Memahami Asertif itu Bukan Agresif atau Pasif

hani

ilustrasi assertive

Kali ini tanggapan penulisan di Collaborative Blogging grup KEB (Kumpulan Emak Blogger) adalah tentang memahami asertif. Sejak ulasan ini diluncurkan oleh Inda Chakim, saya bingung saja berhari-hari. Mau menulis apa ya tentang yang satu itu.

Memahami asertif ternyata lebih menyoroti kemampuan kita berkomunikasi.
Untuk mudahnya ternyata, asertif itu tengah-tengah, bukan agresif, bukan juga pasif.
Komunikasi dengan sikap agresif bukanlah cara komunikasi yang baik, sedangkan sikap pasif, cenderung nrimo tidak mempunyai sikap.
Berkat berselancar googling saya tertarik dengan diagram semacam tes untuk diri sendiri, apakah saya sudah cukup asertif atau belum.

assertivenessbloginfographic

Kita mulai dari, apakah kita nyaman atau tidak bertemu dengan kenalan baru, kemudian mampukan kita berkata “tidak” tanpa merasa bersalah. Selanjutnya, mampukan kita mengekspresikan perasaan marah, frustasi, dan rasa tidak nyaman lainnya.
Lanjut, nah ini penting, mampukah kita berdiskusi tentang apa yang kita yakini tanpa menghakimi orang-orang yang tidak sefaham dengan diri sendiri.

Silahkan cek sendiri, semuanya ada 15 pertanyaan. Bila lebih dari 10 pertanyaan terjawab, maka kita adalah pribadi yang cukup asertif.

Bila kurang dari 10, kita harus mempelajari berbagai teknik perilaku asertif, agar jadi pribadi yang menyenangkan berkomunikasi.

Sekian tahun berumahtangga pernahkah saya mengalami kesulitan berkomunikasi dengan pasangan?
Saya jadi menengok ke belakang bertahun-tahun yang telah kami lalui bersama.
Perasaan, sih, saya yang banyak mengalah ke pasangan.
Dalam artian saya lebih banyak diam.
Anak-anak saya rasanya sudah mengerti, bahwa ibunya lebih banyak diam dan menurut ke ayahnya.
Benarkah?
Itu kan kata saya.

Coba tanya ke pasangan alias suami alias ayahnya anak-anak.
Beberapa tahun belakangan ini, suami komplen koq.
Katanya, sekarang saya galak.
Sekian tahun, barangkali saja, saya sekarang lebih berani mengatakan pendapat saya.
Atau…
Atau, karena kami sudah sama-sama tidak muda, pendengaran menjadi menurun, saya harus agak bersuara keras ke suami, supaya omongan saya terdengar.
See…saya jadi dijuluki galak. Padahal kalau saya bicara pelan, nanti tidak terdengar.

Memahami asertif adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan keinginan secara jujur kepada orang lain tanpa merugikan orang lain.

Membahas tentang asertif bahwa kita bisa mengkomunikasikan apapun tanpa merugikan orang lain, rasanya saya sudah cukup asertif.
Diantara teman dan keluarga, saya dianggap lemah-lembut, karena memang suara saya pelan.
Rasanya, jarang ada yang dirugikan dengan cara saya mengkomunikasikan sesuatu.

Justru saya yang sering dirugikan dengan cara berbicara teman atau saudara saya.
Mereka bisa bicara blak-blakan kadang ada yang nylekit di hati.
Sementara saya yang diam.
Jarang sekali saya berbantah-bantahan.

Inilah kekurangan saya.
Saya jarang bisa berkata “tidak”.

Contohnya, bila ada teman membawa barang jualan ke tempat kerja, bila tidak mahal, saya sering membeli saja, padahal saya tidak perlu-perlu amat.
Kemudian, ketika ada teman datang ke rumah, dan curhat sampai nangis-nangis tentang kesulitan keuangannya, lalu berniat berhutang.
Saya pun memutar otak, berapa yang bisa saya pinjamkan ke teman saya tersebut.
Ketika sampai hari ini teman saya tersebut belum mengembalikan hutangnya, suami mengingatkan, bahwa sudah biasa orang nangis-nangis karena ada perlunya.
Lain kali, kalau ada yang datang lagi nangis-nangis jangan percaya, begitu kata suami.

