Teman-teman,
Baru-baru ini di Bandung, tepatnya di Graha Manggala Siliwangi, jalan Aceh no 66, diselenggarakan pameran bertema Fashion and Craft sejak 18 hingga 20 April 2019. Acara tersebut diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bandung, Pemerintah kota Bandung, Little Bandung, dan komunitas lainnya.
Selain penjualan produk pameran tersebut, ada acara Local Vocal Creative Talkshow juga. Narasumbernya keren-keren, ada Ramalis Sobandi, PhD (Ekonomi Kreatif), Ira (Food and Product Photographer), Santika Syaravina (Creativepreneur), Ben A. Prayudha (Bisnis Strategi), Raisya Garlufi (Zero Waste Designer), dan Arrestabila (Copywriter).
Sebagai blogger, a.k.a narablog, saya ingin tahu nih talkshownya Arrestabila, secara kita-kita yang aktif di literasi digital, sedikit banyak bersingunggan dengan copywriter.
Peran Aktor Ekonomi Kreatif pada Dunia Fashion
Sejak tahun 2015 pemerintah mendirikan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), yaitu lembaga pemerintah nonkementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang pariwisata. Semuanya ada 16 sub bidang ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan di tiap-tiap provinsi, kota, dan komunitas. Oleh sebab itu tiap daerah diminta menggali potensi daerahnya masing-masing. Hal ini sangat penting, karena Indonesia adalah negara besar dan di masa yang akan datang tidak bisa hanya mengandalkan hasil bumi, terutama minyak bumi. Fashion merupakan salah satu dari ke-16 sub bidang ekonomi kreatif tersebut.
Ternyata Jawa Barat sebagai provinsi terbanyak jumlah penduduknya berperan cukup tinggi pada ekonomi kreatif. Kota Bandung merupakan gudangnya resource produk fashion tersebut.
Perlu teman-teman ketahui ada 4 (empat) aktor yang berkolaborasi di dunia ekonomi kreatif agar masing-masing sub sektor tersebut maju. Mereka sering disebut sebagai ABCG, yaitu academics (akademisi), business (pebisnis), community (komunitas) dan government (pemerintah).
Salah satu rantai dari ke 4 aktor tersebut tidak bergerak, maka macetlah ekonomi kreatif yang kita gadang-gadang tersebut. Ternyatanya lagi, peran media sangat pembantu untuk mensosialisasikan masing-masing aktor dan sub sektor. Apalagi sekarang zamannya digital media.
Seluk-beluk Fashion Digital Content for Social Media
Teman-teman, siapa yang sering kepoin Instagram produk fashion? Semua pasti pernah ya, apalagi menjelang lebaran, siap-siap scroll diskon. Jangan-jangan, di antara teman-teman ada yang mempunyai toko online juga nih.
Ternyata ya, kita tidak boleh asal upload foto produk terus bye-bye, hanya sesekali ditengok. Kalau ada yang mampir dan closing…alhamdulillah. Kalau terlewat, terus harus sabar, mungkin belum waktunya.
Beberapa talkshow ekonomi kreatif yang saya hadiri, ada semangat ingin meng’goal’kan Indonesia menjadi pusat mode busana Muslim. Seperti misalnya Paris sebagai pusat mode houte couture (adi busana), New York sebagai pusat mode casual wear, atau Tokyo sebagai pusat mode street style.
Mau tidak saya bisikkan tips-tipsnya copywriting atau menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan produk-produk fashion agar tidak membosankan? Saya mendapatkan tipsnya dari Arrestabila seorang model, creative director, dan copywriter.
Siapakah Arrestabila
Abil Arresta, gadis kelahiran Bandung 12 Desember tahun 1993, masa kecil dan remajanya di Tasikmalaya, sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Abil Arresta lebih populer di dunia digital sebagai @arrestabila, followers Instagramnya sudah mencapai sekitar 40.000 followers. Bahkan di dunia maya juga dituliskan bahwa gadis cantik generasi milenial ini juga fashion blogger.
Nama Arrestabila sempat masuk dalam list “InstaGirls” tahun 2016, diikuti oleh followersnya untuk mengetahui outfit apa yang dipakai hari ini, style dan gaya berfoto.
Menurut saya, memang gayanya cool dan keren sih. Lengkap deh.
