorasi tekstur makanan, rasa dan warna makanan, diharapkan bayi belajar makan sendiri. Dengan demikian untuk masa depan, bayi bisa lebih mandiri, kapan ingin makan, jumlahnya, dan kapan berhenti makan.
Tahap awal mengenalkan BLW ini, bayi masih menggunakan tangannya saja untuk menggenggam dan menjimpit makanan, kemudian memasukkan ke dalam mulut. Pengawasan ibu sangat diperlukan pada tahap ini, terutama untuk ukuran dan potongan jenis makanan. Apalagi di usia 6 bulanan, belum semua bayi tumbuh giginya. Lebih banyak mereka mengunyah dengan geraham. Sedangkan gigi depan yang baru tumbuh untuk menggigit makanan. Oleh sebab itu tekstur makanan tidak boleh keras, supaya bayi tidak tersedak.
Selain itu, bayi belum sepenuhnya bisa menggenggam makanan dan memasukkan makanan ke mulut dengan rapi. Dapat dipastikan meja makan dan sekitarnya menjadi berantakan begitu pula baju penuh noda ceceran makanan. Tak heran, berbagai alas makan bayi dan celemek banyak ditawarkan di toko bayi dan toko online.
Kombinasi BLW dan Konvensional
Pemberian makan bayi melalui metode BLW banyak diikuti oleh ibu-ibu muda dan jadi semacam trend. Walaupun demikian bagi ibu-ibu tua, maksudnya eyang-eyang, masih menganggap pemberian konvensional (disuapi) lebih baik. Pendapat para eyang tersebut ada benarnya juga. Begitu pula dengan pendapat beberapa dokter spesialis anak (DSA).
Seperti kita ketahui, bayi dalam masa tumbuhkembangnya membutuhkan asupan gizi seimbang dan sesuai takaran atau porsi. ASI yang diberikan sejak bayi lahir sampai usia 2 tahun, tidak cukup memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi sesudah memasuki usia 6 bulan. Makanan pendamping ASI atau MPASI harus memperhatikan protein, karbohidrat, mineral dan serat.
Pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap, sesuai usia bayi. Dimulai dengan bubur saring di usia 6-8 bulan, dilanjutkan dengan makanan yang bertesktur agak kasar di usia 8 bulan, dan makanan keluarga di usia setahun.
Komposisi jenis makanan per porsi agar asupan gizi anak terpenuhi, bisa dilihat di link ini:
Dalam masa-masa bayi mulai dikenalkan MPASI biasanya gigi-geligi bayi mulai tumbuh satu demi satu, sehingga bayi mulai bisa mengunyah jenis-jenis makanan dengan tekstur kasar. Jangan lupa, gigi-gigi yang baru tumbuh tersebut harus mulai dirawat sejak dini. Oleh sebab itu kita perlu melengkapi produk perawatan bayi yang sudah ada sebelumnya dengan produk kebersihan gigi.
Pemberian makanan yang mengharuskan bayi menggunakan gigi, geraham, lidah dan gerakan mengunyah, sangat berguna untuk perkembangan oromotor bayi. Dalam proses tumbuhkembangnya oromotor yang baik memudahkan anak untuk mulai berbicara.
Bila kita bandingkan antara metode BLW dan konvensional maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Melatih makan sendiri
Metode BLW melatih anak memilih dan mengambil makanan sendiri. Sehingga aktivitas makan bukanlah sebuah paksaan, tetapi kegiatan yang menarik dan menyenangkan. Bayi pun sudah mengerti bahwa kalau makan posisi tubuh harus posisi duduk, bukan tidur atau tiduran. Di sisi lain, dengan makan sendiri juga melatih konsentrasi antara melihat, mengambil makanan, dan memasukkannya ke dalam mulut. Pentingnya konsentrasi pada bayi saya tuliskan juga di link ini.
2. Asupan gizi terpenuhi
Sedangkan metode konvensional, yaitu bayi disuapi makanan sesuai takaran dan komposisi makanan bergizi, menjamin bayi makan dengan cukup. Dengan demikian pertumbuhan fisiknya bisa dipantau sesuai dengan standar umurnya atau tidak. Makanan cukup gizi selain pertumbuhan fisik juga untuk pertumbuhan sel-sel otaknya sehingga kecerdasannya bisa ditingkatkan tanpa hambatan.
Menilik kelebihan metode pemberian makan antara BLW dan konvensional mempunyai kelebihan masing-masing, Mama Bara sih cenderung menerapkan keduanya.
Jadi ketika Bara makan sambil disuapi bubur saring, di depannya kami siapkan mangkuk yang berisi makanan seukuran jari, atau finger food. Misalnya buah naga, pepaya, mangga matang, pisang, dan sayuran kukus. Bara tampak excited untuk mengambil makanan yang dihidangkan di depannya.
Selain pemberian metode makan kombinasi pada saat jam makan utama, misalnya makan pagi, siang, dan malam. Pemberian makan dengan metode BLW juga bisa diterapkan pada makanan selingan. Misalnya kue atau buah di antara 2 jam makan utama.
Nah, Blogger Mama, mana yang akan dipilih. BLW, Konvensional atau keduanya?
Sumber:
http://lifestyle.kompas.com/read/2017/09/05/072700920/yang-harus-diketahui-ibu-sebelum-terapkan-metode-blw.
sama mba, saya juga menerapkan keduanya. Ampuh banget untuk mengatasi GTM. Kalau dia nggak mau disuapi, mau makan sendiri. Kalau lagi nggak mau makan sendiri bisa disuapin. Sangat-sangat membantu ^_^
Iya Mbak Enny…segala cara dicoba dalam memenuhi gizi si Kecil ya…
Terimakasih sudah mampir…
Bagusnya diseimbangkan ya Mbak. Dibiarkan bayi melatih motoriknya, juga disuapi biar yakin asupannya masuk, nggak hehe.
Kalau yang saya amati, ibu zaman old banget maunya si bayi disuapin karena menghindari kekotoran dan kekacauan yang terjadi kalo si bayi makan sendiri 😀
Iya. Zaman old banget, si Kecil gendong selendang aja, disuapin di kebun atau teras rumah. Cepat dan sesuai porsi. Hehe…ga model duduk sendiri deh…
menurutku seusia gitu aku akan memilih buat suap dulu, mba. Ntar agak gedean diri baru aku latih buat belajar makan sendiri 🙂
Iya usia segitu sih….main-main saja BLW nya. Cemek-cemek belepotan. Lumayan sih supaya sibuk. Sambil disuapin…
Emang perlu ya bun, soalnya ponakan susah banget makan sendiri skrg. Padahal udah 4,5 tahun, udah masuk TK juga. Karena dibiasakan disuapin hehe. Baca ini jadi banyak pencerahan ttg BLW. Makasih bun sharingnya
Saya lebih memilih menggunakan kedua metode tersebut, Bun. Untuk makanan yang lembut, saya menyuapi anak-anak, tetapi untuk cemilan saya biarkan anak untuk makan sendiri.
Memang kadang mereka belepotan tapi senang juga lihatnya, lucu hihihi