Ketika kami menjalankan ibadah haji tahunan yang lalu, ada seorang ibu sepuh yang selalu minta tolong.
Dan saya selalu bersedia menolongnya.
Sampai suami mengingatkan, bahkan agak melarang, untuk selalu menolong beliau.
Menurut suami, masih ada orang lain dalam grup yang lebih gagah dan kuat, yang harusnya lebih bisa menolong si Ibu Sepuh, daripada saya.

Bagaimana menghadapi teman yang bicaranya menyakitkan hati?
Lagi-lagi saya diam, atau seterusnya menghindar, tidak dekat-dekat lagi dengan teman tersebut.
Apakah teman saya menjadi berkurang karenanya?
Menurut saya, tidak masalah teman banyak atau sedikit, lebih penting berteman dengan teman yang pas di hati bukan?

Jangan lupa, jadi pribadi yang berperilaku asertif, dengan sendirinya menjadi teman yang menyenangkan.

Sumber:

http://blogs.mutualofomaha.com/articles/2013/09/03/measuring-assertiveness/
http://www.marineleadershipgroup.com/june-2015-newsletter/

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

31 pemikiran pada “Memahami Asertif itu Bukan Agresif atau Pasif”

    • Makasih Mbak sudah mampir. Iya nih, gara2 menulis kolaborasi, saya jd belajar ttg asertif. Hehe…apa…apa…jawabnya? Pasti lebih dari 10 yaa… ?

      Balas
      • Wah kosa kata baru nih yang baru aku tau.. Asertif..

        Ternyata cukup jauh juga artinya dengan agresif. Klo aku kadang diam kadang rame kadang crewet bgt.. Piee yaaa

        Balas
  1. Kalo lg ada konflik sm suami sy cenderung diam. Tp kemudian dbicarakan lg di waktu yg pas, saat emosi negatif masing2 sudah redam. Sy ungkapkan perasaan n pikiran saya, Itu masuk yg mana y, hehe

    Balas
  2. Haha…samma mak Shona. Saya cenderung diam, malah nangis aja smp bendul matanya. Tapi itu duluuu…waktu msh muda. Taelaa…Skrng jarang sih…atau saya lbh berani. Hehe…ga tau deh…Makasih udh mampir…

    Balas
  3. Saya termasuk suami yang lebih banyak ngomong daripada isteri saya .
    Namun isteri saya bisa berkomunikasi dengan baik dengan teman-teman dan tetangganya.
    Komunikasi yang baik diperlukan dalam sebuah ppergaulan.
    Terima kasih artikelnya yang bermanfaat
    Salam hangat dari Jombang

    Balas
  4. Saya coba jawab pertanyaan yang di grafik itu, ternyata nilai saya masih kurang dari 10. Harus belajar lagi supaya lebih asertif 🙂

    Balas
  5. Saya juga masih belajar untuk berkata tidak ketika ga pas dihati tapi tetap sopan menolaknya.. dan bener loh ka hani ga gampang dan ga semudah orang yang agresif… saya masih memikirkan perasaan orang… ga enak kalau di begitukan… etapinya saya malah yang dimanfaatkan…kan asem ye..

    Balas
  6. Kalau dari tes, saya termasuk asertif. Tapi, kadang2 temen inner circle bilang kalo ak d umum sering too straightforward. Hal itu yang kadang bikin orang sebel. Ahahha.

    Tapi satu yg pasti, saya berusaha sebanyak mungkin membantu mereka yg minta tolong. Di satu pihak, saya juga enak kalau suatu waktu mo minta tolong mereka.

