Postingan terakhir saya adalah tentang Teman yang merupakan tema 1minggu 1cerita yang membuat saya harus ngeblog setiap minggu. Kisah minggu lalu itu tentang teman-teman saya yang berbeda generasi dengan saya. Beruntungnya punya teman beda generasi, saya jadi keidean menulis artikel kekinian. Seperti halnya postingan hari ini. Ini gara-gara postingannya Irly tentang menitipkan anak ke kakek-nenek. Ternyata artikelnya Irly juga menanggapi artikelnya April Hamsa tentang pilihan menitipkan anak ke kakek-neneknya, Yay or Nay.
Ketika dalam sebuah keluarga anak-anak menikah, maka obrolan beralih ke ‘sudah punya cucu atau belum’. Dan rencana apa yang kami lakukan, sebagai Emak-emak kece yang lupa umur, bila ternyata punya cucu. Macam-macam komentar teman saya tentang menghadapi cucu di kemudian hari. Tadinya saya pikir, teman yang mau dititipi cucu, adalah anak dari anak perempuan. Ternyata saya salah, ada juga teman yang ketitipan cucu dari anak laki. Sudah banyak cerita kan mother-daughter in law relationship yang gampang susah itu.
Saya sendiri ibu bekerja, beranak dua, yang ketika anak-anak kecil tidak menitipkan anak-anak ke kakek-neneknya. Pertama, orangtua saya di Jakarta, sedangkan saya di Bandung. Kedua, walaupun mertua juga tinggal di Bandung, sejak awal ibu mertua keberatan dititipi cucu karena merasa sudah tua. Ya sudah, saya tahu diri. Beruntungnya zaman itu, ART lebih mudah diperoleh daripada zaman sekarang. Mentang-mentang anak dua, ART pun dua. Satu tugasnya memasak, satu lagi mengasuh balita bergantian.
Nah, dari obrolan sana-sini, ada beberapa pendapat kenapa keluarga atau pasangan mau dititipi cucu. Inilah 5 alasan kakek-nenek mau dititipi cucu:
1. Prasyarat dan Sepakat
Teman saya ada yang sering menyatakan bahwa dia akan ini-itu bila dititipi cucu. Misalnya, dia mau dititipi cucu, asalkan dibekali kartu kredit unlimited, dan cucunya juga disertai dengan baby sitter dan supir.
Wah, kasihan juga anak-menantunya bila ada prasyarat seperti itu. Hari gini tidak gampang punya penghasilan yang kartu kreditnya unlimited. Apalagi baby sitter. Jangan-jangan seluruh gaji lewat untuk membayar baby sitter. Jangan-jangan karena adanya prasyarat ini-itu dari orangtua membuat anak-anak lebih memilih tidak mempunyai anak saja.
Jangan salah sangka, saya tidak mengeluarkan syarat apa-apa lho, bila pada suatu hari dititipi cucu. Asalkan…
Lho kok ada asalkannya? Ya, asalkan janjian terlebih dahulu.
Bila akan menitipkan anaknya, tanya dulu, yang akan dititipi hari apa mau kemana, sibuk atau tidak. Karena saya masih bekerja di luar rumah, tentunya urusan titip-menitip harus dibicarakan dengan benar.
Ketika masih bayi, mungkin lebih bisa mengatur waktu dan gantian dengan ayah si bayi. Hari gini, sulit mempunyai ART, maka mau tidak mau sang Ayah harus mau cawe-cawe (turun tangan). Tetapi, ketika bocil mulai jalan dan keluyuran, tenaga Granny tidak cukup memadai untuk mendampinginya sepanjang hari. Beberapa keluarga yang ayah-ibu bekerja memilih menitipkan putra-putrinya ke daycare. It’s OKE sih menurut saya.
2. Sayang
Hampir semua orangtua yang telah menikahkan putra-putrinya, harapannya adalah menimang cucu bukan? Saya pikir, wajar-wajar saja. Bila saling curhat dengan sesama teman, ternyata anak-anak mereka ada yang menunda mempunyai anak. Sehingga harapan segera menimang cucu tertunda. Beberapa teman ada yang tidak berani tanya, kenapa anak-anak mereka belum berputra. Iya sih, hal-hal seperti itu memang tidak untuk ditanya-tanya.
Beberapa anak teman ada yang tinggal bersama pasangan di luarnegeri berbiaya tinggi, bahkan memang berencana tidak mempunyai anak. Kalau begini, sepertinya pupus harapan menimang cucu.
