5 Hal Selera Makan Anak SPD (Sensory Processing Disorder)

hani

selera makan anak spd

Selera makan anak SPD – Pada artikel sebelum ini saya menuliskan tentang anak-anak yang picky eater (a.k.a pilih-pilih makan), tuntutan bahwa makanan harus memenuhi standar gizi, dan selera makan anak yang tiba-tiba hilang. Hal yang perlu diketahui tentang selera makan anak SPD (sensory processing disorder) adalah mereka cenderung picky eater yang berkaitan erat dengan penginderaan mereka. Bisa dari rasa makanan, bau masakan, warna makanan, tekstur makanan, bahkan jenis-jenis makanan.

Sebelum lanjut, mari kita lihat video berikut:

Bara’s Foody Doody, perjuangan Bara memilih, menolak, menyukai makanan

Tidak Suka Makanan Tertentu

Terlihat sepele ya dan common, hampir terjadi di semua keluarga, anak (sedang) sulit makan jenis makanan tertentu.
Ini dia masalahnya, tidak suka makanan tertentu itu yang seperti apa?
Untuk kasus Bara, dua bulan terakhir, tidak doyan hidangan utama, nasi dan lauk-pauknya, termasuk makanan penggantinya.

Padahal nasi kan makanan pokok kita. Ada yang sudah makan dua potong pizza, semangkuk bihun baso, plus gorengan bala-bala, masih juga mencari nasi.
Walaupun kata dokter, nasi sebagai sumber karbohidrat bisa diganti dengan makanan pokok lain, misalnya mie, bihun, kentang, ubi, roti, pasta, dan lain-lain. Ternyata sumber karbohidrat lain, Bara pun menolak.

Masalah lain yang terjadi pada kami, Bara yang didiagnosa SPD (sensory processing disorder) belum bicara (speech delay). Berkaitan dengan selera makan anak SPD, mana kami tahu, kan, Bara, tuh, engga doyan apa sih?
Atau, Bara, tuh, maunya dimasakin apa?
Coba dia bilang pengen lontong opor. Detik itu juga kami ke pasar cari ayam, kan.

Pada hidangan utama, gizi yang dibutuhkan tubuh harus dipenuhi. Biasanya hidangan utama terdiri dari karbohidrat, protein, dan sayur. Adapun untuk kasus anak yang mengejar ketertinggalan berat badan menurut standar, protein harus 2 macam, hewani dan nabati.

Kemudian untuk anak-anak Indonesia, perlu ditambahkan kacang-kacangan, seperti kacang merah, kacang hijau, kedelai, dan lain-lain, karena dalam kacang-kacangan kaya akan Ferrum (zat besi). Menurut penelitian, anak-anak Indonesia banyak yang anemia, kekurangan zat besi dalam darah.

Rasa Makanan vs Tekstur Makanan

Seperti saya ceritakan pada artikel yang lalu, bahwa saya menduga Bara bukannya tidak suka rasa makanan (saya cicipi juga masakan Mama Bara, curiga, jangan-jangan emang engga enak …).
Mayan, kok …
Soalnya kalau makanannya tidak enak, ya bukan salah anaknya kan ya.

Saya menduga, berkaitan dengan selera makan anak SPD, jangan-jangan, Bara tidak suka tekstur makanan yang disodorkan.
Rasa makanan selama ini kita ketahui, ada rasa manis, asin, asam, kecut, gurih.
Tekstur makanan yang terasa di lidah, banyak berkaitan dengan keras, lembut, basah, kering, licin, benyek, kenyal, renyah, ditambah dengan panas, dingin, hangat, dan lain-lain.

Indera pencecap yang berkaitan dengan rasa bila digabung dengan indera penciuman, maka kita bisa membaui makanan yang segar, basi, nasi baru matang, ikan atau bawang goreng, aneka bumbu, bahkan kaldu sup.
Digabung lagi dengan indera peraba, makanan yang bisa dipegang atau diraba oleh ujung jari. Dalam beberapa kesempatan, Bara masih makan dengan memegang makanan, belum sepenuhnya memakai alat makan (sendok – garpu). Dilengkapi dengan indera penglihatan, kita bisa melihat warna-warni makanan, bentuk dan teksturnya.