    Khusus untuk yg hanya datang mintol ke aku, siap2 aja kena batunya. Eh kok ngancam sayanya. hahahaha 😀

    Balas
  7. Penting banget sih ini untuk bisa menjadi pribadi asertif. Jangan sampai kita terlalu “baik” yang malahan membuat kita dimanfaatkan namun jangan juga tidak peduli dengan sekitar. Sesekali memang penting banget untuk bisa bilang tidak dan jangan mengiyakan semua tawaran

    Balas
  8. Wah nilai saya baru 9 dari kuis diatas. Perlu banyak belajar sikap asertif pastinya. Kayaknya saya kebanyakan pasif. Nanti kalo udah lulus belajarnya, balik lagi kesini buat ngecek YES-nya udah banyak belum hehe

    Balas
  9. Lebih dari 10. Hehehe. Aku pikir orang asertif itu terkesan sombong dan sedikit temannya. Eh tapi pas lihat diri sendiri ternyata banyak yg mau berkawan sebab kita orangnya jujur dan to the point.

    Balas
  10. Segala sesuatu yang berlebihan memang kurang baik..menjadi terlalu agresif atau menjadi terlalu pasif mempunyai kelebihan dan.kekurangan . Jika asertive adalah jln tengah yg bisa mengkondisikan kpn waktunya agresif dan kapan waktunya pasif…maka itu menjadi solusi .
    .krna setiap org pasti pnya bibit agresif dan.pasif ..

    Balas
  11. kalau merunut dari 15 indikator di atas, saya berkesimpulan bahwa saya bukan orang yang asertif dan harus belajar lagi tentang asertif ini

    Balas
  12. Saya masih struggling untuk bisa berkomunikasi dengan asertif nih mba, ak juga tipe yang susah ngungkapin pikiran dan perasaaan secara verbal dan non verbal. Jadi seringkali nggak enakan dan kadang susah bilang “tidak”.

    Balas
  13. Teman sy yg psikolog pernah blg, kl assertif itu tidak yes-man. Kayak yg Mbak Hani paparkan, meskipun br kenal, msh sungkan, mestinya kita gak bermasalah utk bilang tidak. Tp ya krn budaya di masyarakat kita kan ewuh-pakewuhnya tinggi. Jd lbh berat segannya sih hehe. Tfs yaa Mbak

    Balas
  14. Saya merasa diri galak tapi temen2 bilang saya asik diajak ngobrol. Itu gimana ya, Buk? Hehehhe

    Bingung juga sama pertanyaannya. Pengen kujawan ‘yes’ semua krn belum yakin udah kenal diri sendiri huhuhu

    Balas
  15. Nilaiku 8. Berarti aku harus belajar lagi
    terutama aku ga bisa mengekspresikan kemarah atau kekecewaan kepada orang lain
    aku memilih diam saja

    Balas
  16. Saya berat mengatakan tidak, tapi sulit menyatakan permintaan tolong. kontra banget, ya. Hahahaha.
    Suka menolong tapi malu minta tolong. di grup, jika dibutuhkan saya aktif, jika ak dibutuhkan saya pasif. Diam-diam saya melakukan tes di atas, tapi hsilnya rahasia saja, ya. Hihihi
    Maturnuwun sudah mengajak merenung pagi-pagi.

    Balas
  17. Wah jadi tau nih, mau juga deh cobain. Selama ini kadang komunikasi masih kurang tepat dan mau masih menyinggung orang lain, pastinya mau belajar deh tentang asertif ini.

    Balas
  18. wah berarti selama ini aku belum mampu bersikap asertif, dimana bisa menyeimbangkan pikiran dan perasaan saat mengungkapkan sesuatu pada teman.

    Balas
  19. Memang banyak orang yang kesulitan untuk mengatakan “tidak” itu ya Mbak. Apakah ada cara untuk menangani kekurangan ini? Atau meningkatkan kemampuan asertif

    Balas
  20. Hahaha dari sekian banyak pertanyaan itu semua “yes” kecuali 2. Jadi semakin faham apa itu asertive. Makasih penjelasannya Mbak.

    Balas

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status