Oleh sebab itu, maklum banget bagi senior citizen yang lalu punya cucu sekian-sekian. Sepertinya sebagai pasangan, mereka naik peringkat. Maklum banget, kalau yang ada adalah perasaan sayang yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
3. Pola Asuh
Pola asuh anak-anak dari generasi ke generasi berbeda. Dulu saya diberi buku fotocopyan oleh Mamah, karangan Dr. Benyamin Spock. Pokoknya apa-apa si bapak Benyamin ini. Panduan the best lah. Lah saya pun ikutan kan membaca dan turut apa kata buku tersebut. Ndelalah kok ya, ada info baru, apa yang tertera pada buku tersebut adalah hasil riset di klinik beliau. Pak Benyamin tidak mempunyai anak sendiri.
Lewat lah, buku tersebut saya loakkan (tanpa sepengetahuan Mamah, tentu saja). Panduan saya beralih ke majalah Ayah-Bunda, buku parenting dan hari gini adalah ke Google, dong. Perbendaharaan pengetahuan tumbuh-kembang si Kecil berkembang dari waktu ke waktu. Zamannya sudah berbeda.
4. Sabar
Bedanya kakek-nenek dengan ayah-ibu adalah, kadang-kadang kakek-nenek lebih sabar. Kadang-kadang sih.
Seringkali karena lelah bekerja, ayah-ibu kan suka kehilangan akal, anak yang tantrum mau diapakan. Tiba-tiba muncul kakek atau nenek dengan kondisi pikiran fresh dan hati yang lapang akan mengambil alih cucu yang rewel. Biasanya bocil ini juga mengerti bahwa ada kakek-nenek yang tidak dalam keadaan mumet, terus bocil ini tenang dan anteng.
Ada cerita, sebagai ibu baru, biasanya mereka kan panikan, dan bingung harus berbuat apa. Dengan adanya nenek, lebih bertangan dingin dan mengambil alih sementara. Contohnya, dulu anak saya nangis beker-beker gitu, saya bingung mau diapakan. Kebetulan kami masih serumah, Mamah menyeruak ke dalam kamar, cek-cek, langsung tahu, bahwa putra saya kolik. Perutnya kembung keras, dioles minyak telon, langsung anteng.
Duh …
Beda cerita dengan teman saya yang baru mempunyai cucu. Setiap kali teman saya mengambil alih cucunya yang rewel berjam-jam dan berhasil ditenangkan. Tidak disertai dengan kelegaan putrinya. Putrinya malah merasa gagal sebagai ibu, karena menganggap ibunya turut campur menenangkan anaknya. Padahal, karena teman saya tidak tahan dengar suara tangisan yang tidak berhenti-henti dari kamar sebelah.
5. Hangat
Serunya ada cucu di rumah itu, rumah jadi hangat. Memang sih, rumah berantakan, mainan dimana-mana. YangTi dan Akung ini harus bermata elang mengawasi cucu geratak apa-apa yang di atas meja. Ada sesuatu dalam hidup yang tidak membosankan dan membuat semangat. Misalnya jalan-jalan ke mall atau toko buku, menyempatkan mampir ke bagian mainan anak atau buku anak. Kira-kira milestone bocil tumbuh-kembangnya harus bisa apa. Lalu sang Nenek punya ide, apa yang bisa dilakukan untuk membantu tumbuh-kembangnya. Kalau ke pasar atau ke supermarket, adalah selalu buah tangan untuk sang Cucu. Bener ga?
Walaupun ada yang setuju ataupun tak setuju tentang anak-anak yang dititipkan ke kakek-neneknya, saya pikir semua bisa didiskusikan dengan baik-baik, sehingga tidak ada yang merasa diabaikan.
Nah, teman-teman gimana? Pernah menitipkan anak ke kakek-neneknya?
Bandung, November 2017 Hani
Huahhh.. Ada sudut pandang lain.. Saya baru tahu yang punya blog sudah menjadi nenek. *Apa karena jadi bloger jadi selalu terlihat/dianggap muda? hihi..
Thanks for sharing, saya tetep panggil Mbak aja ya.. ?