Banyak yah …
Ternyata kompleks hanya urusan makan, tetapi berkaitan dengan sensor-sensor tubuh kita. Seringnya kita tidak menyadari, tahunya makanan enak atau enak banget …

Kami pun browsing artikel tentang ini, dan menemukan:

30 Things SPD Parents Secretly Wish You Knew About Their “Picky Eater” dari lemonlimeadventures.com

Artikel ini sangat membantu kami memahami karakter dan selera makan anak SPD. Bagi mereka ternyata aktivitas makan bisa sangat menyiksa.

It is about texture, smell, visual and taste
and his ability to process it all.

Alih-alih memaksakan Bara makan, disertai omelan dan tangisan, dan berujung semua be-te, kami mengubah mindset. Berusaha mengerti di posisi Bara, apa, sih, yang dia rasa (feel) dengan segala macam makanan tersebut.
Utamanya kami tidak ingin membuat Bara trauma dengan makanan. Celaka, kalau trauma. Kalau sudah berkaitan dengan psikis, urusannya bisa panjang.

5 Hal yang Memengaruhi Selera Makan

Setelah membaca dan meramunya dengan Instastori dari Mama Bara di IG @dianiapsari, maka kira-kira seperti inilah yang kami temukan tentang beberapa hal yang memengaruhi selera makan anak SPD seperti yang dialami Bara.

1. Menu sederhana

Ketika Bara tak doyan nasi, dalam artian dilepeh dengan rasa jijik, kami bingung. Berusaha menggantinya dengan roti, makaroni, pisang, semua gagal. Coba, havermout, hanya bertahan 2 hari. Setelahnya dilepeh juga.

Suatu hari, Mama Bara ingat, Bara doyan jagung rebus. Alhamdulillah, Bara semangat makan jagung manis rebus. Kemudian, kami mencoba memberikan kentang goreng, Bara doyan. Tapi kentangnya bukan kentang dari kentang segar dipotong lalu digoreng. Kentangnya model shoe string yang ada di supermarket. Setahu kami, kentang supermarket terbuat dari campuran kentang dan bahan lain, sehingga teksturnya berbeda dengan kentang goreng buatan sendiri.

Kemudian, kami mencoba memberikan kacang edamame, sejenis kacang kedelai. Direbus sebentar, Bara suka. Dengan sukarela akan dijimpit satu demi satu, dimakan sendiri. Rupanya Bara suka warnanya yang hijau segar dan tekstur licin bulat-bulat itu.

Hampir dua minggu menu Bara, 3 kali sehari adalah jagung rebus, kentang shoe string, dan kacang edamame.
Khawatir sih, bagaimana dengan gizinya? Daftar menu dari dokter ahli gizi ke laut aje, deh.
Alhamdulillah masih doyan susu. Itu pun, yang tadinya doyan banget susu rasa coklat, mendadak pindah ke rasa stroberi. Gara-gara melihat ayahnya minum susu rasa stroberi.

2. Tampilan sederhana

Kita tuh belajar ya bagaimana menata makanan supaya tampilannya menyelerakan. Pokoknya instagramable deh.
Hal tersebut tidak berlaku untuk Bara. Dia hanya suka satu atau dua jenis makanan saja dalam satu waktu.

Bara sejak mulai makan, jarang mau langsung membuka mulut bila disodori makanan. Makanan yang kita sodorkan akan diambil, diamati, melihat ke kami, baru deh dia masukkan ke dalam mulut.
Itu sebabnya Bara sukanya makanan dalam bentuk aslinya.

Misalnya pisang, ya pisang. Pisang diolah menjadi kue, belum tentu doyan. Pisang digoreng, mungkin hanya dilirik.
Begitu pula jagung manis rebus, kami mencoba memberi variasi dengan menumis dengan margarin supaya gurih. No way. Maunya ya just simple boiled corn.

3. Jeli memperhatikan apa yang disukai

Bara juga suka yang segar-segar. Suka buah, dari mangga hingga stroberi. Oleh sebab itu dari rangkaian uji coba, kami pernah mencoba memberi nasi dengan lauk mangga.
Lebih memilih mangga daripada nasi.

Antara rasa manis atau asin, Bara lebih memilih rasa asin. Apalagi kami tidak pernah memberi permen ke Bara. Susu pun hanya susu tertentu yang disukai. Bila terlalu manis, Bara tidak doyan.
Saya sampai memperhatikan ingredients di kotak susu, berapa kalori per takaran saji di kotak susu.