Sehubungan dengan pameran kali ini memang tentang Fashion and Craft, Arrestabila langsung ngeklik dengan acaranya. Tentu saja Arrestabila bangga dengan produk-produk yang dipamerkan karena di antara produk-produknya berupa Green Fashion. Artinya produk tersebut memperhatikan pelestarian lingkungan, memakai pewarna alami, dan lain-lain.
Beberapa produk fashion dan kain memang merupakan produk etnik, misalnya kain yang memakai teknik ikat dan celup. Ciri khas warnanya merupakan warna-warna alam nada kuning lembut, krem, coklat, hijau, kebiruan, atau indigo.
Menyinggung tentang konten digital pada media sosial, kita perlu tahu bedanya menulis artikel di blog dengan tulisan di instagram. Di blog, kita menulis artikel yang panjang, antara 500 kata hingga 2000 kata. Menulis di Instagram, walaupun sekarang trendnya kalimat panjang juga, tetapi lebih berupa caption, atau paragraf pendek.
4 Fashion Social Media Copywriting Tips ala @arrestabila
Copywriting adalah seni menuliskan teks dengan tujuan memasarkan atau mempromosikan sebuah produk. Di sinilah letak keunikan atau kesulitan profesi ini, karena dalam dunia tulis-menulis ada bahasa tersirat dan tersurat. Terlalu blak-blakan ngiklan, masyarakat cenderung menganggapnya murahan. Seolah mirip dengan iklan kecap. Semua iklan kecap mempromosikan produknya sebagai kecap no 1. Fashion social media copywriting memerlukan skil tersendiri, karena produk yang ditawarkan harus jeli target audiens yang disasar.
Mari kita simak 4 hal yang penting berikut, apabila kita berkiprah sebagai copywriter terutama pada produk fashion.
1- Brand Voice
Brand voice adalah bagaimana konsumen melihat suatu brand dan persepsi mereka terhadap produk tersebut. Pada kesempatan talk show ini, Abil mengambil contoh dari salah satu stal peserta pameran.
Brandnya bernama AOKINU
Dari nama brand, apa yang kita bayangkan dari produk tersebut. Apakah riang, penuh humor, terdengar simpel.
Abil mencontohkan supaya kita membaca kalimat demi kalimat storytelling, dan dengarkan brand voice (pesan) yang disampaikan. Beda produk, beda pula brand voicenya. Produk Moslem fashion (busana Muslim) akan berbeda dengan produk kulit. Produk pernak-pernak asesoris akan berbeda dengan produk tenun.
Selain itu tergantung juga pada audiens yang disasar oleh brand. Bila target audiensnya adalah fashion blogger, maka mereka tak masalah dengan harga yang ditawarkan. Asalkan fashion blogger tersebut bisa menjadi trend setter mode. Boleh dibilang mereka cenderung konsumtif.
Berbeda dengan target audiensnya mahasiswa. Mahasiswa cenderung senang selfie, produk fashion sesuai budget. Sedangkan creativepreneur tentu saja beda lagi. Pekerja kreatif boleh dibilang workaholic, gila kerja. Tentu saja style mode mereka yang casual dan tidak neko-neko.
Disinilah letak ketajaman analisis dari pemilik brand. Mereka harus tahu perilaku target audiensnya.
2- Strategi Komunikasi
Pada paparannya Abil menjelaskan bahwa kita harus punya strategi komunikasi menawarkan produk fashion di media sosial, terutama Instagram. Sederhananya ada 4 bagian formula yang bisa kita urutkan sebagai berikut:
a- Tone
Konten media sosial walaupun berupa kata-kata atau kalimat, pembaca harus bisa merasakan nada produk yang ditawarkan. Apakah style produknya sederhana, jujur, personal, dan lain-lain.
b- Character/ Persona
Mempersonakan produk atau menambahkan karakter pada produk. Artinya usahakan produk yang kita jual mempunyai karakter. Misalnya gaya busana Muslimnya Zaskia Sungkar dan Zaskia Adya Mecca, keduanya mempunyai ciri yang berbeda.
c- Language
Menuliskan kalimat untuk menawarkan produk harus tetap sopan. Kalimat-kalimat panjang dibagi menjadi paragraf pendek. Abil menyarankan memberi jarak antar paragraf dengan menambahkan titik. Pernah juga saya belajar dari teman, dengan menuliskan terlebih dahulu paragrafnya di notes atau aplikasi text, setelah rapi baru dipindahkan ke Instagram.
d- Purpose
Tujuan kita menuliskan konten produk yang akan dijual pada Instagram tentu saja agar jualannya laku. Dalam hal ini Abil menyarankan bukan melulu kalimat jualan. Kalau berulang-ulang menawarkan produk (hard selling), pembaca akan bosan. Usahakan juga memberikan edukasi, menghibur, menginspirasi, dan diselingi pula dengan memberikan tips.