Haha….makasih sudah mampir. Enaknya dunia maya kan begitu. Anonymous. Bisa ngaku muda terus…hehe…
Hahah setuju Buk, saya suka nitip ke Mertua sih kalo pas mau mandi, masak atau beli sesuatu. Kata Suami kita harus mandiri, enggak boleh ngerepotin jadi ya enggak sering-sering lah selama bisa ya biarkan Nenek istirahat 🙂 perjanjian penting banget itu
Makasih ya sudah mampir. Iya…seneng kok dititipi cucu. Cucu juga seneng ama kakek-neneknya. Ada bonding gitu…
waaah~ sehat2 terus yaa bu.. ini mah nenek keren banget <3
Makasih doanya. Gaul ama yg keren-keren nih, jadi saya kebawa keren…#eh…hehe
Sayaaaah aliran yang nitipin anak ke nenek Kakek pasca pulang sekolah. Dan mereka senang saja. Kangen malah kalau sehari tak bertemu. Itu sekarang saat anak sudah TK dan bisa di ajak cerita. Sebelumnya, tetep daycare 🙂
Salam hormat bu Hani 🙂
Sekarang cucu masih 2.5 thn. Saya yg antar-jemput daycare. Se daycare jadi manggil saya Uti (dari Eyang Putri). Hehe…
Wah ini sudut pandang ibu sebagai nenek, namun sayangnya mertua ga mau terbuka seperti ibu. Yang mau dititipkan asal janjian dulu sebelumnya memang mertuaku minta anakku harus dg beliau tapi sayangnya aku sering mendengar keluh kesah yang tidak enak akhirnya aku memutuskan dengan ART saja alhamdulilah dg putusanku begini hubungan kami jadi baik kembali tanpa ada dusta diantara kita hehehe
Syukurlah kalau hubungan ama mertua sudah baik kembali. Iya sih. Kadang terlalu semangat, lupa kalau fisik tak sekuat dulu. Jadi ga sengaja mengeluh sewaktu dititipi cucu. Nah, ini yang bikin friksi dan miskom. Jalan tengah yaaa…sebagai nenek cuma bantu-bantu doang seperlunya… ?
Wahh asyiknya punya nenek gaul ya bu, ibu saya jarang2 ketemu cucu, jauhan hihi, semoga ibu sehat selaluu aamiin..
Iya…kangen ga liat cucu sehari aja. Padahal rumahnya deket…hehe
Nenek kekinian nih. Rajin berselancar di dunia maya agar selalu update berita terbaru termasuk tentang pola asuh. Mantap bener mbak
Urusan nitip cucu ke nenek kakek ini memang kadang jadi dilema ya.
Saya yang kebetulan jauh dari orang tua dan mertua, mau gak mau akhirnya resign dari kerjaan kantor demi bisa jaga dan ngurus anak. Gak tega mau nyerahin ke pengasuh. Gak tega pula mau membebani ortu/mertua yang harus bolak balik ke Bogor buat jagain cucu. Biarlah saat mereka bertemu cucu, saat rindu sudah menumpuk dan tak perlu setiap hari melihat kelakukan ajaib cucunya ini hehehe
Iya bener…biarkan rindu menumpuk, jadi kelakuan ajaibnya cucu bisa dimaafkan. Kalau tiap hari berkutat dng cucu bisa ga tahan juga…hehe…
Makasih dah mampir…
Memang berasa perhatian kakek sama nenek itu langsung tercurah begitu cucunya lahir. Nggak bisa diganggu gugat
Pingback: Masih Ada Pilihan untuk Anak Berkebutuhan Khusus - blog hani
Pingback: Peran Kakek-Nenek sebagai Sahabat Keluarga dalam Mendidik Anak di Era Digital - blog hani
Kakek neneknya anak-anak jauh semua mbak. Saya tinggal di Jatim. Ortu di Jateng, mertua di Bengkulu. Jadi ya mengandalkan ART saja. ART juga nggak nginap, jadi pagi sebelum saya berangkat ke kantor dia sudah datang. Sore, setelah saya pulang, dia juga pulang ke rumah nya. Untung suami wiraswasta, jadi kalau pas ART ijin nggak masuk, suami yang di rumah ngasuh anak-anak
Saya pun salah satu orang tua yang menitipkan dan mempercayakan anak saya dididik oleh orang tua saya (kakek-nenek dari anak saya). Hal itu dilakukan karena kesibukan dari kami sehingga dikhawatirkan tidak dapat mengontrol pergaulan anak saya karena kurangnya pengawasan. Saya yakin orang tua saya pun sanggup dan iklas untuk itu. Tapi semua itu juga diawali dengan diskusi agar tidak memberatkan mereka (kakek-nenek/orang tua saya)
Terimakasih atas komennya. Beberapa artikel dan komen memandang negatif menitipkan anak ke kakek-nenek. Padahal ada bbrp kondisi di mana tidak ada tempat lain selain ke kakek-nenek. Nenek sekarang melek digital kok. Berbagi link ilmu parenting bisa jadi win-win solution ttg pola asuh anak.