Tadinya saya memilih yang kalorinya tinggi, dengan harapan, berat badan Bara cepat naik.
Keliru saya … kalori tinggi, gula tinggi, pasti lebih manis kan. Ya engga doyan deh …
Zonk lagi …

Pada suatu hari, Akung, kakeknya Bara membeli kaastengels, itu tuh kue keju. Belinya di restoran Braga Permai, resto zaman Belanda, yang berdiri sejak tahun 1923, harganya lumayan banget. Ndelalah, Bara doyan banget. Mungkin kejunya asli dari Londo sana.

4. Suasana makan

Pada suatu acara kawinan kerabat, biasa kan sesudahnya acara makan-makan.
Katanya kalau lihat semua orang makan, anak akan mengikuti lingkungan, jadi ikut makan juga. Jangan harap Bara mau makan di suasana yang hingar bingar seperti ini. Kami harus ngumpet di ruangan lain, baru Bara mau makan.

Pernah Bara dititipkan ke sebuah daycare. Daycare ini bukan daycare tempat Bara sekolah, tetapi daycare yang ada di kampus. Mungkin karena tempat baru, Bara tidak mau makan seharian.
Dari sumber referensi, anak SPD bisa tahan lapar (kelaparan) kalau suasana makan tidak pas.

Kalau dibawa ke restoran, dia suka bila kami duduk di area pojok yang terang dan tidak ada orang lalu-lalang. Pokoknya dia harus yakin secure deh.

Akhir-akhir ini, bila melihat saya dan Akung Bara sedang makan, dia suka sekali minta saya pangku. Kemudian meminta disuapi apa yang saya makan. Memang hanya dua atau tiga suap, kesannya main-main, ngerecokin aja nih.
Tapi pelan-pelan Bara mau lagi makan nasi.

Setelah dua bulan, akhirnya Bara mau lagi makan nasi …
Alhamdulillah …

5. Santai

Catatan dari dokter ahli gizi dalam dua bulan ini belum bisa kami ikuti dengan ketat.
Polanya tetap kami ikuti, jam makan ya makan, durasi paling lama 30 menit. Habis atau tidak, harus stop makan.
Sedangkan porsi maupun jenis makanan yang suka-suka Bara saja.

Kata dokter, buah diberikan sore hari, pagi sarapan lengkap, karbohidrat dan lauk-pauk.
Ternyata, Bara maunya sarapan pepaya, ya sudahlah. Akhirnya berefek jadi pup dua kali sehari, ya sudahlah …

Bara suka banget camilan gurih. Ya sudahlah … selalu sedia aneka merk kaastengels.

Apa yang tadinya doyan banget, seperti kombinasi jagung – french fries – edamame itu, hanya tahan dua minggu. Bahwa sesudahnya engga mau menyentuh lagi, kami berusaha tidak panik dan lebih santai menyikapi.

Setelah dua bulan …

Setelah dua bulan berjibaku, memutar otak, menguras energi dan air mata …

Bara sekarang lagi doyan nasi merah dan chicken karaage. Sampai googling resep chicken karaage dari Cookpad. Walaupun Bara kalau makan, bukan nasi dan lauk (ayam) dimakan bareng dalam satu suapan. Tetapi kalau makan, nasi doang beberapa suap, nanti ayam doang dipegang sendiri.

Blessing in disguise nya dengan lebih santai dan membiarkan Bara mengambil sendiri serta makan yang dia suka, ternyata Bara jadi lebih mandiri. Dia jadi makan sendiri. Kalau merasa sudah kenyang, Bara akan menolak makan. Sebelumnya, kan, kami risau bila tidak habis satu porsi makan.

Walaupun, tentang table manner atau etika makan masih nomer sekian lah. Mau jongkok di bawah, duduknya jegang (kaki naik), makannya ceplak (bunyi), pegang makanan masih pakai tangan kiri, pelan-pelan akan kami arahkan.

Selera makan anak SPD memang unik. Sementara ini tujuannya, Bara mau makan saja dan semoga berat badannya naik.

Bagaimana nih dengan teman-teman blogger?
Anak-anak sukanya makan apa?