2- Tips Menulis Secara Digital
Berikut beberapa tips untuk menulis secara digital.
a- Research
Riset, riset, dan riset. Ini sih sama di dunia tulis-menulis mana pun. Mau menulis digital, atau menulis buku, kita perlu riset terlebih dahulu sebelumnya.
b- Spell Check Program
Kita ini targetnya menjadi pusat mode busana Muslim kan ya. Walaupun kotanya belum ditentukan. Oleh sebab itu kita harus mulai copywriting dalam bahasa Inggris. Abil menyarankan memakai software Spell Check Program, namanya Grammarly, supaya kita bahasa Inggrisnya sesuai kaidah gramatikanya.
c- Plan Your Piece
Sebelum menulis buat dulu kerangkanya, apa yang akan kita tulis. Bagus juga membuat sebuat Tema. Seperti halnya desainer kondang, setiap akan mode show atau mengeluarkan style baru, ada tema tertentu. Tema tersebut akan menjadi acuan produk-produk yang ditawarkan. Misalnya Tema Musim Semi, Tema Retro, Tema Pelangi, dan lain-lain.
d- Edit and edit again
Sebelum konten yang kita tuliskan di media sosial dipublish, edit, edit, dan edit lagi. Bisa struktur kalimatnya, bisa gaya bahasa, bahkan foto produknya. Gaya bahasa untuk target audiens hijaber Ibu-ibu dan mahasiswa berbeda.
3- Content Plan
Rencanakan konten untuk sebulan penuh. Arresta menyarankan membuat tabel perencanaan di google, jadi kita bisa bekerja secara online.
Adapun komposisi kontennya adalah 30% inspirasi pada style fashion, 50% informasi produk, dan 20% kolaborasi.
Kenapa kita juga harus menyasar kolaborasi? Yakali, tidak mungkin produk fashion berdiri sendiri. Dia perlu tas atau sepatu yang sesuai. Untuk busana Muslim, kolaborasi dengan jilbab yang pas, asesoris yang mendukung fashionnya, dan lain-lain.
Teman-teman, demikianlah tips bagaimana kita membuat teks konten pada media sosial untuk produk fashion. Media sosial dalam hal ini tidak terbatas pada Instagram saja, Abil juga menyarankan kembangkan media sosial lainnya seperti Twitter, Fanpage, dan lain-lain.
Kemudian tips terakhirnya adalah:
Sebagai pegiat ekonomi kreatif, dalam hal ini produk fashion, kita jangan sampai tidak mengikuti trend, jangan bosan belajar, dan terus memperluas wawasan dengan baca-baca dan baca.
Semoga bermanfaat.
Bandung, 25 April 2019
Nggak terasa baca artikel ini sampai habis 1 cup es krim, hihi. Alhamdulillah nama ilmu baru nih. Nggak cuma bisa diterapin untuk bisnis, tapi juga bisa untuk personal branding ^^
Bener banget, banyak orang takut kolaborasi. Padahal kolaborasi malah mnguatkan juga meluaskan pemasaran ya.
Satu lagi soal edit, edit, edit, merasa kejewer banget nih… Apalagi klo mepet DL… hihii
Bahkan sekedar menulis caption pun ada ilmunya ya..
Nambah pengetahuan lg nih
Makasih mak sudah berbagi?
Content Plan..keren ini
Biasa kerja gedabrukan, enggak heran hasil juga enggak maksimal..duh!
Tips kece dari Abil, menohok bener
So young! Cerdas, kreatif, dan inovatif. Anak muda yang keren banget, nih. Masukan-masukannya kece ya, Bun, ada beberapa hal yang kadang tak terpikirkan.
Berarti fashion busana muslum akan sangat memjanjikan ya bun. Jika suatu saat nanti indonesia dijadikan pusat model busana muslim. Wah, harus beljar bikin copywriting berbahasa inggris nih
Iya Mbak. Peluang nih untuk kita.
Informasi yang bermanfaat, sayang nggak dikasih contoh copywriting di instagram nya…
makasih sharingnya
Iya. Semangat mb Qoty. Kolaborasi saja dng yg berbisnis. Mb Qoty yg pegang medsosnya. Menulis caption di Instagram. Kan menulis juga. Hehe…