Asal anak tahu berterimakasih ke ortu yg dititipi cucu, kayaknya sih fine aja. Mudah²an engga ada friksi…
Sejak awal nikah, saya dan istri memilih tidak menitipkan anak kepada orgtua. alasannya, kami tidak ingin merepotkan, meski alasan ini sebetulnya sangat relatif, toh mereka juga tidak merasa direpotkan. hanya dalam kasus tertentu saja, kami menitipkan sebentar, dan biasanya kalau bbrp alternatif sudah tidak bisa: seperti tidak ada day care, dsb.
Iya…titip sesekali fine sih. Kalo tiap hari, trus anak-mantu keenakan, ini yg engga banget. Terimakasih komennya…
Wah saya belum pernah menitipkan anak saya ke orang tua, karena belum punya anak hehehe, tapi sepertinya jika saya punya anak juga tidak akan dititipkan pada orang tua karena kami tinggal di benua yang berbeda,.
Nah ini perspektif lain dari pola asuh kakek nenek. Yang jdi pertanyaanku kenapa nenek anak sendiri (dulu wktu masih kecil) dimarah2in, tapi cucu gak dimarahin?
Eh…gimana? Anak2 dimarahin mungkin krn berbuat salah. Zaman skrng engga bisa sembarangan marahin anak. Menurut ilmu parenting ntar dibilang child abused pula. Pengennya sih marahin kali. Tapi kan, engga enak ama anak-mantu. Hehe…
Orang tua dan mertua saya semuanya jauh. Saya di Bali, orang tua di Padang, mertua di Jakarta. Cucu-cucu sekali 3 bulan atau sekali 6 bulan saja bertemu kakek neneknya. Tapi untuk meningkatkan bonding, kami sering video call. Senangnya disayang kakek nenek ?
Seneng ih…Zaman udah maju, video call aja. Dulu, Mamaku yg nyusul ke Bandung. Nengok bbrp hari gitu. Asyiiik kalo ada Mama, ada yg masakin cucu. Trus kami berdua disuruh nonton, Mama di rumah jaga cucu. Hehe…
Bener banget Mbak . Saya juga kalau mau nitipin anak kakek-neneknya harus nanyain dulu bisa atau enggak , jelasin kondisi kesibukan saya, untuk berapa hari, dan lain-lain. Terus juga nggak lupa untuk nitipin uang jajan untuk anak kita ya nanti beliin sesuatu untuk kakek neneknya sebagai tanda terima kasih.
Nah, pas ini. Dikondisikan yah…Titip kakek-nenek bukan bencana kan…
Belum punya anak sayanya. Tapi kadang saya mikir, kalau sudah punya anak nanti, gimana mau nitip ke nenek2nya ya. Dua-duanya sibuk, hhe
Ada yg jadinya ibu di rumah, ayah di rumah, atau titip day-care. Eh tapi…ntar kalo udah punya anak, nenek²nya trus pensiun. Wkwkwk…kakakku gitu sih. Pas punya cucu, pas pensiun. Anaknya tetangga pula…
Sudut pandang tulisan ini menarik nih dan jarang diulas. Ngomong-ngomong, kalau nitip anak ke orang tua jangan lama-lama lho. Aku nih salah satu yang anaknya nyantol di mama. Jadi kan waktu anakku SD, karena Pewe suka pindah-pindah kota kerjanya, anak pun akhirnya dititipkan di orang tuaku. Ini karena orang tuaku keberatan juga cucunya dibawa pindahan mulu. Tapi karena nitipnya kelamaan, anakku malah lengket sama mamaku. Kalau dipisah lama-lama, pasti dua-duanya bisa sakit. Ya udah, akhirnya akunya yang ngalah wis. Sampai sudah kuliah semester 3 ini, anakku masih di Banjarmasin tinggal di rumah orang tuaku
Waduh, bondingnya kuat banget yah antara nenek dan cucu. Bersyukur aja yah, berarti Audi aman, pengasuhannya pasti bener, krn ditangan ortu sendiri.