Also Read

Bagikan:

hani

Halo, saya Tri Wahyu Handayani (Hani), tinggal di Bandung. Pemerhati arsitektur dan pelestarian bangunan, main piano, menjahit, dan jalan-jalan. Kontak ke bee.hani@gmail.com

24 pemikiran pada “5 Hal Selera Makan Anak SPD (Sensory Processing Disorder)”

  1. waw, ternyata banyak juga ya hal yang harus diketahui soal selera makan enak
    kupikir cuma soal rasa, atau no brokoli, hehe

    hmm aku… belum punya anak sih, jadi gak bisa cerita
    ya emang belum nikah sih laaaaaaah

    Balas
  2. Whuaa ceritanya… seru seru sedap ya Bun. Anak saya waktu umur 2-3 tahunan gt, nasi tok terus ayam tok, skrg juga kadang2 begitu. Pada dasarnya banyak doyan hanya saja lama, td batasnya 30 mnt ya, whuaa anaku bs lebih nih… heuheu…

    Balas
    • Iya. Dokter bilang, makan jangan sampai berjam-jam, malah mengganggu enzym (lupa nama enzymnya). Intinya, anak jadi engga kenal rasa lapar …

      Balas
  3. Wah ini lanjutan tulisan sebelumnya. Anakku jg picky eater. Klo suka mkn nasi ya nasi aja. Klo mau mkn dg lauk, alhamdulillah bgt. Dan dia g suka makanan dg tekstur makanan yg lembur atau kenyal seperti bubur atau sejenis mochi . Thank for sharing, tips ttg appetizer nya sudah dipraktikkan tadi pagi 😊

    Balas
  4. Anak saya 2 tahun kadang masih pilih2 lauk. Kalo nasi doyan, bahkan bisa makan nasi saja, lauk belakangan 🙂 sayur yg paling disukainya sih wortel, buah paling suka jeruk. Saya gak maksa harus habis juga, Bun. Yang penting dia enjoy makan. Suka susu UHT plain juga dia. Alhamdulillah, BB nya naik terus sih.
    Tetap semangat buat Kakak Bara 🙂

    Balas
  5. Kisahnya bikin haru, mba. Anak saya yg nomor dua juga sempat ga mau makan nasi hampir setahun. Makannya ya apapun itu yg dia mau. Untungnya masih mau roti. Tapi begitu mau makan nasi, eh porsinya langsung banyak, dan pemilih untuk jenis lauknya. Yaahh,, apapun itu yg penting membuat anak enjoy saat makan agar tidak trauma.

    Balas
  6. Masya Allah, ternyata kalau bisa memahami kondisi anak maka semuanya menjadi lebih mudah. Ini satu pelajaran yang sangat berharg buat saya.

    Balas
  7. Informasinya detil mb…noted….tp bkn untuk anakku secara sdh gede2…mungkin buat yg lain yg msh punya anak balita. Atau buat cucu-ku kelak hehe…mksh sharingnya

    Balas
  8. Wah ternyata ada banyak hal yang musti diperhatikan untuk anak terdiagnosa SPD ya Mbak Hani
    Terima kasih sudah menuliskan ini
    Syukurlah kalau sekarang Bara sudah mau nasi merah dan chicken karage. Semoga makin membaik selera makannya nanti.
    Salut buat Mama Papa dan Akung Utinya..:)

    Balas
  9. Bunda ini kalo nulis selaluuu lengkap. Asik bacanya. Anak pertamaku suka apa aja sih, hahhaa. Emaknya kadang harus nyetop saking gendutnya. Beda sama adeknya yang lebih irit soal makan. Ah Bara, cepat gendut juga yaaaa

    Balas
  10. anak saya sih masih dua tahun bun, dan pernah picky eater. Sayangnya dulu saya belum tahu apa itu picky eater

    Balas
  11. Mamak terkadang sedih, beliin makanan ini itu, menguras dompet tak apa, dibujuk rayuan mautpun tidak mempan, ehhh anaknya cuma mau makan sama tahu ajaaa 😂

    Balas
  12. Saya punya anak empat semuanya beda kesukaan sama polanya. Pr yang bungsu ini kalau makan sama sayur pasti mau airnya aja.

    Balas
  13. Anak saya paling demen sama ayam upin-ipin. Tantangannya yaitu mencoba merasakan segala jenis buah. Yang bungsu doyan semua buah, yang tengah maniak kelengkeng, yang sulung duren, yang pusing saya hahaha

    Balas
  14. Ping-balik: √7 Masalah Pengindraan Anak Sensory Processing Disorder (SPD) | Hani Widiatmoko

Tinggalkan komentar

DMCA.com Protection Status