Peran kakek nenek diperlukan dalam kehidupan anak tapi tidak juga menjadi dominan kak (sewajarnya) dan sebagai orang tua anak ga perlu juga bereaksi berlebihan terhadap kakek nenek anak2 kita (meskipun kadang2 jengkel juga, ga usah diutarakan, diamkan saja) toch waKtu bersama anak masih lebih bersama orangtuanya ketimbang kakek neneknya. (Kecuali yg tinggal sama orang tua ya)
Iya Bang. Sesekali seneng aja kok. Repot memang yg serumah. Ada yg anaknya keenakan, ada Mamah ini yg jaga. Ada yg engga betah, jadi keluarga muda tsb uring²an. Makasih ya komennya…
kebetulan saya merantau jd gak bs nitip cucu ke kakek neneknya. hihi. pernah ada suatu kondisi dimana saya dan suami harus pergi berdua sementara anak saya masih bayi. terpaksa nitip ke tetangga selama 2 jam. bekal ASIp saya siapkan dalam beberapa botol agar saat dia haus, tetangga gak bingung. aman deh
Nah ada cerita. Kan mertua engga mau dititipi. Pada suatu hari saya perlu pergi, anak saya titipkan tetangga. Udh balita waktu itu. Kata mertua:”Kok dititip ke tetangga sih”…aku kudu piye?…wkwkwk…
Memang harus ada adab saat menitipkan anak pada neneknya. Juga jangan sampai menyusahkan beliau. Dosanya bertikel-tikel eh berlapis-lapis kalau menyusahkan hari tua beliau. Baiknya memang plus baby sitter. Jadi beliau hanya mengawasi.
Bagaimana jika terkendala finansial? Komunikasi dan kesepakatan. Intinya harus tahu diri saat menitipkan anak. Ini bukan tentang uang tapi adab
Menitipkan anak-anak pada kakek dan nenek buat saya lebih bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan. Karena mencari orang kepercayaan tidaklah mudah, apalagi kalau ditinggal seharian penuh.
Salah satu kebahagiaan dunia adalah saat kami sebagai orang tua kerepotan, kemudian ada kakek nenek yang datang membantu mengurusi si kecil. Hanya saja, sedapat mungkin tidak sering merepotkan beliau2.
Ya ampun aku shock ada yang mempersyaratkan kartu kredit unlimited dan baby sitter 🙁 Aku sih setuju sama syarat prasayaratnya mba Hani yang harus jelas tujuannya mau ke mana anaknya harus dititipkan ke kakek-neneknya. Aku sih belum pernah menitipkan anak ke ibu-bapak karena belum menikah dan punya anak hehehe Paling kakakku sama kakak ipar yang nitipin anaknya di rumah, itupun cuma sebentar plus jarang karena tinggal beda kota. Jadi nitipinnya pas lagi pulang kampung dan ibu-bapak nggak keberatan karena emang lebih sabar sih kakek-nenek mah dan bener, ada ponakan di rumah bikin suasana jadi lebih hangat dan hidup.
Ternyata semua ini perlu kesepakatan antar kedua belah pihak agar sama-sama enak dan nyaman.. karena meawat dan mengasuh si kecil butuh tenaga dan waktu yang ekstra
Gpp sih nitip anak ke kakek neneknya sesekali
Malah kadang kakek nenek yang minta karena sayang atau biar rumah ramai
Tapi ya memang kitanya harus ngerti juga, jangan sampai jadi beban
Bagaimanapun beliau2 sudah tua dan berhak bahagia tanpa direpotkan
saat anak-anak saya masih kecil dulu saya titipin ke neneknya kalau kami memang benar-benar sibuk. dan sebelum saya tinggal terlebih dulu saya belikan mereka jajanan yang mereka sukai. jadi neneknya tidak sampai kerepotan bila mereka minta dibelikna jajanan
Wah kalo bahas soal pengasuhan dengan menitipkam bersama kakek nenek menurut pandangan aku nih mba, karena menyaksikan sendiri gimana mamah mertua dan ayah sangat begitu sayang sama cucunya nih dan ada efek yg kurasa kurang sesuai aja sama pola asuh yg aku terapkan nanti buat anak-anakku. Tp it’s okey selama keputusannya sudah diambil secara bersama-sama dan dipertimbangkan dg matang dan tidak ada yg keberatan ya
Kalau saya pribadi belum ada pengalaman nitip anak ke kakek nenek. Soalnya tinggalnya tidak sekota. Tapi kayaknya kalau bisa nitip sebentar enak juga ya…bisa me time tanpa khawatir..hihi.
Kadang kasian klo nenek kakek ngasuh cucunya. Kasian udah tua.. Kadang mikir gini.
Tapi aku pernah nanya ke nenek tetangggam mereka justru sneneg di rumah ituu rame karena ada anak kecil.. Hidup makin berwarna di masa tuanya